ฤดูใบไม้ร่วง - 5

525 62 1
                                    

Krist melirik ke arah Gun yang hanya terdiam, sejak mereka masuk ke dalam mobil Gun sama sekali tidak bertanya mengapa dirinya ada di sana, ataupun marah seperti biasa karna Krist mengikutinya diam-diam.

"Gun .."

Tangan Krist terangkat, namun saat sadar tubuh Gun yang bergetar dan terisak pelan dengan mengalihkan wajah ke arah jendela mobil, membuat Krist sadar. Gun tidak ingin diganggu saat ini.

Krist menyesal karna datang terlambat, seharusnya ia mengetahui jika Gun akan bertemu dengan mantan kakak kelas di sekolah dasar yang sangat ingin tidak ditemui lagi. Krist mengira jika mereka tidak akan satu universitas.

Walaupun mereka satu universitas sekalipun, seharusnya mereka sulit bertemu, mengingat universitas kali ini sangat luas dan memiliki banyak gedung falkutas yang berjarak cukup jauh dari satu falkutas ke fakultas yang lain.

Krist mengutuk nasib buruk yang mempertemukan mereka berdua.

"Kau ingin es krim?" Krist mencoba tersenyum manis ke arah sosok Gun yang masih memilih untuk diam dan tidak berbicara, tepat saat dirinya melewati sebuah toko es krim, Krist teringat jika Gun sangat menyukai es krim.

Gun menggeleng, krist menghela napas kesal. Semua cara sudah ia lakukan- faktanya Krist hanya menawarkan es krim pada Gun.

"Oh .. aku dengan dia punya es krim terbaru!" Gun masih diam tidak bergeming, "ada buah ceri di atasnya! Wafer coklat .. parutan coklat dan-"

'brak'

"He..?" Krist berkedip polos, Gun sudah keluar dari mobil, berdiri di pinggir jalan menatap jalan raya yang di penuhi oleh banyak mobil besar, "gila?!"

Sedetik kemudia Krist membuka pintu mobil cepat dan menutupnya kasar, berlari kearah Gun dan beridiri di sisinya dengan tatapan memohon, "Gun .. kau tidak berpikir yang aneh bukan? Kau tidak akan-"

Gun menatap polos dengan kedua manik yang memerah, bibir merah miliknya masih mengkerucut lucu enggan berkata apapun pada Krist yang sedang menatapnya takut setengah mati.

"Gun .. aku tau dia memang brengsek dulu-" Gun menatap kesal, "maksudku .. sampai sekarang .." Krist tertawa canggung, "tapi tetap saja! jika mati itu bukan penyelesaiannya Gun! Itu salah!"

Tidak lagi- Krist tidak ingin melihat Gun yang berniat bunuh diri. Entah berdiam diri dalam bathtub dengan pergelangan tangan yang tergores cukup dalam, atau sebuah tali yang sudah di siapkan untuk menggantung diri dengan pintu kamar yang sudah terkunci tidak bisa dibuka.

"Gun! Dengar.. kita bisa urus ini kepolisi- .. dan-"

"Apa?" suara Gun terdengar serak, Gun terbatuk setelahnya. Pria mungil itu tidak menyangka jika mengangis dalma diam lebih melelahkan dari pada menangis dengan berteriak, masih ada perasaan sakit dalam hatinya yang tidak bisa dikeluarkan.

"Heh ..?" Krist kini yang menatap bingung ke arah Gun yang justur berkedip polos, "kau .. bukan ingin bunuh diri?" Krist berucap hati-hati, takut Gun salah paham jika dirinya kecewa karna pria mungil itu gagal melakukannya, seperti saat itu.

"Kau mengatakan akan membuang es krimku yang ada di kulkas jika melakukannya," Gun menatap ke arah lain, hatinya kembali merasa kesal karna mengingat Krist yang dapat melakukan apapun pada es krim perubah mood miliknya.

"O-Oh .. iya.. senang kau mengingatnya .." Krist menghela napas lega diam-diam, emosional Gun saat ini masih dapat terkendali, tapi Krist tidak yakin hal itu akan bertahan lama. Bertemu dengan Off- mantan kakak kelas Gun dulu, sudah cukup menjadi skenario buruk dalam hidupnya.

"Kalau begitu ayo," Gun menarik tangan Krist yang sejak tadi menahan tangannya untuk melarangnya pergi lebih jauh lagi, namun saat selangkah Gun berjalan. Krist kembali menahannya dengan tatapan terkejut.

ฤดูใบไม้ร่วงTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang