Tertawalah sesukamu, tanpa kau sadari tawamu membuat orang lain tersiksa.
.
.
."Oh. Kau baru pulang?"
Seorang pria paruh baya yang tengah duduk di ruang tamu tiba tiba bertanya pada Sowon, membuat ia yang baru saja tiba terkejut. Tak biasanya ayahnya pulang lebih awal dari biasanya.
"Duduklah.."
Dengan wajah yang tidak bersahabat, sang ayah meminta Sowon untuk duduk di sampingnya.
"Apa ini..?"
Sebuah Smartphone nampak dilempar didepan sang anak, terlihat sebuah artikel terpampang jelas di layarnya.
"Seorang siswi yang mencelakakan saudara sepupunya sendiri demi memenangkan posisi pertama?
Ha..ha..ha.. apa kau bercanda?""A-a-ayah aku benar-benar tidak melakukannya tolong percayalah padaku.. ini semua tidak benar.. memang kemarin aku bertugas piket dilantai itu, tapi aku tidak bertemu dengan Umji, aku bahkan tidak ke balkon.."
'plakk!!'
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Sowon, siapa lagi kalau bukan sang ayah pelakunya.
"Apa kau tau?! ayah pulang cepat karena hal ini, gara gara kau ayah tidak merasa tenang bahkan saat tengah bekerja!"
Deru nafas yang tidak beraturan terlihat jelas saat sang ayah berbicara, ia tampak sangat marah sekaligus kecewa pada saat yang bersamaan.
"T-t-tapi aku benar-benar tidak berbohong, percayalah padaku.."
"Kau masih berani melawan..?!"
'plakk!!'
Tamparan kedua berhasil lolos, kali ini lebih keras dari sebelumnya, membuat Sowon hanya bisa diam, takut nantinya hanya ada rasa sakit yang membekas dihatinya.
"Apa kau tau! Nilai dari lomba itu bisa menambah poin pada saat kau mendaftar di universitas Seoul! Dan kau tau apa artinya itu!?
Ya.. kau bisa mendapatkan perhatian dari kakek mu agar ia mewariskan rumah sakit padaku!""Kau beruntung Umji juga tidak mengikuti lomba itu, jika ia mengikutinya, rumah sakit pasti sudah berada di tangan saudaraku!"
Lalu sang ayah nampak menarik nafas panjang sebelum ia kembali berbicara.
"Masuklah ke kamar, pikirkan baik baik kesalahan yang telah kau perbuat, dan.. Minggu depan akan ada lomba bahasa Inggris, sebagai gantinya kau harus mengikutinya. Kali ini jangan membuatku kecewa!"
Lalu Sowon menuruti perintah dari sang ayah, ia masuk ke kamarnya dengan wajah yang 'tertekuk'.
Setelah itu sang ayah nampak menelfon seseorang.
"Kau urus semua artikel itu.. pastikan aku tidak melihatnya lagi besok."
Pip!
Lalu dengan kasar ia mematikan sambungan telepon, suasana hatinya kali ini benar benar tidak bersahabat.
Saat suasana tengah kacau di rumah Sowon keadaan justru berbanding terbalik dengan keadaan di rumah sang ketua kelas. Semua tampak tenang bahkan jauh lebih tenang dari hari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ Throne ||•G friend•||
Ficción GeneralKetika kekuasaan menjadi tolak ukur status sosial, membuat mulut seolah terkunci, hanya lembaran kertas bernilai lah yang menentukan nasib. Kehidupan dimana para manusia berambisi yang siap menusuk temannya sendiri untuk menggapai tujuannya. Memper...