Kelas 10 / Semester 1 / Bulan Juli

2.4K 66 22
                                    

Kata orang, SMA adalah masa-masa penuh cerita. Cerita yang berawal dari upacara masa orientasi siswa ini pasti membawa harapan untuk semua anak baru di SMA Nusantara. Masih berseragam putih-biru dari SMP masing-masing, membawa atribut MOS, dengan raut wajah bingung seakan akan hadir banyak cobaan dari para senior. Agenda di upacara hari ini adalah pembagian kelas, dan sudah pasti seluruh anak baru tersebut merasa gugup.

Selesai upacara dan pembagian kelas, mereka dipersilakan untuk menuju kelas masing-masing. Kilau dan teman-teman sekelasnya berjalan di lorong lantai 3, menuju kelasnya. Senior yang memimpin kelas Kilau berjalan di paling depan. "Ini kelas kalian, 10-C. Wali kelasnya Pak Abi, guru olahraga. Nanti bakal datang kok ke sini," ujar Amara si senior itu sambil tersenyum dan membukakan pintu kelas. Amara yang berambut sebahu ini sangat baik kepada junior-juniornya, sangat jauh dari cap senior galak.

Kursi di kelas Kilau disusun menyerupai huruf U. Ia memilih duduk di tengah-tengah. Tidak banyak teman yang Kilau kenal, bahkan sebenarnya ia baru kenal dua orang saja di kelas ini; Lara dan Btari. Lara dan Btari datang dari satu SMP yang sama, makanya mereka terlihat cukup akrab satu sama lain. Hanya Kilau yang dari tadi berusaha menangkap obrolan mereka, agar tidak terlalu canggung.

Bisa dibilang cuma Kilau sendiri yang berasal dari SMP-nya yang bersekolah di sini. SMP-nya Kilau jauh, sekitar 50 menit dari rumah tapi hanya 5 menit dari kantor papanya. Ia bisa sekolah di sana karena setiap hari ikut bersama papanya yang berangkat kerja. Tapi, lama-kelamaan Kilau capek juga dan memutuskan untuk memilih SMA yang dekat rumah saja, sama seperti SD-nya dulu.

"Lo Kilau ya?!" tiba-tiba ada yang mengagetkan Kilau dari samping kanannya. Ada seorang cowok berseragam SMP juga yang sedang memfokuskan matanya ke wajah Kilau. "Iya, lo Kilau!"

Kali ini gantian Kilau yang memfokuskan pandangannya ke wajah cowok itu. "Hmm, iya..."

"Ah, lo lupa pasti! Gue Nalar, temen SD lo," lanjutnya percaya diri.

"Nggg.."

"Ya, kita beda kelas sih memang. Gue 6-B bareng Cikal. Nah iya, Cikal yang dulu suka main sepeda ke rumah lo. Lo masih inget nggak?"

"Oh, Cikaaal.. Iya, ya, inget. Hah, ya ampun akhirnya ada juga orang lama yang gue kenal di sini. Lo di kelas ini juga dong?" tanya Kilau penasaran.

"Ya, iyalah!"

"Ah, seneng banget!"

Tiba-tiba terdengar suara Amara yang mengajak seluruh anak 10-C kembali ke lapangan. Padahal baru saja mereka berdua ingin ngobrol lebih banyak. "Yah, ya udah deh nanti lagi ya, Lau."

"Oke!" ujar Kilau sambil tersenyum ke Nalar.


***


Hari ini tepat dua minggu paska MOS dan ritme kegiatan belajar di sekolah sudah berjalan sebagaimana mestinya. Boleh masuk kantin, boleh bawa kendaraan pribadi, dan pastinya mulai banyak tugas dari tiap mata pelajaran. Pak Abi, wali kelas mereka, agak unik orangnya. Beliau bilang karena sekelas hanya ada 30 anak jadi setiap hari teman sebangkunya harus berganti. Beliau ingin seluruh anak di kelasnya kenal baik satu sama lain.

"Setuju nggak sama saran saya?" tanya Pak Abi di depan kelas. Anak-anak mengangguk lemas. Tapi tidak dengan Nalar. Ia langsung menepuk pundak Kilau yang hari ini duduk di depannya bersama Btari.

"Kenapa?" tanya Kilau sambil memundurkan badannya.

"Besok gue duduk sama lo ya," ajak Nalar tanpa ragu sedikitpun.

Kilau mengangguk sambil memberikan jempol, kode ia setuju dengan ajakan Nalar.


***

Kilau di Hati NalarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang