38

57 10 2
                                    

Happy reading

||

Tiga bulan kemudian.

Hubungan Nesa dan Kivant semakin dekat mereka pun tidak sungkan-sungkan menunjukkan keromantisan mereka di depan umum.

Akan tetapi hubungan mereka ini tidak di ketahui oleh orang tua mereka. Kenapa? Karena Kivant tidak mau mereka tahu.

Bukan tanpa sebab, jika Kaito-ibu sambung  Kivant tahu hal ini dia tidak akan segan-segan melukai Nesa. Tahu kan Kaito sangat tidak mau lihat Kivant berbahagia.

"Kivant, bagaimana keadaanmu? Apa sudah membaik?" tanya Doruk-bapak Kivant.

Saat ini mereka sedang duduk santai di ruang keluarga.

"Lumayan, Pa," jawab Kivant.

"Kalau keadaan kamu sudah baik-baik saja sebaiknya kamu kembali ke kantor cek apa-apa yang di perlukan di sana."

"Bukannya sudah ada Kenant, Pa."

"Papa tau cuman kan kamu tau sendiri Kenant itu belum terlalu paham urusan kantor jadi takutnya dia melakukan kesalahan yang bisa merugikan perusahaan."

"Sepertinya tidak. Kivant liat belakangan ini Kenant sudah bisa menghendel semuanya."

Doruk hanya mengangguk. Jika Kivant sudah berbicara seperti itu berarti Kenant memang sudah bisa melakukan semua.

"Pa, Kivant berencana memberika perusahaan itu pada Kenant," ujar Kivant setelah beberapa menit diam.

"Kenapa?"

"Kivant ingin mengurus perusahaan yang sudah Kivant bangun di Jepang."

"Baiklah kalau memang itu keputusanmu."

Kivant memeluk Papa nya. "Makasih, Pa."

Doruk tertegun ini kali pertama Kivant memeluk dirinya setelah dia memutuskan menikahi Kaito.

Ada rasa senang di sana. Pelukan hangat dari sang anak yang sangat ia rindukan.

Tidak ingin mengia-ngiakan kesempatan Doruk membalasa pelukan Kivant dengan erat.

"Ekhem, Kenant nggak di ajak nih," ujar Kenant yang baru saja turun dari kamarnya.

Kenant dan sang istri memutuskan tinggal di rumah orang tuanya karena Kenant belum mampu membeli rumah sendiri.

Walaupun ada uang dari Papa nya, Kenant tidak mau. Dia ingin membeli rumah dengan hasil keringatnya sendiri.

Kenant bergabung dalam pelukan hangat itu.

Sedang di keluarga Sangose terdapat kehangatan, berbeda halnya dengan di kediaman Nesa yang saat ini sedang terjadi kehebohan.

"Ma, Nesa nggak liat!"

"Ada di laci paling atas."

Semua barang dalam lemari sudah berserakan di atas lantai. Entah apa yang dicari Nesa sampai-sampai semua isi lemari ia keluarkan.

Kesal dengan anaknya yang tak kunjung melihat apa yang ia cari, Mama Nesa pun bergegas menghampirinya.

"Astaga, Nesa! Kenapa berantakan sekali?!"

Nesa hanya menyenyir mendengar teriakan sang Mama.

"Nanti Nesa beresin deh, janji." Nesa menaikan dua jarinya membentuk V.

"Ini kan barang yang kamu cari?"

"Kok Mama cepat banget liatnya? Nesa dari tadi ngobrak-abrik lemari nggak nemu-nemu."

Cinta Neslia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang