p r o l o g

1.3K 134 12
                                    

Salju pertama turun hari ini, menyentuh setiap inci lekukan bumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salju pertama turun hari ini, menyentuh setiap inci lekukan bumi. Entah itu tanah, atap, jalanan, juga pemermukaan pakaian dari orang-orang yang keluar rumah demi menyambutnya.

Natal akan datang dalam dua minggu, membawa Santa dengan segala pernak-pernik hadiah yang sudah berjejer rapi di bawah pohon Cemara yang dipenuhi lampu-lampu di dekat perapian.

Harusnya semua orang bahagia, menyemarakan Natal dengan senyuman sepanjang hari tapi hal itu tidak terjadi pada Yeji.

Hwang Yeji, kehilangan senyumanya saat ini. Dia jauh dari kata bahagia, dia kosong di dalam riuhnya nyanyian rohani yang menggema di setiap sudut rumahnya. Mata sayunya menatap hamparan es putih di luar rumahnya tanpa minat, dari balik kaca jendela sendu itu tercetak jelas, bahwa sekarang, Hwang Yeji menjadi beku bersama salju yang turun menabrak tanah, bersama awan menggulung yang menghalau jengkalan cahaya.

"Yeji, ada yang menunggumu di bawah", gadis Hwang itu menoleh, mendapati sosok ibunya yang menyembul dari balik pintu kayu tua di ambang kamarnya.

Bukannya ingin terlalu percaya diri, tapi pasti lelaki mata sipit itu yang menunggunya di bawah. Yeji sudah tahu itu dan memang itu yang dia tunggu, dengan langkahnya yang ogah-ogahan dia berusaha menemu lelaki itu dengan sedikit merapalkan doa dalam hati. Semoga semuanya baik-baik saja.

"Jeno", lirihnya begitu mendapati sosok laki-laki bermata sipit itu duduk di sofa rumahnya. Jeno bangkit, terperangah mendapati wajah kacau kekasihnya.

"Kamu baik?"

"Seperti yang kamu lihat"

"Kamu sedikit... Umhhhh, k-kacau", Yeji hanya diam sambil melangkahkan kakinya untuk mendekati kekasihnya tersebut.

"Aku... Aku mau membicarakan sesuatu"

"Mau membicarakan sesuatu?", Jeno kembali melontarkan pertanyaan, membuat gadis Hwang di sebelahnya itu menatapnya lamat-lamat.

"Apa ada masalah di sekolah? ", Yeji menggeleng sambil menggigit bibirnya.

"Apa orang tuamu bertengkar lagi?", lagi, Yeji hanya menjawab dengan gelengan kini dengan menundukkan kepalanya.

"Lalu ada apa?", lama gadis itu terdiam sebelum akhirnya memberanikan diri dan mendekatkan kepalanya ke telinga Jeno.















"Aku... Hamil"

Dua kata yang mengakhiri senyuman keduanya. Dua kata yang membuat Jeno mengerutkan dahinya lalu pergi begitu saja. Dua kata. Hanya dua, tapi mampu mengakhiri kebebasan keduanya. Yeji bergegas mengejar lelaki sipit itu, tapi sayang Jeno terlalu cepat melangkah kaki seperti mentari di musim dingin yang hilang tertelan langit kelam.

 Yeji bergegas mengejar lelaki sipit itu, tapi sayang Jeno terlalu cepat melangkah kaki seperti mentari di musim dingin yang hilang tertelan langit kelam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

an.

Hai, udah lama banget setelah aku nggak nulis cerita. Jadi maaf kalau bahasanya belibet kayak gini 😂

Terakhir, terima kasih untuk kalian, siapapun itu yang udah mau mampir dan baca cerita ini ❤️

Don't forget to tap ✨ and comment 🙏

LILI OF THE VALLEY  [Lee Jeno]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang