Upacara kelulusan baru saja usai beberapa menit yang lalu. Berbeda dengan kebanyakan orang yang sedang lalu lalang menyorakan hari kebebasan mereka, Lee Jeno justru memilih menyendiri di bangku taman. Kelulusan bukan lagi menjadi garis kebebasannya, kelulusan berarti hari dimana dia harus mengumumkan keputusan yang dia buat.
Lelaki bermarga Lee itu memejamkan matanya, menyenderkan punggung lelahnya, membiarkan sinar matahari yang walau tidak terik tapi cukup untuk memberikan sedikit kehangatan. Helaan nafas juga turut lolos dari belah bibirnya. Berat. Beban di kedua pundaknya kini lebih berat.
Terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, lelaki itu sampai lupa kalau sekarang kekasihnya, sudah duduk di sampingnya.
"Kalau kamu punya masalah, kamu bisa berbagi denganku, Jeno", suara itu menyadarkanya, membuat lelaki bermarga Lee itu menoleh lalu menerbitkan segaris senyum kecil di wajahnya.
"Jangan memendamnya sendiri. Bukankah kita berjanji untuk menghadapinya bersama-sama?", kata-kata Yeji seolah membuatnya semakin kecil. Jeno hanya takut. Dia sedang tidak baik-baik saja.
"Butuh pelukan?", lelaki itu tidak langsung mengangguk, tapi tubuhnya mendekat. Ya, pada akhirnya mereka membagi ke khawatiran itu bersama-sama.
"Bagaimana kabarnya hari ini?"
"Dia baik. Aku heran, kamu selalu menanyakannya tapi tidak pernah mengajaknya bicara"
"Aku hanya belum terbiasa, itu terdengar aneh"
"Maksudmu anakku aneh?"
"Heh, itu juga anakku!"
"Lupakan. Aku tidak mau berdebat lebih panjang lagi, lebih baik kita makan brownies coklat yang aku bawa", Yeji menguraikan pelukannya, lalu meraih kotak biru yang tersimpan dalam tasnya.
"Brownies coklat? Kenapa tiba-tiba?"
"Kamu lupa? Aku pernah berjanji akan memberikannya kalau kamu lolos SNU tapi waktu itu kita sedang marahan, jadi aku baru memberikannya sekarang", Jeno terdiam mendengar penuturan kekasihnya. Ah, haruskah dia jujur sekarang?
"Yeji... Aku tidak bisa menerima ini"
"Ha? Kenapa? Apa browniesnya tidak enak?"
"Bukan, hanya saja.... Aku.... Aku tidak akan kuliah di SNU", Yeji tersentak. Apa Jeno benar-benar akan menyerah pada mimpinya? Apa ini karena bayi dalam kandungannya? Sekarang Yeji benar-benar merasa dia adalah manusia egois.
"A-apa?"
"T-tapi kamu tenang saja, aku berhasil lolos di PNU di Busan dan juga aku mendapatkan beasiswa penuh. Kita bisa pindah kesana bersama-sama!"
"Benarkah?! Kalau begitu, anggap saja ini hadiah karena berhasil lolos PNU!", mereka berdua tersenyum. Yeji, perempuan itu sangat senang tentu saja, dia tidak berhenti tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
LILI OF THE VALLEY [Lee Jeno]
Fanfic"Where there is love, there is life" -Mahatma Gandhi. copyright© Desember 2020 cover by me.