Tentukan langkahmu, nasibmu tergantung pada kakimu akan melangkah.
.
.
.Seorang wanita terlihat sedang duduk di atas sofa empuk miliknya, tak lupa tangan kanannya memegang segelas wine yang baru saja ia tuang.
Ia nampak sedang menikmati suasana pagi hari, sesekali ia menggoyangkan gelasnya mengikuti irama musik yang terputar di sebuah piringan hitam.Semua nampak tenang sebelum sebuah notifikasi muncul di layar smartphone nya.
Ia meliriknya sekilas sebelum akhirnya memutuskan untuk meletakkan gelas yang isinya tinggal separuh itu dan beralih melihat apa isi pesan di dalamnya.Tak lama setelah ia membaca isi pesan tersebut, seorang wanita lain datang menghampirinya.
"Apa benar akan ada penghuni baru yang akan menempati rumah itu"
Bukannya menjawab pertanyaan tersebut, ia malah mengalihkan pandangannya menuju keluar jendela.
"Bukankah sudah jelas"
Si wanita yang mengajukan pertanyaan pun mengikuti apa yang sedang dilakukan oleh 'temannya' itu.
Mereka sama-sama melihat ke arah rumah yang dimaksud. Terlihat beberapa orang tengah sibuk memindahkan kardus kardus dari truk kedalam rumah.
***
"Apa kau sudah memindahkan semuanya?"
Melihat pertanyaannya diacuhkan, ia menghampiri orang yang ia beri pertanyaan. Ia sudah paham mengapa hal ini terjadi.
"Kau harus membiasakan diri, ibu yakin kau bisa beradaptasi dengan baik.."
"Apa kita patut tinggal di wilayah ini?, tempat ini terlalu layak untuk orang seperti kita.."
Wanita yang disebut ibu itu hanya tersenyum menanggapi perkataan anaknya, ini memang tiba tiba, dari semula tinggal di rumah kecil kini bisa tinggal di rumah besar bahkan baginya tampak seperti sebuah istana.
Ini seperti mimpi untuknya."Kau harus bangga dengan ayahmu, berkat dia kita bisa hidup jauh lebih baik"
'benar' kata itulah yang hanya ada dipikirannya, berkat lelaki yang ia sebut sebagai ayah itu, kini kehidupannya telah berubah. Tak ada lagi istilah 'kekurangan' di hidupnya, tak ada lagi 'berbagi kamar' dengan saudara, tak ada lagi teman yang mengejeknya miskin, ibunya bahkan sudah berhenti bekerja, kehidupan ini jauh berbeda 360° dari kehidupan lamanya.
"Sebaiknya kita selesaikan dengan cepat sebelum makan siang .."
Sang anak pun hanya mengangguk, sebagai tanda ia akan menurutinya.
Tentu saja pekerjaan ini harus cepat diselesaikan, karena malam nanti mereka berencana mengadakan makan malam kecil bersama para tetangga baru sebagai pengenalan diri.Satu persatu kardus mereka pindahkan, karena dilakukan bersama semua pekerjaan tak terasa, semua kardus telah berada di dalam rumah, mereka berdua melakukannya dengan baik.
Toh mereka hanya membawa beberapa barang saja yang dirasa masih bisa digunakan dari rumah lama. Mereka tak perlu repot-repot membawa semua barang mereka karena di rumah yang akan mereka tempati ini sudah tersedia perabotan yang memadai, bahkan lebih dari kata memadai.Sekarang tinggal menunggu sang ayah dan putri keduanya pulang. Mereka berdua absen hari ini, sang ayah harus mengurus berkas kepindahan mereka, sedangkan putri keduanya juga tak kalah sibuk dari sang ayah.
Ia sedang berada di sekolah tempat ia dan kakak kembarnya bersekolah, urusannya sama, mengurus kepindahan mereka, ia tak bisa sekolah lagi disana, selain jarak, faktor lingkungan sekolah juga masuk list mengapa mereka ingin pindah.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ Throne ||•G friend•||
General FictionKetika kekuasaan menjadi tolak ukur status sosial, membuat mulut seolah terkunci, hanya lembaran kertas bernilai lah yang menentukan nasib. Kehidupan dimana para manusia berambisi yang siap menusuk temannya sendiri untuk menggapai tujuannya. Memper...