Sembilan

32 11 4
                                        

Hal yang paling memukul hati adalah melihat seseorang yang dicinta terluka tanpa mampu memulihkannya

-
-
-
-
-

______________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______________________________________

Bu Tika menampar Reyhan dengan penuh kemarahan, hal itu mengejutkan Reyhan dan Cila. Sementara Zefa masih tertunduk ketakutan, dirinya terus bersembunyi di balik tubuh Cila.

"Ada apa sih sama kamu Rey? Mama ga habis pikir sama sikap kamu akhir-akhir ini!" oceh bu Tika.

Reyhan hanya diam sembari mengelus pipinya yang memerah akibat tamparan keras dari bu Tika. Rahang pria itu mengeras karena emosi yang tertahan gagal dilepaskan karena ada bu Tika. Cila menelan ludahnya melihat wajah Reyhan tampak seram. Terlihat seorang wanita mengendap-endap melarikan diri dari sana.

"Loh Zefa kemana?" tanya Cila berbalik badan.

"Sial!" umpat Reyhan. Ia bergegas pergi meninggalkan bu Tika dan Cila.

Bu Tika tampak panik, ia terus berteriak memanggil Zefa. Sementara Cila menyusul Reyhan. Reyhan mencari Zefa di sekitar halaman, menurutnya Zefa belum lari terlalu jauh karena keadaannya yang masih lemah. Ia terus membuka tiap-tiap tumpukan semak namun nihil hasilnya.

Bugh!

"Awww!" ringis Zefa yang sedang bersembunyi di balik pohon besar sebelah pagar rumah Reyhan. Dirinya jatuh tersandung batu membuat lututnya mengeluarkan darah segar. Sepertinya Reyhan dan Cila mendengar suara jatuhnya Zefa, mereka pun mendekat kegirangan. Zefa berusaha bangkit dan berjalan sambil menahan sakitnya. Tubuhnya berkeringat dingin, jantungnya berdetak lebih cepat dari semula. Kakinya dipenuhi darah yang mengalir dari lututnya, walau perih ia terus berlari tertatih-tatih menuju pagar untuk keluar.

Reyhan dan Cila serentak, "TARAAA!!!" Tidak ada seorang pun yang mereka temukan.

"Kok gak ada sih?" Cila melipatkan kedua tangannya di dada.

"Akh! Bisa-bisanya dia kabur!" kesal Reyhan seraya menendang batu besar yang ada di sana. Matanya membulat melihat ada bercak darah yang berceceran di sekitar tanah.

Reyhan jongkok untuk memastikan, "Darah? Darah siapa? Zefa?" ungkapnya dengan pelan. Reyhan pun berlari ke arah pagar untuk mengejar Zefa. Cila menyusulnya, Cila berteriak memanggil Reyhan namun, Reyhan tidak menghiraukannya. Reyhan memperhatikan sekitar jalanan, ia mencari jejak darah Zefa sebagai petunjuk. Ia yakin jika Zefa masih di sekitar sana dan secepatnya bisa ia temukan. Benar Zefa belum pergi begitu jauh, tampak Zefa melangkah pincang di hadapannya hingga ukiran senyum sinis tercetak di bibirnya. Reyhan mempercepat langkahnya untuk mencapai Zefa, hal itu diketahui Zefa sehingga Zefa mulai panik dan berusaha menguatkan kakinya untuk berlari.

(Mati) Rasa [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang