Kelas 10 / Semester 2 / Bulan April

659 21 7
                                    

Hidup Nalar terasa jungkir balik sejak obrolan terakhir dengan Kilau tentang Bintang waktu itu. Dari sekian banyak cowok yang ada di sekolah, Nalar kesal kenapa harus Bintang yang Kilau tanyakan padanya. Bintang memang ganteng, keren, anak mobil - sebuah paket lengkap. 'Tapi kenapa harus Bintang?!'  geram Nalar dalam hati. Sebenarnya, permasalahannya adalah jika Kilau jadi sama Bintang, sudah pasti dunianya penuh dengan Bintang dan tidak ada lagi tempat untuk seorang Nalar. Bintang punya semuanya. Itu yang membuat Nalar murung belakangan ini.

Ada banyak hal yang sebenarnya ingin Nalar tanyakan pada Kilau. Tentang Sakti, tentang Bintang, namun lagi-lagi urung ia tanyakan. Setiap kali bertemu dengan Kilau, mereka hanya mengobrol selewat saja. Kali ini ada kesan Kilau menyembunyikan sesuatu dari Nalar. Hal yang sama sekali tidak bisa Nalar terka.


***


Langit mulai berwarna jingga, Nalar masih ada di ruang rapat ekstrakulikuler pecinta alam. Nalar bergabung lagi di pecinta alam, meneruskan pengalamannya sejak SMP dulu. Dan karena dinilai Nalar sudah punya banyak pengalaman, ia terpilih menjadi wakil ketua di ekstrakulikuler ini. Nalar merasa senang, karena dengan begitu ia menjadi sibuk dan bisa perlahan melupakan Kilau. Seperti sore ini, saat jam sudah menunjukkan pukul 17:15, Nalar baru saja keluar gerbang sekolah menuju CBS (Cabut Belakang Sekolah), tempat nongkrongnya.

CBS ini berbentuk kantin mini. Di dalamnya, ada meja panjang tempat terpampangnya gorengan segala rupa dan kursi tempat duduk si Aa, pemilik kantin. Aa selalu menawarkan kopi hitam panas pada siapapun yang datang ke sana. Biasanya ada saja yang menimpali, "A, anak SMA mah nggak minum kopi. Nggak ada apa A yang dioplos dikit?" goda anak-anak. Nanti si Aa hanya mesem dan bilang, "Awas aja, kalau ada yang mabok di sini! Aa aduin ke Pak Satya!" Pak Satya adalah kepala sekolah di SMA Nusantara, semua takut padanya. Anak-anak selalu menggoda Aa dan menganggapnya lucu. Karena itulah, Aa tetap menjadi kesayangan anak-anak CBS, karena selain pemilik kantin, ia juga siap sedia direpotkan kapanpun, termasuk menerima anak-anak nginep di sana saat akhir minggu.

Di samping CBS ada gazebo yang biasanya jadi tempat nongkrong dan tidur sore anak-anak. Tapi sore ini, tidak ada banyak orang di gazebo. Hanya Panca, Galih, dan beberapa orang lainnya. Seusai memarkirkan motornya di depan kantin, Nalar langsung masuk ke dalam gazebo.

"Sepi amaaat..," kata Nalar memulai obrolan.

"Iya nih, udah pada cabut. Si Bintang sih jangan ditanya, cuma setor muka doang tadi. Saka sama anak-anak pada ke warnet, jadi langsung cabut. Tadi ada Terang sama Raga juga. Tapi, Terang ada latihan jadi balik duluan," jelas Panca sambil mainin handphone.

"Lah, terus Raga mana?" tanya Nalar lagi.

"Auk. Tadi ada sih terus tiba-tiba pergi, nggak bilang," jawab Galih yang lagi mengunyah pisang goreng.

"Nah, lo berdua kenapa nggak balik?"

"Gue bentar lagi deh, habis Maghrib cabut. Eh Lar, besok lo masuk 'kan?" tanya Galih kemudian.

"Masuk kok, kenapa memang?"

"Besok gue izin ya... Hehe.. Bilangin Saka deh gue izin ke Bandung," pinta Galih.

"Dih, mau cabut lo pasti?! Bilang sendiri aja gih..," tolak Nalar tidak mau ikut-ikutan.

"Sekaliii aja gue minta tolong sama lo nih, Brooo..," rayu Galih. Tidak biasanya Galih cabut sekolah begini. Galih teman Nalar di kelas 10-C, kelas yang sama dengan Kilau.

Nalar mengangguk sambil menyandarkan badannya ke sisi gazebo. Di sebelahnya, ada Panca yang masih asyik pegang handphone sambil tiduran di lantai gazebo. Sepertinya ia sedang asyik berkirim pesan singkat dengan seseorang. Nalar iseng dan memajukan kepalanya mendekati handphone Panca. Tertulislah pada layar handphone sebuah nama yang sangat tidak asing bagi Nalar: KILAU 10-C. Nalar terdiam. Panca tidak sekelas dengannya dan Kilau, ia anak 10-B. Pertanyaan demi pertanyaan menyeruak di benak Nalar. Namun, ia tidak ingin langsung bertanya pada Panca. Ia tidak ingin membuat hubungan pertemanan dengan Panca menjadi canggung.

Kilau di Hati NalarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang