17.

67 12 0
                                    

Happy reading
||

"Kenapa kalian memutuskan segala sesuatu tanpa sepengetahuan saya?!" bentak Kivant pada Nesa dan Puput--sekretarisnya.

"Maaf, Pak. Kami melakukan ini karena Bapak tidak kunjung datang ke kantor," jelas Puput.

Nesa hanya berdiri menunduk, ia tidak berani mengangkat kepalanya apalagi Kivant terlihat sangat marah.

"Kalian tau 'kan klien kita yang satu ini sangat-sangat berarti buat perusahaan dan kalian dengan mudahnya menunda rapat!"

"Dia yang salah kita yang dimarahin," gumam Nesa dan masih bisa di dengar Kivant dan Puput.

"Apa kamu bilang?!" Suaranya naik lima oktav.

Nesa terperangkat kaget begitupun dengan Puput untung ruangan itu kedap suara jadi tidak akan kedengaran di luar.

"Ulangi kata-kata kamu!"

"Sebelumnya saya minta maaf karena udah lancang bicara seperti ini sama bapak. Gini Pak, harusnya yang salah di sini itu Bapak bukan kita."

"Bapak udah telat datang di telpon berpuluh-puluh kali tapi nggak di angkat sama Bapak. Kita berdua bingung harus berbuat apa dan akhirnya kami memutuskan menunda rapat ini," jelas Nesa.

"Kami tidak ingin mengambil resiko dan membahayakan nama baik perusahaan kalau kami yang ngambil alih rapat ini," lanjut Nesa.

Kivant menatap Nesa tidak percaya. Ia tidak menyangka Nesa akan berkata sepanjang itu. Dan apa katanya ini salahnya? Heii ini kantor miliknya jadi suka-suka dia mau datang kapan saja.

"Kembali ketempat kalian," putus Kivant.

Dia duduk di kursi kebesarannya, sedangkan Nesa dan Puput kembali ke kursi mereka masing-masing.

"Sok banget jadi orang udah tau salah pake marah-marah lagi," gumam Nesa sesaat sudah duduk di kursinya.

Setelah dari club Kivant langsung bergegas ke kantor, tapi setelah sampai di kantor ia di buat kaget dengan keputusan dua sekretarisnya yang menunda rapat pentingnya.

Padahal ia sudah mati-matian merayu klien nya ini agar mau bekerja sama dengan perusahaannya.

Jam menunjukan pukul dua belas lewat dan sekarang saatnya untuk makan siang.

Nesa membereskan kertas-kertasnya lalu bergegas keluar. Siang ini mereka ada janji makan siang dengan kolega bisnis Kivant yang dari luar negeri.

"Pak, ini berkas-berkas yang harus di pelajari." Nesa menyodorkan berkas itu pada Kivant.

Kivant menerimanya tanpa mengalihkan pandangannya pada Nesa.

"Kamu bisa tunggu saya di mobil," ujarnya.

Tanpa menjawab Nesa pun keluar dari ruangan itu.

"Jujur aku belum bisa terima kalau kamu bersama adik saya sendiri. Hati saya hancur." Kivant mengusap wajahnya gusar.

Ia belum bisa melupakan kejadia semalam, kejadian yang membuat hatinya hancur berkeping-keping.

Tidak lama Kivant pun bergegas keluar mengikuti Nesa.

'Ada apa dengan Pak Kivant? Kok dia kaya beda gitu dari biasanya. Biasanya 'kan dia itu nyebelin banget sekarang kaya cuek gitu. Aneh,' batin Nesa.

Setelah sampai dalam mobil Nesa masuk dan di ikuti Kivant setelahnya.

Ini bukan pertama kalinya mereka duduk berdua dalam mobil, tapi sudah kesekian kalinya.

"Pak, Bapak kenapa kok beda dari biasanya?" tanya Nesa memberanikan diri.

"Pertanyaan kamu tidak bermutu," ujar Kivant.

Nesa membulatkan matanya. Apa dia bilang, tidak bermutu? Hello gue nanya gitu cuman mau cairin suasana aja kali jangan ke PD-an.

_____

"Ken, kamu dari mana aja semalam, kok pulang larut?" tanya Kaito pada Kenant yang baru saja turun dari kamarnya.

"Itu aku dari pantai sama Nesa, Ma," jawabnya, ia berjalan menuju meja makan.

Sejak pagi ia belum makan apa-apa. Ia mengurung diri dalam kamar, menenangkan dirinya.

"Gimana kamu udah tanya Nesa perihal yang Mama katakan tempo hari?"

"Udah kok, Ma."

"Benar 'kan apa yang Mama katakan?"

"Hmm."

"Mama punya ide supaya kamu dan Nesa bersama."

Kenant menghentikan acara makannya, menatap mamanya penuh tanda tanya.

"Mama jangan bercanda," ujar Kenant.

"Mama nggak bercanda Kenant. Mama berencana akan menjodohkan kamu dengan Nesa, gimana?"

Kenant membulatkan matanya 'tak percaya. Apa yang ada dalam pikiran mamanya? Ia pikir ini zaman dulu yang harus di jodoh-jodohkan.

"Ngaco." Kenant kembali menguapkan nasi dalam mulutnya.

"Mama serius Kenant, Mama akan bicarakan ini pada Mama Nesa. Mama yakin, Mama Nesa setuju akan hal ini," ujar Kaito penuh percaya diri.

"Ini bukan jaman Siti Nurbaya yang harus di jodoh-jodohkan," ujar Kenant, ia sungguh tidak percaya dengan pemikiran konyol mamanya.

"Kamu suka 'kan sama Nesa?"

"Mama sudah tau jawabannya."

"Maka dari itu ikuti saran Mama. Apa kamu mau Nesa bersama Kivant? Nggak mau 'kan? Sama Mama juga nggak rela cewek yang di taksir anak Mama yang ganteng ini dimiliki orang lain," ujar Kaito.

"Terserah Mama aja deh Kenant ngikut aja," putus Kenant.

Akhirnya Kenant pun termakan omongan Kaito.

Kaito tersenyum smirk mendengar keputusan Kenant. Ini akan menjadi awal kehancuran persahabatan dan cinta di mulai.

Setelah makanannya habis Kenant bangkit dari duduknya dan pergi dari sana.

"Ingat, Ken jangan biarkan orang yang kamu cintai diambil orang lain," peringat Kaito.

"Itu tidak akan pernah terjadi. Nesa hanya akan menjadi milikku sampai kapan pun itu," ujar Kenant sebelum punggungnya sudah 'tak terlihat lagi.

"Dasar bodoh!"









Tbc___

Tinggalkan jejak🐾🐾🐾

Cinta Neslia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang