Ada dua hal yang membuat seekor bunglon 'menyamar', bersembunyi di lingkungan yang bahkan menjadi tempat tinggal mereka. Yang pertama mereka ingin mendapatkan mangsa dan kedua mereka ingin melindungi dirinya dari pemangsa.
.
.
.Disebuah auditorium yang cukup besar seorang wanita terlihat tengah melatih suaranya, tak tanggung-tanggung dari nada terendah hingga nada tertinggi berhasil ia kuasai. Sesekali ia juga nampak melirik kearah lawan mainnya yang tengah memainkan tangannya diatas deretan tuts putih dan hitam. Jika dilihat-lihat mereka nampak serasi bersanding bersama diatas panggung. Keduanya sama-sama memiliki kelebihan dalam bidangnya masing-masing.
Latihan berhenti sejenak ketika sebuah nada dering dari sebuah smartphone berbunyi, lalu si wanita terlihat bergegas untuk mengangkat telponnya. Sebelum ia mengangkatnya, ia memastikan dulu siapa orang yang menelponnya, setelah dirasa cukup penting baru ia mengangkatnya.
"Ada apa? Kenapa kau meneleponku?"
"Ia dituduh sebagai orang yang menyebabkan kejadian itu.."
"Apa maksudmu? Kau bilang orang lain yang melakukannya, kenapa sekarang dia yang malah dituduh?"
Nada bicara sang wanita yang cukup keras membuat rekan 'kerjanya' ikut tertarik dengan obrolan yang tengah dibicarakan. Hanya saja ia memilih untuk diam dulu, mendengar semua perkataan dari rekannya itu.
"Iya, awalnya memang orang lain yang dituduh melakukannya, tapi ada fakta lain yang membuat dia juga dicurigai ikut melakukannya..
Lalu bagaimana sekarang?""Baiklah kita tunggu saja bagaimana kelanjutannya, jika ada perkembangan kau beri tau aku lagi..
Dan cobalah cari tau siapa orang yang sebenarnya melakukan kejahatan itu..""Baiklah.. oiya satu lagi ada orang yang membelanya tadi, si murid baru, nampaknya mereka sudah menjadi teman.."
"Baguslah, aku harap ia memiliki seseorang yang selalu disampingnya disaat aku tidak ada untuknya.."
"Dan.. terima kasih, karenamu aku bisa bersekolah disini."
"Aku juga berterima kasih karena kau sudah memberi tau ku semua hal tentangnya selama ini.."
Pip..
Panggilan lalu diakhiri.
"Apa ada masalah?"
Si pria yang sedari tadi menunggu kini bersuara."Tidak ada yang serius, hanya saja seseorang telah menuduhnya perihal kejadian waktu itu.."
"Apa? Bagaimana bisa?"
"Entahlah, aku juga sedang mencari informasi terlebih dahulu, untuk saat ini aku tak mau bertindak tergesa-gesa tanpa persiapan yang matang.."
"Kau benar, sebaiknya kita fokus dulu pada penampilan kita, ingat penampilan kita akan membuktikan pada mereka bahwa kita bisa hidup layak tanpa adanya campur tangan mereka.."
Lalu sang pria terlihat merangkul pundak si wanita, sedangkan si wanita hanya tersenyum menanggapinya.
Ditempat lain tepatnya di rumah milik keluarga Choi, Eunha dan Yuju terlihat tengah berbincang tentang kejadian tadi disekolah.
"Apa kau mendengar semuanya?"
"Tentu saja, karena itu aku masuk disaat yang tepat.."
"Tepat? Tentu saja waktu yang tepat.. waktu dimana ada orang yang tau jika aku mencontek, tapi bagaimana Umji bisa tau jika aku telah mencontek mu?"
"Entahlah, yang jelas jangan mempercayai orang-orang di sekitarmu walaupun mereka terlihat baik padamu.."
"Termasuk kau?"
Yuju lalu menghentikan sejenak aktivitasnya.
"Itu tergantung padamu.."
"Ha.. ha.. ha.. tentu saja aku mempercayaimu, aku hanya bercanda kita kan teman..
Teman tidak akan pernah mengecewakan temannya.."Lalu keduanya saling tersenyum.
"Jika kau mendengar semuanya, kenapa kau tidak masuk ke kelas saat mereka menuduhmu?"
"Jika aku masuk kelas saat itu, aku tidak tau keburukan apa lagi yang akan mereka bicarakan tentang ku.."
"Benar juga, wah.. walau kau sudah dituduh yang tidak-tidak tapi kau tetap biasa saja seolah tak ada yang terjadi, aku salut padamu.. apa setiap hari kau bersikap seperti itu? Jika iya maka akan banyak orang yang akan suka menjelek-jelekkan mu.. apa kau tak apa-apa? jika aku berada di posisimu pasti aku sudah marah-marah.."
"Marah-marah akan membuat seolah memang yang tengah mereka bicarakan adalah fakta.."
"Wah.. benar-benar sangat bijaksana.."
Eunha menjawab sambil tepuk tangan menandakan bahwa ia benar-benar salut dengan sikap temannya itu."Tapi kenapa kau terlihat seperti tak punya teman, walau kau memiliki sikap yang baik?"
"Aku tak mau berteman dengan orang yang memiliki topeng diwajahnya. Disaat aku memiliki 'emas' mereka akan ikut menikmatinya, bersikap seperti seolah-olah mereka teman dekatku. Tapi saat aku hanya memiliki 'batu' mereka akan menjauh seolah aku bukanlah teman mereka, orang seperti itulah yang selama ini aku kenal.."
"Tapi kenapa kau memilih untuk berteman dengan ku dan menceritakan seluruh kehidupan pribadimu padaku? Padahal kita belum cukup akrab"
"Huh.. kau tau? Aku lelah menyimpan semua itu, jadi aku butuh seseorang yang bisa mendengar ocehan ku ini, setelah aku menceritakan semuanya rasanya semua beban ku hilang tak berbekas.."
"Tenang saja.. aku tak akan sama seperti mereka, aku akan menjadi satu-satunya sahabatmu.."
"Terima kasih.."
"O bau apa ini? Apa ini bau kacang? Apa ibumu yang sedang memasak? Tapi kau bilang orang tuamu selalu pulang malam hari, jadi darimana asal bau ini?"
Perbincangan mereka teralihkan oleh bau kacang yang menyeruak ke seluruh ruangan yang entah darimana asal baunya.
"Pai kacang, itu bau pai kacang, ibu Sowon yang tengah membuatnya.."
"Bagaimana kau tau?"
"Ia selalu membuatnya ketika menjelang hari ulang tahun putrinya, ia akan membagi-bagikannya kepada para tetangga. Ia selalu membuatnya walau putrinya tak suka kacang."
"Hemm.. sepertinya enak.. wah aku tak sabar untuk segera mendapatkannya.. kapan hari ulang tahun Sowon? Setidaknya aku juga harus mempersiapkan hadiah untuknya.."
"Lusa, jika kau ingin mempersiapkan hadiah sebaiknya kau mempersiapkan dua hadiah, karena Umji juga berulang tahun pada hari yang sama.."
"Benarkah? Aish.. setidaknya Yerin juga harus tau soal ini..
Benar juga! Apa mereka juga akan menggelar pesta atau sebuah perayaan? Jika iya maka aku harus memutuskan untuk pergi ke pesta yang mana..""Seperti tahun-tahun sebelumnya mereka selalu menggelar pesta dalam satu acara sekaligus, selain mereka adalah saudara, perayaan yang digabung juga mempermudah para tamu undangan yang kebanyakan adalah rekan sesama dokter.."
Eunha yang mendengarkan hanya mengangguk anggukkan kepalanya sambil sesekali membuka mulutnya membentuk huruf o.
"Omong-omong tentang Umji, apa dia sudah benar-benar sembuh? Akhir-akhir ini aku lihat ia sering sekali diam, bahkan tadi saat semua orang tengah membicarakan soal kejadian yang menimpanya, bukankah harusnya ia ikut berkomentar, setidaknya ia harus mencurigai seseorang yang mencoba mencelakakannya. Bukankah itu aneh jika ia tak memiliki gambaran soal si pelaku?"
"Apa kau baru menyadarinya?"
"J-j-jadi kau juga menyadarinya? Bahwa ada yang aneh dengan sikapnya itu? Benar kan ada yang aneh dengan sikapnya itu, kenapa sejak awal ia tidak berkomentar, malah yang sibuk dengan urusannya adalah teman-teman, bahkan sejak Sowon dituduh, seharusnya sebagai seorang korban ia justru akan marah saat ada seseorang yang dicurigai sebagai pelaku dari kejadian yang menimpanya.. kecuali.."
"Kecuali ia ingin menyembunyikan si pelaku atau memang ialah yang menjadi pelakunya.."
Mata keduanya lalu saling bertemu, menandakan pikiran mereka saat ini sama-sama memiliki pemikiran yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ Throne ||•G friend•||
General FictionKetika kekuasaan menjadi tolak ukur status sosial, membuat mulut seolah terkunci, hanya lembaran kertas bernilai lah yang menentukan nasib. Kehidupan dimana para manusia berambisi yang siap menusuk temannya sendiri untuk menggapai tujuannya. Memper...