b a g i a n s e p u l u h

473 81 18
                                    

Awalnya Jeno hanya ingin mengunjungi rumah kekasihnya, sekedar ingin tahu bagaimana Yeji memulai harinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Awalnya Jeno hanya ingin mengunjungi rumah kekasihnya, sekedar ingin tahu bagaimana Yeji memulai harinya.

Jujur saja, pemuda Lee itu sedang linglung akibat baru didepak dari rumahnya sendiri. Sayangnya, dia datang di waktu yang tidak tepat. Lelaki paruh baya yang tak lain adalah ayah Yeji adalah orang pertama yang dia temui. Belum sempat Jeno memberi salam dan lelaki itu sudah melewati tubuhnya terlebih dahulu dengan wajah memerah padam. Selang semenit, wanita paruh baya dengan wajah tak kalah kusut keluar dari bangunan itu, ibu Yeji keluar tanpa menatapnya sedikit pun.

Pasti ada yang tidak beres begitu pikirnya dalam hati. Jeno langsung merogoh ponsel di saku celananya, lalu menghubungi seseorang.

"Kamu baik-baik saja?"

"Je-Jeno... hiks"

"Tenang, oke? Aku sudah di depan pintu rumahmu", pintu kayu dihadapannya terbuka dan tubuh Yeji langsung menghambur ke dalam pelukannya. Perempuan itu menangis.

"Tenang, oke. Ayo, kita masuk dulu", Jeno membawa tubuh kekasihnya itu masuk, lalu mendudukkan tubuhnya di sofa ruang tamu.

"Aku takut"

"Ada aku disini. Hmmmm.. apa kamu sudah makan?", perempuan itu menggeleng.

"Biar aku saja yang memasak", lelaki bermarga Lee itu kemudian beranjak meninggalkan tubuh kekasihnya yang masih mematung.

Beruntungnya karena dapur Yeji masih menyisakan beberapa bahan masakan yang bisa dia olah. Telur mata sapi kedengarannya tidak buruk.

Baru saja dia menggoreng telur itu di atas wajan dan sepasang tangan memeluknya dari belakang. Jeno menoleh, melihat bagaimana wajah pucat Yeji yang menelusup di balik punggungnya.

Lucu, gumamnya dalam hati.

"Kenapa kamu lama sekali?", gumam perempuan Hwang itu sambil mendongakkan wajahnya. Oh tidak, Jeno tidak kuat ditatap seperti itu.

"Aku sedang memasak, nanti kalau gosong bagaimana?"

"Aku takut sendirian"

"Kamu sudah minum susu hamilmu?", Yeji menggeleng pelan.

"Kalau begitu biar aku saja yang membuatnya tapi lepaskan dulu pelukanmu"

"Tidak mau!", Oh Tuhan, Jeno benar-benar merasa aneh dengan tingkah manja kekasihnya ini tapi dia juga gemas. Jeno harus bagaimana?

"Lalu bagaimana cara aku membuatnya kalau begini?"

"Tinggal buat saja, aku tidak akan menggangu kok. Aku hanya ingin terus bersamamu seperti ini"

"Tapi kalau kamu terus begini aku tidak bisa fokus melakukan apapun, Yeji!", gumamnya dalam hati.

Tidak punya pilihan lain, Jeno terpaksa melakukan serangkaian kegiatan dapurnya bersama Yeji yang masih memeluknya dari belakang.

LILI OF THE VALLEY  [Lee Jeno]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang