1

650 46 23
                                    

Warning!
Typo bertebaran.
Silahkan tag jika kalian menemukan typo pada cerita ini.

Happy reading

||

Untuk zaman yang serba canggih seperti sekarang ini mungkin sudah nggak zaman lagi dengan yang namanya surat-suratan, tetapi beda halnya dengan Neslia Fanda atau kerap di panggil Nesa.

Keseharian Nesa ialah mengirim surat pada teman jauhnya di negeri sakura Jepang sana. Nesa memiliki paras yang cantik, pintar dan kreatif. Dia sering menciptakan karya-karya yang sangat di sukai oleh anak bangsa.

Saat ini Nesa sedang mengejar studi terakhirnya di fakultas ternama di Indonesia. Nesa juga mempunyai seorang sahabat yang bernama Kenant Dwi Sangose pria tampan dengan segala kekonyolan yang dimilikinya.

Mereka bersahabat sejak kecil hingga saat ini.

"Nesa!" teriak Kenant saat melewati parkiran fakultas Sastra.

Nesa dan Kenant kuliah di tempat yang sama, tapi beda jurusan. Kenant jurusan Teknologi, sedangkan Nesa jurusan Sastra.

"Iya." Nesa menoleh ke arah Kenant yang sedang berjalan ke arahnya.

"Pulang bareng aku ya."

"Ya udah deh."

Mereka pun berjalan ke parkiran fakultas Teknologi. Setelah sudah siap dengan keadaan masing-masing Kenant pun melajukan motornya meninggalkan kampus.

Cukup dua puluh menit menempuh perjalanan, Kenant pun sampai di kediaman Nesa.

"Mampir dulu yuk, Ken," ajak Nesa.

"Emang boleh?"

"Alah, biasanya juga tinggal masuk aja," kekeh Nesa.

Kenant hanya tertawa mendengar penuturan Nesa. Emang benar selama mereka bersahabat Kenant selalu keluar masuk saja dari rumah Nesa begitupun sebaliknya.

"Udah yuk, masuk." Mereka berjalan beriringan memasuki rumah Nesa.

Mama Nesa yang sedang nonton sinetron tersenyum melihat kedekatan Kenant dan Nesa anaknya, dia berdoa semoga mereka berjodoh.

"Anak Mama udah pulang toh rupanya." Rianti-- mama Nesa menghampiri keduanya.

"Iya, Ma." Nesa mengambil tangan mamanya lalu menciumnya di susul dengan Kenant.

"Kalian udah makan?" tanya Bu Rianti.

"Belum, Ma," jawab Kenant dan Nesa bersamaan.

"Ya udah, kalau gitu kita makan siang sama-sama."

____

Di tempat lain di negeri sakura Jepang seorang pria besetelan kemeja hitam lengkap dengan jas abu-abu sedang berkutat dengan berkas-berkas di hadapannya.

Dihitung sudah berjam-jam dirinya berkutat dengan berkas-berkas itu, walau badan letih tidak mengurangi niat untuk menyelesaikannya.

"Hufh, akhirnya selesai juga," monolognya.

Dia menyandarkan kepalanya di kepala kursi, memejamkan mata sejenak merefleksikan otak yang rasanya ingin pecah.

Tok ... tok ... tok.

Suara ketukan pintu mengganggu ketenangan sesaatnya.

"Permisi, Pak. Ini ada surat buat Bapak," ujar Meira--sekretarisnya.

Mendengar kata surat rasa letih yang tadinya menyerang hilang tergantikan rasa semangat yang menggebu-gebu. Diambilnya surat itu lalu dengan cepat membukanya.

Cinta Neslia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang