Tumpukan stako tak beraturan yang hampir roboh itu membuat kedua manusia itu sama-sama menahan nafas. Sangat berbanding terbalik dengan gadis berbaju batik yang mengaku baru pulang dari kondangan mantannya, ia terus menyerocos mengganggu konsentrasi Alta pada ubin merah berlogo reverse yang hampir berhasil ia tarik dengan aman. Begitu miliknya sudah terlepas dengan benar Alta menarik nafasnya yang sempat ia tahan bermenit-menit, beruntungnya ia masih ingat cara bernafas.
"Lo tau gak sih, padahal dia udah janji-janji mau berubah, sampe vc gue nangis-nangis, minjem wa adek, kakak, temen-temen nya demi bisa ngehubungin gue.." Alta menatap malas cewek yang duduk di sisi kanan mejanya.
"tapi dia ngekhianatin lagi. Ihh, mana parahnya selingkuhan dia pake hamil."'Mampus.' Batin Alta kesal. Ia berpikir keras, mengapa ada manusia bucin tolol bodoh gak ngotak macam Vio.
"Ihh, lo denger gak si anjing, gue lagi ngomong sama kalian." Semprotnya pada Leon.
Cowok itu yang sepertinya sudah terbiasa dengan bacotan Avio malah lempeng menarik ubin stako berwarna hijau yang berlogo reverse, membuat Alta ketar-ketir. Struktunya sudah tak kokoh, kalau Leon berhasil otomatis lipcream merah itu akan menghiasi muka imutnya. Gak terima Alta.
"Denger, ini aku lagi narik balok. Kamu bisa diem?" Ujar cowok itu.
"Dih, kalian tuh. Gak tau rasanya jadi gue, diselingkuhin, dimanfaatin, ditinggalin, diajak balikan, terus ditinggal nikah, mana tau-tau calonnya bunting 3 bulan. Kan sakit banget ati dedek tuh."
Alta yang sedari tadi berlagak introvert mendadak ingin mencaci maki.
"Bocil aja Vi, kalo udah tau got itu bau dia gak bakalan nyoba nyemplung lagi. Lah lo, udah tau nobita lo selingkuh diajak balikan mau-mau aja. 4 kali pula. Lo ada otak gak si?" Komentarnya dengan nada pedas. Maaf-maaf saja, Alta alergi dengan kebodohan semacam itu.
"Tapi gue pikir dia bakal berubah Al, dia tuh aslinya baik banget." Ughh, bodohnya tak tertolong. Ibarat kanker pasti Vio divonis stadium akhir.
Tahan-tahan.. Alta mau nyolot, tapi dia malu kalo di tengah tempat umum begini.
Brakk...
Suara ambrukknya tumpukan stako itu membuat senyum Alta melebar, lalu mengambil lip cream milik Vio sebagai hukuman pada Leon. Cowok itu yang kalah 3x darinya sepertinya pasrah-pasrah saja, padahal di awal permainan tadi ia begitu percaya diri akan mencemongi wajah Alta.
"Sini lu.." Alta berdiri lalu mencoret-coret dahi Leon seperti kesepakatan awal.
"Gaada, Yo, ceritanya cowok bakalan berubah tuh gaada. Semua cowok tuh sama aja, makanya gue gak mau sama cowok."
Alta meringis, jawaban Leon lebih ngawur. Ia pikir mungkin cuma dirinya yang waras di meja ini.
"Padahal dia tuh cowok paling asik diantara mantan-mantan gue." Vio masih meratapi nasibnya.
"Mantan lo cuma 2."
"Paling dewasa."
"Umurnya aja udah hampir kepala 3."
"Paling loyal."
"Hillih, duit ngepet aja bangga."
"Hiks, dia rajin ibadah."
"Inget, dia perjamuan kudus dan lo nya makan opor ketupat tiap lebaran."
Alta tertawa, kemudian menyeletuk ringan. "Gilak kompor banget Lele." Memang kadang yang se bengal Vio harus diberikan pengertian yang keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend And Trouble
Teen FictionAsyla bertemu dengan Altair di kelas 10 SMA seusai penjurusan. Melewati banyak masalah bersama, dan kini akhirnya sisa satu tahun sebelum mereka lulus dan melanjutkan hidup masing-masing. Mereka hanya teman yang kebetulan terjebak pada perasaan yang...