"It's time to have break."
Suara dari speaker sekolah itu menggema ke penjuru sekolah, mengingatkan bahwa jam istirahat baru saja di mulai, sekaligus menjadi jeda masa pembelajaran yang memuakkan bagi para siswa. Suara itu layaknya suara surga yang membawa kebebasan, serta selalu ditunggu-tunggu.
"Mau ke kantin?" Tanya Alta pada teman sebangkunya.
Sejenak gadis itu berpikir. "Em.. enggak ah, mager."
"Terus sekarang mau ngapain?"
Syla mendengkus, merapikan seragamnya dan kembali duduk.
"Mau kamu." Ujarnya datar tanpa nada. Sekalipun niatnya menggoda Alta, tapi cara penyampaiannya justru tak sesuai dengan ekspektasinya. Iya, sayangnya Syla se kaku itu.
Namun memang dasarnya Alta benar-benar bucin Syla, mendengar hal itu Alta tak kuasa nyengir lebar dengan tatapan menggoda namun tampak tak percaya.
"Uwah.. bumi lagi gak baik-baik aja men. Gue digombalin Syla woy, pasti ada kkn disini, coba beb bilang sama aku. Siapa yang nyuap kamu buat ngomong begitu?"
Ya.. kabar buruknya Alta balik menggodanya dengan kowar-kowar pula.
"Ngigo tuh bocah."
"Biasa, bucinnya Syla."
"Alta kapan punya otak, ngab?"
"Kebanyakan ngelem."
Tak akan ada yang terkejut degan kelakukan absurd cewek itu, mereka memang sudah terbiasa. Menanggapi Alta hanya akan membuang energi, meski sedikit dari mereka masih mencibir sebagai hiburan.
Alta mendengkus tak percaya, mereka kira dirinya halu. "Syl, mereka ngira aku lagi halu masa."
Syla sendiri tertawa kecil. "Lah emang faktanya gitu, dasar."
Alta cemberut, lalu duduk dikursinya sambil melipat tangan. "Tuh, sifat kamu yang gini bikin orang-orang mikir aku halu sama kamu.
Syla memutar bola matanya malas. "Lah, sifat aku nah dari dulu gini. Lagian sifat aku begini aja kamu bucin."
"Aww.." Seharusnya kalian melihat bagaimana Alta menutup wajahnya dan berteriak kecil sambil menghentakkan kakinya ke tanah. Menggelikan, namun entah mengapa teman sekelas mereka tak ada yang mau mengintrupsi mereka.
"Eww, udah flirting-nya? Sini bayar kas." Sayangnya kisah kasih mereka harus terjeda karena gadis berambut pirang itu mendatangi mereka dengan buku agenda besar.
"Nunggak berapa gue?" Alta mengintip ke dalam buku itu, mencari namanya di urutan absen atas. Konsekuensi nama yang diawali abjad A.
Terkadang Alta ingin mengutuk namanya sendiri, tapi kadang juga ingin berterima kasih. Tergantung bagaimana guru kelasnya menggunakan absen kelas sebagai patokan. Kadang ia maju sebagai urut pertama, kadang terakhir, kadang tak dilirik, meski lebih banyak ia jadi imam kelas. Tentu saja sebagai absen pertama ia berkewajiban mengawali banyak hal di kelasnya.
"Minggu ini doang." Ujar Alice. Cewek berambut pirang keturunan Inggris yang mengaku belum pernah menjajakkan kakinya di negara orang tuanya itu.
Kadang Alta pikir, cewek itu memiliki sifat cuek yang mirip dengan Syla, meski dimatanya Syla masih lebih seksi ribuan persen. Namun, hari ini berbeda. Ada aura hitam disekitarnya yang membuat Alice tampak lebih suram dari biasanya.
"Gue sekalian 2 ya." Ujar Syla mengeluarkan selembar uang berwarna ungu dari sakunya.
Tak ada bantahan dari Alice, biasanya cewek itu akan menatap tajam dan mengatakan 'uang pas'. Sebenarnya ini hal baik, tapi Alta tak suka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend And Trouble
Teen FictionAsyla bertemu dengan Altair di kelas 10 SMA seusai penjurusan. Melewati banyak masalah bersama, dan kini akhirnya sisa satu tahun sebelum mereka lulus dan melanjutkan hidup masing-masing. Mereka hanya teman yang kebetulan terjebak pada perasaan yang...