promise

1K 136 43
                                    

Beberapa waktu lalu Nanon melangkahkan kakinya ke rooftop dan sekarang ia tertegun melihat Chimon yang menangis sesegukkan. Pria kecil itu duduk di sofa tak terpakai sambil memeluk kedua lututnya erat.

"Mon?"

Chimon tak menjawab, ia malah makin membelakangi Nanon.

"Mon, jangan kayak gini!" pinta Nanon sembari melangkah mendekat ke arahnya.

Lagi lagi Chimon tak menjawab, ia hanya menghapus jejak air matanya. Nanon mengembus nafas pasrah, melihat Chimon seperti itu. Kemudian duduk disamping Chimon.

"Liat gue" ujarnya lembut.

Chimon tak bisa menjawab, tenggorokannya terasa tecekat akibat terlalu banyak menahan tangis. Ia hanya menggeleng pelan.

"Liat gue, Mon!" ucap Nanon dengan tertahan.

"G-gak mau" Chimon mengatakan dengan nada serak namun setelahnya ia terisak kembali.

"Gue gak mau liat lo gini. Gue ngerasa gagal nepatin janji sama ortu lo buat jagain lo" jelas Nanon dengan maksud membujuk  Chimon.

Lagi lagi cowok yang diajaknya bicara itu kembali diam, mungkin lebih terisak sekarang. Sejujurnya Chimon merasa bingung, ia tak minta penjelasan pada Nanon.

Nanon yang merasa kesal pada Chimon yang tak berhenti menangis tersebut segera mengangkat Chimon keatas pangkuannya. Dengan posisi Chimon mengahadap Nanon dan pinggang Nanon diapit oleh kedua paha Chimon.

Awalnya Chimon merasa kaget dan asing dengan posisi ini, namun lama kelamaan ia merasa nyaman. Apalagi Nanon yang mendekap wajahnya ke dada Nanon sehingga aroma khas dari tubuh sahabatnya itu menyeruak masuk kedalam indra penciumannya menjadi obat penenang tersendiri bagi Chimon. Sesekali tangan Nanon mengelus surai rambut Chimon lembut, mencoba memberi ketenangan disana.

"Udah nangisnya?" tanya Nanon setelah tak mendengar isakan dari Chimon lagi.

Chimon mengangguk pelan di dalam dekapan Nanon "iya" jawabnya singkat dengan nada serak.

"Gue sayang sama lo" ucap Nanon serius.

Chimon tertegun, namun masih tak mengangkat kepalanya dari dekapan Nanon.

"Lo sahabat terbaik gue, lo sahabat gue dari kecil sampe sekarang. Lo orang yang selalu ada pas gue susah ataupun seneng. Lo selalu perhatian ke gue di saat orang tua gue gak perhatian ke gue! Bagi gue lo itu segalanya. Bahkan gue gak bisa ngenyangin hidup tanpa lo, pasti susaaaah banget... jadi gue mohon, gue minta tolong jangan marah lagi, oke? Jangan nangis kek gini lagi? Karena hal hal kecil kek gini bisa bikin kita pisah dan gue gak pengen kita pisah" kata Nanon panjang lebar sembati memeluk sahabatnya erat, seperti takut akan kehilangan. Chimon tak bisa berkata kata, ia merasa sedikit berbeda dengan Nanon yang sekarang tapi ia tak terganggu, ia suka Nanon yang ini.

Chimon ikut memeluk Nanon erat. Menyalurkan kehangatan satu sama lain. Keduannya berpeluk bak teletabis tapi dengan posisi yang sedikit intim. Bagi yang melihatnya mungkin akan berpikir mereka adalah pasangan yang sedang mesum.

Setelah beberapa menit keduanya saling melepas pelukan. Kemudian Chimon mangangkat kepalanya, agar bisa menatap wajah Nanon. Karena Chimon lebih rendah, Nanon sedikit menundukkan kepalanya menatap Chimon, mata mereka berdua saling bertemu.

Nanon tertegun saat melihat wajah Chimon dari dekat.

Cantik.

Dan juga

Seksi.

Bagaimana tidak? Wajahnya putih mulus namun pipi dan hidung Chimon sedikit memerah. Matanya yang sipit melebar, dan menampilkan bola mata yang berair disana. Bibir Chimon yang tipis tersebut merah alami dan terlihat berkilat akibat basah. Rambutnya tak beraturan berbeda sekali dari pagi tadi. Dan yang paling menjadi sorotan Nanon adalah seragam Chimon yang acak acakan. Bajunya sudah keluar dari dalam celana, bahkan dua kancing atas kemeja Chimon terbuka hingga tampaklah dada Chimon yang putih bersih. Serta celana Chimon ikutan naik keatas dan terpampanglah paha cowok itu.

Best Friend (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang