PLAK"FRANK BODOH"
Nanon mengelus pantatnya nyeri. Frank itu benar benar tidak tau adab. Tega teganya Frank membangunkan Nanon dengan memukul batang sapu ke pantatnya. Jika saja Frank bukan adiknya mungkin sudah ia tendang ke angkasa.
"Makanya bangun, tolol"
"Asal lo tau gue capek bangunin lo dari tadi subuh" sambung Frank dengan nada tinggi.
"Lagian lo, kuker banget bangun subuh subuh. Insaf kah?" Nanon benar benar kehilangan rasa kantuknya. Hanya ada rasa kesal untuk memarahi Frank.
Frank mendelik tak suka atas perkataan Nanon "Seharusnya lo tuh ngenyontohin yang baik ke gue, masak gue yang jadi contoh buat lo? Masuk sana lagi ke perut mamah"
Ya beginilah Frank di beberapa hari terakhir. Membangunkan kakaknya yang kebo. Biasanya kan mamah, tapi si mamah lagi ngambek. Kalo gak frank siapa lagi? Nanon bangun sendiri? Ngimpi.
"Ga usah sok bijak, lo masih smp"
"Yeee, lu sma tapi dongo"
"Gak ada adab ya lo bilang Phi sendiri dongo"
"Bacot lo buaya. Terimakasih kaga, ngehina hinu iya. Tau gini ga bakal gue bangunin sampe di usir sama mamah"
"Ya ya ya. Makasih" ucap Nanon tak iklas. Lalu beranjak dari tempat tidurnya untuk pergi ke kamar mandi. Frank hanya menyunggingkan senyumannya paksa seraya menatap kepergian sang kakak.
"Awas aja lo, Nanon anjing"
*****
Pagi minggu yang cerah.
Nanon dan Frank menyelusuri komplek dengan pakaian santai. Menikmati sejuknya embun yang menyentuh kulit. Embunnya sangat tebal, sudah jam 7 tapi masih saja matahari kalah dengan embun.
Frank mengendarai sepeda kesayangannya sedangkan Nanon jalan kaki. Namun keduanya diam, sibuk dengan pikiran mereka masing masing. Tumben? sebentar doang, satu menit lagi pasti berantem.
"Aahhh dingin" desah Nanon setelah angin menerpa wajahnya. Kedua tangannya menyilang di dada. Ia lupa mengenakan jaket akibat Frank yang terlalu mendesak.
Frank melirik Nanon "Lo kayak orang penyakitan"
Nanon mendelik tak suka. Padahal ia hanya kedinginan, apakah terlihat seperti orang pengidap kanker? Langsung saja ia mendang sepeda yang dikendarai Frank Hingga membuat Frank tersungkur. Untung gak masuk got.
BRAKK
aw
Nanon panik, kemudian berjongkok membantu Frank untuk bangun. Ia kira Frank tak akan seletoy itu, padahal ia hanya menendang sedikit saja.
Frank menepis tangan Nanon yang hendak membantunya "ga usah so baik, kontol"
"Yeee,, baik beneran di bilang sok" Nanon menegakkan sepeda yang menimpa tubuh Frank.
"Makasih"
Frank membersihkan debu di celananya. Kemudian langsung pergi sambil mendorong sepedanya, meninggalkan Nanon dengan perasaan kesal.
Nanon diam melihat Frank pergi. Rasa berasalahnya semakin besar setelah melihat Frank yang pincang. Ia yakin, pasti ada memar di lutut Frank. Huhu kasian adik kecilnya. Tanpa pikir panjang ia pun menghampiri sang adik, lalu merangkulnya.
"Jan marah dong"
"Gimana gak marah, lo ga da minta maafnya" Frank tersenyum kecut.
"Okay, gue minta maaf"
"Maaf doang? Basi njing"
"Jadi lo maunya apa?"
Frank berhenti, perfikir untuk sejenak. "Gue deketin phi Chimon boleh?"
Nanon refleks menoleh, apa ia tak salah dengar. "Ngomong apaan lo? Bocil"
"Chimon buat gue"
"Ga usah sok, mana mau Chimon modelan kek lu. Bocil lagi"
Frank diem. Nanon bangsat itu udah bikin dia insecure.
"Gue traktir lo deh. Gimana?" Nanon mengalihkan pembicaraannya. Takut aja dia kalo Frank beneran mau ngedeketin si Chimon.
Frank mengetukkan telunjuk ke pelipisnya. Memikirkan penawaran Chimon. Boleh juga sebenernya, buat morotin Nanon.
"Hmm okay, apa aja kan?"
"Hmm"
Kemudian keduanya kembali berjalan. Namun mulut mereka tak berenti beroceh, apa lagi jika bukan berkelahi.
"Noh rumah Pak Azis" Frank menunjuk salah satu rumah berwarna orange. Ada banyak tanaman hias di sana.
"Widih, lumayan juga nih mangga" Nanon memandang kagum pohon mangga yang ada di depan rumah Pak Azis.
"Lo yakin orangnya gak ada di rumah?" Tanya Nanon ragu. Takut ketahuankan.
"Gue jamin gak ada. Udah seminggu gue merhatiin ni rumah" jawab Frank dengan bangganya.
"Gile lo ya, berjiwa maling banget"
Frank berdecih. Menghiraukan perkataan Nanon lalu memulai aksinya dengan memanjat pagar besi rumah tersebut.
"Bantuin!" titah Frank.
Nanon dengan sigap mengangkat tubuh Frank. Memudahkan sang adik agar memanjat pagar. Setelah Frank sudah masuk ke dalam. Barulah Nanon menaiki pagar, cukup mudah. Karena tak terlalu tinggi bagi Nanon.
Akhirnya keduanya sampai kedalam pekarangan rumah Pak Azis.
"Lo urus janda kembangnya, gue urus mangganya" Frank membagi tugas.
"Tunggu. Cctvnya?"
"Tenang, udah gue rusakin petang semalem" Nanon menatap Frank kagum. Ternyata adiknya telah menyiapkan ini jauh jauh hari sekali.
Setelah melihat Frank mulai menjalan kan aksinya. Nanon pun segera memanjat pohon mangga tersebut. Tidak terlalu tinggi, tapi tetap harus hati hati, jika salah memijak maka akan patah, apalagi bebannya adalah Nanon.
Sudah memakan waktu beberapa menit, namun Nanon belum mendapatkan mangga satu pun. Sebenarnya ia sudah berada di atas, tapi terjebak. Nanon terlalu takut untuk bergerak.
Sedangkan Frank menatap Nanon datar. Tugasnya sudah selesai beberapa waktu lalu, jadi sekarang tinggal menunggu Nanon mengambil mangga.
"Badan doang gede, manjat pohon gak bisa"
"Gue ngambil ancang ancang njing" alibi Nanon
"Ancang ancangnya setengah jam. Mantap"
Nanon menatap Frank tak suka, sedangkan Frank mentap Nanon meremehkan. "Berapa mangga yang lo mau? 10? Cuih, gampil"
"Iya, cepetan ambil"
Akhirnya Nanon kembali memanjat pohon lebih tinggi. Sengaja, biar tak di remehkan lagi oleh Frank. Namun begitu, Frank tetap melihat jika kaki nanon sudah menggetar. Anak itu ketakutan.
"NON!! TURUN NON!! PAK RT LEWAT"
Nanon panik, Frank pura pura panik.
Akhirnya karena terlalu panik, saat hendak turun Nanon bukannya memijak dahan malah memijak angin. Alhasil ia terjatuh.
Dan pingsan.
"Ganteng doang, manjat pohon kejengkang"
*****
Setelah aku baca cerita ku ulang, banyak typonya anjer.
Kalo gitu panggil aku ratu typo:^v
Okay jangan lupa vote
Dan sorry typonya.See u
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Friend (?)
Fanfiction"Nanon punya pacar, tapi bukan Chimon! Chimon itu sahabat Nanon" -chimon. "Pacar Nomer satu, Sahabt Nomer dua" -nanon. Nanon laknat:)