-

3.6K 198 8
                                    

"Syl, tau persamaan kamu sama nasi?"

Gadis itu mendengkus sambil mengalihkan pandangannya dari novel tebal di tangannya.

"Apa?" Tanyanya malas.

Gadis di sampingnya nyengir kuda. "Aku gak bisa makan tanpa nasi, sama kayak aku gak bisa hidup tanpa kamu."

Cewek yang digombali otomatis mual mendengar gombalan dari cewek yang merupakan teman baiknya ini. "Jijik Al.. sumpah." Ia menanggapi sambil kembali fokus pada novel tebalnya.

Kemudian hening, benar-benar hening. Sampai Syl sadar bahwa bahunya terasa berat, ia pun menoleh. Mendapati temannya yang saat ini tertidur di sampingnya.

'ah.. pasti dia kelelahan.' Pikir Syl sambil memejamkan matanya menikmati semilir angin sore yang menerpa wajahnya.

Namanya Asyla Yumi. Putri bungsu keluarga Permana. Ia punya seorang kakak laki-laki dan perempuan, dan teman bernama Altair. Lebih tepatnya seorang gadis pecicilan banyak tingkah yang saat ini tertidur di bahunya ini.

Namanya Altair Izora.

Tak banyak hal yang ia tahu tentang Alta, selain cewek ini hobi bermain game, punya otak encer, supel dan mudah bergaul, serta hobi menempel padanya. Ah.. selain itu, keluarganya memiliki toko roti, dan ia punya kakak laki-laki yang 5 tahun lebih tua darinya.

Ya. Itu saja.

Ah. Satu lagi. Otak Alta hobi traveling. Setidaknya kalian tahu maksud kata 'traveling' yang dimaksud oleh Syl, kan?

+++

Gadis itu meletakkan kaca mata berframe kotaknya ke atas meja, lalu memijit pelan pangkal hidungnya sambil mendesah. "Ah.. cukup rumit" ujarnya lalu menyisir rambutnya yang tergerai ke belakang.

"Gue.. gue udah gak paham lagi, Al sama dia. Kenapa dia boleh ngedeketin semua cewek, sedangkan gue cuma boleh deket sama satu cowok yang gak lain adalah dia. Gue ngechat dia pun dia slowresp, sekalipun dibales juga dia kayak gak niat. Pas gue udah berusaha bodo amat sama dia, dia malah bersikap manis seolah yang kemaren tuh gak pernah terjadi. Tapi besoknya lagi.. gue capek diginiin Al. Gue harus gimana?" Cewek itu bercerita dengan nada yang begitu pilu. Sesekali ia meringis, tertawa, lalu merengut sedih, tertawa lagi, dan berakhir dengan genangan air mata di pelupuk matanya.

Gadis itu mengangguk-angguk saja, sambil memasang muka prihatin. Sulit, sulit, sulit. Tentu saja ini sulit bagi Alta, ia mana tahu rasanya jadi gadis di hadapannya.

"Gini, Le. Aku bisa ngedengerin curhatan kamu selama dan sepanjang apapun, tapi aku gak bisa ngasih keputusan. Karena keputusannya ada di kamu, yang ngejalanin kamu, yang ngerasain susah sedih seneng nya juga kamu. Sekarang kasih tau aku, kamu maunya gimana kedepannya?"

"Aku gak tau, Al.. Ih, aku curhat ke kamu tuh biar tau harus gimana." Cewek itu merengut lagi dan menatap tajam ke arah Alta. Yang ditatap tajam berkedip cepat sambil menelan ludah pasrah.

What the.. Ya Tuhan.. kuatkan hambamu yang sabar imut lucu ini agar tetap tabah.

"Emang ada pilihan lain selain ngasih dia jarak dan waktu?" Kali ini bukan Alta yang bicara, tapi teman seperjuangannya. Alta menatap Syla yang tampaknya tersulut emosi, entah karena apa.
"Lo mau dapet pendapat kek gimana, Le? Dari Alta dan Syla selaku anggota DPA di kelas atau Alta dan Syla selaku temen lo di kelas."

Gadis berambut sebahu dengan nametag Alea Sarah T. itu tertunduk, sebelum akhirnya menjawab pelan. "Kalo bisa, dua-duanya. Gue butuh banyak sudut pandang buat pencerahan."

Friend And TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang