Dua bulan paska putus dengan Sakti, hidup Kilau sudah jauh lebih stabil. Walaupun, rasa dendam pada Sakti tetap ada, namun berusaha ia kubur dengan melakukan banyak kegiatan positif. Ia masuk bimbingan belajar dan mulai aktif lagi di sanggar tari setiap akhir pekan. Bahkan, papa dan mamanya sempat bingung karena Kilau seperti orang yang tidak kenal lelah belakangan ini. Menurut Kilau, lebih baik banyak kegiatan supaya lupa, dari pada berdiam malah menyakiti diri sendiri.
Di sisi lain, Nalar juga lagi sangat sibuk. Akhir September kemarin, ia ada acara pecinta alam bersama dengan sekolah-sekolah lain yang memiliki ekstrakulikuler serupa. Acara tersebut adalah kegiatan tahunan dan karena Nalar sudah kelas 12 ini merupakan momen terakhirnya mengikuti acara tersebut. Acaranya 3 hari 2 malam di tempat yang sangat minim sinyal.
Mengingat kehidupan pribadi Kilau dan Nalar yang masing-masing sibuk, sudah hampir 3 minggu ini mereka tidak berkomunikasi. Satu-satunya yang terjadi adalah jika tidak sengaja keduanya bertemu di kantin atau koridor sekolah. Maklum, di kelas 12 inipun mereka tidak sekelas lagi. Keduanya tidak ada yang saling mencari, bahkan mungkin tidak terpikir satu sama lain.
***
"Lar! Eh, eh! Laaar.. Kenapa sih?" tanya Kilau sambil mengejar Nalar. Mereka tidak sengaja bertemu lagi di koridor sekolah siang ini.
Hari ini hari Senin. Hari pertama setelah Nalar ikut acara pecinta alam di hari Jumat hingga Minggu kemarin, namun siang ini Nalar mencoba menghindari Kilau. Lagi. Tadi pagi momen serupa juga terjadi. Kilau yang baru selesai pelajaran olahraga sedang kembali ke kelasnya, ketika Nalar ke luar kelas untuk membuang sampah. Tidak sengaja mereka bertemu di koridor. Kilau yang sudah lama tidak melihat Nalar langsung menepuk pundaknya dari belakang, tapi Nalar terlihat terkejut. Ia langsung masuk ke dalam kelasnya, sambil berkata, "Sebentar, sebentar."
Siang inipun terjadi lagi momen yang sama. Nalar langsung berlari ketika dikejar Kilau, sambil berteriak, "Bentar Lau, bentar aja!"
Kilau tidak menangkap apa yang dimaksud Nalar.
***
Sorenya ketika jam pulang sekolah berbunyi, Nalar sudah berdiri di depan pintu kelas Kilau sambil celingukan mencari Kilau. Kilau yang duduk di bangku deretan belakang melihat perilaku Nalar tersebut. 'Heran, tadi aja ogah banget gue panggil. Sekarang malah nyariin! Huh!' ujar Kilau dalam hati.
"Lau! Lo mau ngapain sekarang?" tanya Nalar saat Kilau menghampirinya.
"Ya, baliklah! Lo pikir gue mau nginep di sekolah?" jawab Kilau sambil manyun.
"Yeee.. Lo les nggak?"
Kilau menggeleng. "Gue les Selasa-Kamis. Dicatet makanya, biar hafal!"
"Iyeee.. Kok lo jadi galak sih?!" protes Nalar.
Kilau yang sudah berjalan di depan Nalar langsung menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Nalar. "Menurut lo?! Dari pagi gue samperin "sebentar-sebentar" mulu. Sekarang sok sibuk lo yaaa," jawab Kilau kesal.
"Heh! Itu"sebentar-sebentar" karena ada yang penting. Udah deh, ke Kaffe Koffi aja yuk. Gue mau cerita. Gue udah bawa dua helm kok," ajak Nalar. Dari cara bicaranya, sepertinya ada hal tidak bisa ditunda untuk Nalar ceritakan.
"Ya udah deh," sahut Kilau masih sambil manyun.
***
Seperti biasa, Kaffe Koffi memang tempat yang nyaman untuk bercerita. Tempatnya tidak terlalu besar, tapi tidak kecil sekali. Jadi, saat berceritapun tidak akan terdengar ke mana-mana tapi juga tidak terganggu dengan suara pengunjung lain. Baristanya pun asyik, tidak banyak omong atau ikut campur obrolan pengunjungnya. Ada beberapa bean bag dan sofa, inilah salah satu yang bikin tidak mau pulang kalau sudah duduk di sana. Kilau dan Nalar selalu memilih duduk di area bean bag.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kilau di Hati Nalar
Novela JuvenilKilau dan Nalar bertemu lagi di SMA yang sama. Kilau yang periang namun misterius akhirnya berteman dengan Nalar yang menyenangkan dan apa adanya. Diam-diam, Nalar menaruh Kilau di hatinya. Namun ternyata, Kilau menyimpan banyak rahasia dari Nalar...