18

1.2K 150 27
                                    

Suara gemerasak peralatan tulis diatas meja yang berantakan berhasil mengusik tidur singkat gadis itu. Matanya mengerjap beberapa kali, berusaha memfokuskan pandangannya pada seseorang yang berdiri dengan posisi setengah membukuk dengan beberapa bolpoin di tangannya. Lalu ia memejamkan matanya lagi.

Cuma Syla.

Tapi sejenak kemudian matanya kembali terbuka, kali ini sambil mendudukkan tubuhnya yang masih lemas. Maklum, ia baru bangun. Otot-otot tubuhnya belum terkoordinasi dengan baik ketika ia hendak menyangga tubuhnya dengan tangan kiri sehingga ia sempat oleng.

Terdengar tawa kecil yang menggelitik telinga Alta, mendapati Syla yang duduk di ujung ranjang sambil tersenyum kearahnya.

"Aku ketiduran?" Ia bertanya dengan suara seraknya.

"Iya. Lumayan, 2 jam."

"Sorry." Ia meminta maaf sambil mengusap wajahnya, berusaha mengumpulkan nyawanya yang sempat memuai.

"Santai aja. Abis begadang kan kamu? Keliatan capek banget gitu."

Alta mengangguk, lalu menelusupkan wajahnya pada ceruk leher Syla. Melengketi gadis itu dengan dirinya yang masih mengantuk. Anggap saja ia sedang mencharger kesadarannya. Pasalnya Syla itu seperti moodbooster sekaligus energi untuknya. Ia tak butuh glukosa kalau Syla ada di dekatnya. Ibarat Alta adalah kucing, Syla adalah catnipnya.

Syla pun nampaknya tak keberatan, ia makin mengelus-elus rambut hitam Alta yang terasa kasar dan kaku. Ia mengelusnya lagi beberapa kali sampai ia ingat kalau rambut gadis itu sempat diwarnai. Pantas saja teksturnya berbeda dengan rambutnya yang dulu.

"You're so clingy like bubble gum." Syla mencibir, berusaha menahan desahannya karena nafas Alta yang menggelitik kulit lehernya.

Alta enggan mengatakan apa-apa sampai perasaan buruk tiba-tiba hadir dalam benaknnya. Seperti firasat akan ada badai dalam damainya suasanya. Ia sontak melepaskan pelukannya lalu kembali pada passion sejatinya, rebahan.

"Kenapa?" Syla mengernyit.

"Gak papa."

"Ih tumben jadi aneh."

"Kamu tau gak sih, perasaan was-was yang tiba-tiba dateng padahal lagi gak ada apa-apa."

"Maksudnya?"

"Kek apa ya? Kamu tuh ada firasat kalo abis ini kamu bakal dapet masalah atau bakalan ada hal buruk terjadi gitu. Jadi kalo lagi damai gak ada masalah gini, aku jadi kepikiran bakalan ada masalah berat yang bakalan nimpa aku. "

Syla cuma ber-oh ria. "Aku kalo tidur sore, emang pas bangun suka ngerasa gak enak. Manusiawi kok, perbanyak istighfar biar setannya gak deket-deket."

"Karena tidur sore ya?" Tanyanya lagi, lebih tepatnya memastikan pada diri sendiri.

Kalau sudah begini Alta tak akan lagi tidur sore kalau tak benar-benar mengantuk. Ya intinya Alta tak berjanji tak akan mengulanginya.

Syla cuma mengangguk, lalu beranjak dari ranjang untuk merapikan tempat alat tulisnya yang tak sengaja ia jatuhkan.

"Kamu laper gak?" Tanyanya sambil mencuri pandang pada Alta.

Gadis itu tadi tampak begitu kucel ketika berdiri di depan pintu kosnya, dengan muka sayu sambil menggantungkan tas nya di bahu kiri. Lalu begitu Syla membukakan pintu ia sudah menyelonong masuk dan merebahkan tubuhnya keatas ranjang tanpa membuka suara. Syla memakluminya, pikirnya Alta mungkin benar-benar kelelahan.

"Belum laper."

Alta meraih ponselnya yang berada diatas nakas dekat ranjang. Memeriksa pesan masuk yang memenuhi ponselnya. Ia cuma membukanya satu persatu tanpa niat membaca. Sekedar menghilangkan tanda hijau-hijau yang membangunkan jiwa perfeksionisnya.

Friend And TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang