b a g i a n l i m a

551 116 9
                                    

Liburan musim dingin telah usai, berbanding terbalik dengan tahun ajaran baru yang baru akan dimulai di awal tahun ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Liburan musim dingin telah usai, berbanding terbalik dengan tahun ajaran baru yang baru akan dimulai di awal tahun ini. Di Korea anak-anak tingkat akhir akan lulus pada bulan kedua.

Hanya tersisa sebulan bagi Yeji untuk merampungkan pendidikannya begitupula dengan Jeno. Berbicara tentang Jeno, lelaki itu tidak lagi menghubunginya, dia bak angin yang berlalu tak terendus keberadaannya sama sekali.

"Yeji!", Lia, yang merupakan teman sebangkunya adalah yang pertama menyambutnya di kelas.

"Hai! Aku sangat merindukanmu!"

"Aku juga!"

"Bagaimana kabarmu? Oh ya, kamu pasti sangat senang sekarang karena kekasihmu berhasil lolos seleksi masuk  di SNU"

"Dia berhasil?"

"Aih, kamu tidak tahu atau hanya pura-pura tidak tahu? "

"Te... Tentu saja aku tahu", gumamnya terbata-bata.

Sejujurnya, gadis Hwang itu memang tidak tahu menahu apapun tentang hal tersebut. Mereka tidak pernah bertemu lagi, entah Yeji yang terlalu keras pada pekerjaannya atau Jeno yang menjauh. Namun, ada letupan perasaan bahagia yang mengisi rongga dadanya sekarang, sebuah gelora yang menarik sudut-sudut bibirnya yang kemudian membentuk sebuah senyuman.

"Nah itu Jeno! Kamu tidak menghampirinya?", Lia mengisyaratkan dengan dagunya.

Jeno baru saja memasuki kelas, tanpa berniat menyapa atau melihatnya sedikitpun. Dia berjalan melewati keduanya tanpa menoleh.

"Hei, apa-apaan dia tadi. Dia mengabaikan kita? Maksudku, dia mengabaikanmu?", Lia curiga. Tentu saja ini aneh. Sangat aneh, bahkan luar biasa aneh.

"Lia, aku pikir Jeno butuh waktu sendiri. Mungkin suasana hatinya sedang buruk", hanya firasat Lia atau mereka berdua memang aneh sekarang?

Matanya terus menatap wajah Yeji penuh selidik, mencari kebohongan yang jelas tertulis di kedua matanya.

"Kalian sedang marahan?"

"Te-tentu saja tidak"

"Kalian aneh"

"Mau ke kantin bersama? Aku sangat merindukan masakan kantin", sekuat tenaga walaupun tidak pandai berbohong, perempuan bermarga Hwang itu berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.

"Kamu membuatku semakin curiga, Yeji", Yeji hanya tersenyum kikuk. Memang benar dia tidak pandai berbohong, terlebih pada Lia.

Yeji duduk termenung di depan kasir, pengunjung toko roti sedang sepi hari ini, mungkin karena liburan telah usai? Entahlah, itu bukan sesuatu yang baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yeji duduk termenung di depan kasir, pengunjung toko roti sedang sepi hari ini, mungkin karena liburan telah usai? Entahlah, itu bukan sesuatu yang baru. Pikirannya kini berpusat pada Jeno, lelaki bersurai hitam yang mencuri hatinya juga mencuri sesuatu yang harusnya dia jaga.

Yeji jadi ingat, beberapa bulan lalu ketika mereka masih baik-baik saja, dia menjanjikan satu hal pada Jeno.

"Jangan belajar terlalu keras, aku tidak punya banyak waktu untuk merawatmu. Ingat, aku masih harus kerja part time", Jeno masih enggan memperhatikan, dia sibuk berkutat pada buku tebal di depannya.

Yeji menatap lamat-lamat kekasihnya itu, kaca mata bulat yang membikai wajahnya juga wajah serius dengan bibir mengerucut lucu. Ah, ini memang pemandangan yang paling dia sukai. Yeji tersenyum, walaupun Jeno terlihat tidak peduli setidaknya dia tahu lelaki tersebut masih mendengarkannya.

"Mau bertaruh denganku?"

"Bertaruh?", Jeno hanya menanggapi tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku tebal tersebut.

"Kalau kamu lolos seleksi masuk SNU, kamu mau aku bawakan apa?"

"Hmm", Jeno meletakkan pensilnya, mencoba mencari jawaban dari pertanyaan Yeji barusan.

"Kamu", jawabnya singkat.

"Aku?"

"Iya"

"Eyyy, dasar tidak seru. No jam"

"Aku  sedang tidak bercanda. Kamu tidak perlu membawa apapun, Yeji"

"Semangka? Kamu suka semangka, bukan?"

"Dulunya suka, tapi Mark juga menyukainya. Aku takut dia akan menghabiskan itu duluan sebelum aku", benar juga, sepupu Jeno yang satu itu bukan hanya sebatas suka, tapi mungkin juga terobsesi pada semangka.

"Bagaiman kalau brownies coklat dan menonton film? ", penawaran yang cukup menggiurkan tentu saja bagi seorang Lee Jeno, mengingat lelaki itu menyukai coklat.

"Dengan coklat panas? Ah ya, aku juga ingin menonton film dengan selimut tebal!",  timpal Jeno yang membuat mereka berdua sama-sama tersenyum.

"Oke, baiklah. Kalau begitu kamu harus bersiap-siap dari sekarang, atau hal-hal itu tidak akan pernah terjadi. Semangat Lee Jeno!!"

"Siap, boss!"

Yeji tersenyum, bahkan ketika mengingatnya lagi kenangan itu masih terasa manis.

Ah, haruskah dia membawakan brownies dan coklat panas untuk lelaki tersebut? Yeji ragu, mengingat bagaimana pemuda Lee itu mengacuhkannya tadi pagi. Namun, berapa kali pun dia berpikir jawabannya tetaplah sama. Ragu-ragu.

"Haruskah kita membawakan itu untuk ayahmu?", Yeji mengelus perut ratanya, mencoba mencari jawaban dari sana.

"Tapi ibu masih marah pada ayahmu. Ibu takut, tapi ibu mencintainya. Ibu harus bagaimana?"

Oh, Tuhan dia bisa gila kalau begini caranya.

Oh, Tuhan dia bisa gila kalau begini caranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tbc.

an.
Mohon bersabar ibu-ibu...

Oh ya, selamat tahun baru 2021! 🎉❤️

Don't forget to tap ✨ and comment 🙏

LILI OF THE VALLEY  [Lee Jeno]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang