Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pernikahan bukan hanya sekedar mengikat janji suci ataupun tinggal seatap bersama.
Jeno tahu keputusannya kelewat nekat, mengingat umur mereka yang masih remaja. Namun, disisi lain pemuda Lee itu juga tidak bisa mengelak, dia juga harus mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Jeno bukannya terpaksa dia hanya merasa ini saat yang tepat, apalagi sebentar lagi dia harus kuliah di Busan, tidak mungkin juga meninggalkan Yeji yang sedang hamil sendirian di rumahnya.
"Menikah?", Yeji masih tidak percaya dengan pendengarannya. Ini terlalu tiba-tiba.
"Iya. Kamu mau kan menikah dengan ku hari ini? Aku tahu ini kedengarannya tidak romantis, tapi..", Jeno menjeda kalimatnya.
Tubuhnya mendekat, lalu berjongkok. Sebelah tangannya mengeluarkan kotak beludru kecil. Yeji terperangah melihat cincin emas berada di dalamnya.
"Hwang Yeji, mau kah kamu menikah denganku hari ini?", air mata bahagianya meluncur kala itu juga.
"Ya! Ya! Ya aku mau!", perempuan itu langsung menghambur ke pelukan kekasihnya.
Kekosongan kemarin seketika menguap, hatinya kini terisi setumpuk kebahagiaan yang mungkin tidak akan pernah habis.
Yeji menengadah, mengucapkan beribu syukurnya kepada Tuhan.
Terima kasih Bunda Maria. Terpujilah Engkau dan buah tubuhmu, Yesus.
Yeji mengungkapkannya dalam hati.
Tuhan tidak pernah tidur, Tuhan tidak tuli. Tuhan tahu, dia tidak diam. Yeji membuktikannya sekarang, bahwa Tuhan memang selalu memiliki cara tersendiri untuk membuatnya sadar akan keberadaannya.
"Bagaimana dengan orang tuamu, Jeno?", pertanyaan Yeji yang memang sudah diantisipasinya jauh-jauh hari tapi cukup membuatnya gugup.
"Mereka tahu kita akan menikah?", lanjutnya.
"Mereka sedang di luar negeri"
"Lalu bagaimana caranya?"
"Tenang saja, ada Mark dan juga ibunya. Aku juga sudah memberi tahu Lia dan Ryunjin", Yeji mengernyit, bukannya dia tidak senang hanya saja ini aneh.
Orag tua mana yang akan pergi ke luar negeri saat anaknya akan menikah?
"Kamu tidak menyembunyikan apapun dariku, bukan?", pertanyaan Yeji tadi membuat pemuda Lee itu gugup.
Bukannya tidak ingin jujur, dia hanya takut kebenaran tentang dia yang harus angkat kaki dari rumahnya membuat Yeji menyalahkan dirinya sendiri. Dia akan mengatakan kebenaran itu tapi tidak untuk sekarang. Ya, setidaknya biarkan dia membuat Yeji bahagia dengan caranya.
"Tentu saja tidak. Mereka bukannya tidak mau datang hanya saja ada hal yang lebih penting yang harus mereka urus. Oh ya, besok pagi-pagi sekali kita akan pindah ke Busan. Sesuai janjiku aku akan mempertanggung jawabkan semuanya, kita akan hidup bersama Yeji", Yeji hanya mengangguk tidak tahu harus menjawab apa.