Happy Reading guys, jangan di skip ceritanya siapa tau di bawah ada undian
______________________________________
"Bosen Gue!"
"Kenapa Lo?" Pertanyaan itu sama sekali tidak dihiraukan Zefa
"Ada masalah?" Kali ini Havid mendekat.
Zefa memajukan wajahnya, "Gue bosen sama Lo!" ketus Zefa lalu menjatuhkan tubuhnya ke sofa.
"Heh bau jengkol mulut Lo."
"Bodo!" balas Zefa membuang pandangannya.
Hening telah menjalar seisi rumah.
Dua hari berlalu semenjak pernikahan, keduanya tidak seperti pengantin baru.
"Gue ga bisa gini terus, Gue harus bebas!' batin Zefa, ia pun mengambil ponselnya hendak menelepon seseorang dan...
"Woiii" teriak Zefa.
Matanya membulat geram, "Apaan sih Lo, balikin hp Gue!"
"Bikinin Gue kopi," balas Havid dengan wajah tanpa dosa.
"Ogah, Gue bukan babu Lo," rajuk Zefa, ia pun bergegas ke kamar dan menutup pintu yang menghasilkan dentuman keras.
"Cih!" Havid hanya memiringkan senyumnya.
Havid pun meninggalkan rumah tanpa sarapan, ya seperti biasa walaupun telah menikah masih saja tidak ada perubahan dalam pola hidupnya.
***
Dering ponsel terus mengusik Havid yang sedang fokus menyetir, ia berusaha mengabaikannya namun terus saja berdering.
"Aishh!" gumam Havid.
Lalu mengambil ponsel dari saku celananya, dan menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan tanpa melihat siapa yang menelepon.
"Fa." Suara pria mulai terdengar di telinga Havid.
"Salah sambung!" balas Havid dan mematikan panggilan secara sepihak.
Ia lupa mengembalikan ponsel Zefa tadi pagi, karena terburu-.buru harus pergi menemui clientnya.
Ia pun kembali fokus namun kali ini Havid menambah kecepatan mobilnya, seolah kesal sehabis menerima telepon tadi, untungnya jalanan begitu tenang, mungkin karena hujan, jalan menjadi licin membuat kendaraan enggan melewatinya.
"Hooaammm!"
"Kita udah nyampe Vid?" tanya seorang wanita yang baru saja terbangun. Ia pun mengucek mata untuk memperjelas pandangan.
"Bentar lagi," balas Havid singkat.
"Vid?"
"Apa?"
Spontan Cila memeluk Havid, "Eh Cil apaan sih Lo, Gue lagi nyetir nih!" ujar Havid, ia risih mendapati pelukan dari teman sekantornya itu.
"Lo kenapa sih selalu ngehindar dari Gue?" keluh Cila karena Havid menolak pelukannya.
"Gue udah..." Ucapan Havid tertahan, ia teringat perkataan Zefa untuk merahasiakan status mereka.
"Udah apa?" sahut Cila.
"Lupain!" balas Havid singkat.
Cahaya bulan dan lampu lampu jalan yang terpantul di kedua mata pria itu membuat tatapannya semakin mempesona. Sepanjang perjalanan ia benar-benar tidak memperdulikan Cila di sebelahnya. Kalau bukan kasihan mana mau dia memberikan tumpangannya.
"Gue suka sama Lo, Gue cinta sama Lo, Vid!"
"Udah nyampe tuh, turun!" balas Havid membuat Cila mendengus kesal.
"Tapi Vid?"
"Cepet turun!"
"Iya Gue turun."
"Makasih ya, Vid." Tetap saja Cila memasang senyum manisnya itu, walau terpaksa.
"Iya." Tanpa menoleh, Havid pun melanjutkan perjalanannya.
Setelah mengantar Cila, ia menghembuskan napas lega karena terbebas dari wanita itu.
"Bisa-bisanya Gue semobil sama ulet betina," gumam Havid sambil mengusap wajahnya.
Cila itu lumayan cantik, hanya saja tingkahnya yang terlalu agresif membuat Havid kegelian, ya seperti ketempelan ulat sungguhan.
***
Hujan belum juga reda, tampak pria 25 tahun berdiri menghadap jendela kaca kamarnya, memandang datar suasana jalan di waktu malam.
"Gue yakin tadi Rey," gumamnya sambil mengambil ponsel dari saku celana.
"Brengsek!" Tak sudi melihat nama Reyhan, Havid langsung memblokir kontaknya dan mencekam erat ponsel Zefa seolah ingin dihancurkan.
"Cih, masih punya nyali juga Lo." Lagi-lagi Havid memiringkan senyumnya itu namun, kali ini tampak mematikan.
"Aw!" Teriakan yang menyadarkan Havid dari lamunannya, ia pun bergegas menuju sumber suara
"Aw, pinggang gue." Zefa meringis kesakitan
"Lo ngapain rebahan di lantai ha?" ujar Havid sambil mengulurkan tangannya namun, Zefa tidak peduli.
"Jual mahal amat lo" Havid langsung menggendong paksa tanpa menghiraukan reaksi istrinya itu.
"Turunin gue!" paksa Zefa yang terus berontak, namun Havid tidak mendengarkannya.
Sesampainya di kamar, Havid langsung merebahkan Zefa. "Diem ga usah protes" ucap Havid yang mengurungkan Zefa membuka mulutnya.
"Sakiiiit." rengek Zefa menepis tangan Havid yang hendak meluruskan kakinya
"Lo mau tidur dengan kaki bengkok begini?" ujar Havid yang tetap meneruskan aksinya walaupun Zefa terus meringis kesakitan.
Havid pun memasangkan selimut untuk Zefa
"Lo ngapain jam segini di dapur?"
"Bukan urusan lo" jawab Zefa memiringkan tubuhnya
Seketika Havid membalikkan tubuh Zefa, mereka pun saling berhadapan, tindakan Havid membuat Zefa pucat
"Sampai kapan lo gini terus ke gue?" tanya Havid dengan tatapan yang tajam
"Sampai lo mati! Pergi sana!" Zefa kembali memiringkan tubuhnya namun tertahan lengan Havid
"Lo jangan macem-macem ya!" ancam Zefa, napasnya menjadi tidak beraturan, ia takut Havid bertindak nekat padanya
"Gue mau malam pertama"
-------------------Bersambung-------------------
Makasih yaa yang udah mampir, support cerita ini jika kalian suka dengan cara vote sebanyak banyaknyaa, oh ya Next or No? Komen di bawah ya, see you :)
KAMU SEDANG MEMBACA
(Mati) Rasa [ SUDAH TERBIT ]
RomanceSebelum membaca, follow akun ini dulu yaa Makasih :) ________________________________________ "Tunggu!" "Rafesyha Arzefa Rouli." Panggilan Havid menghentikan langkah Zefa Karena kesal, Zefa memutarkan kedua bola matanya, "Stop manggil gue dengan na...
![(Mati) Rasa [ SUDAH TERBIT ]](https://img.wattpad.com/cover/256494418-64-k981826.jpg)