22.

60 9 0
                                    

Happy reading

||




Di saat semua tertawa bahagia berbeda hal nya dengan Kivant. Dia hanya bisa terdiam selama pertunangan berlangsung tiada satu pun yang mengerti akan keadaan hatinya saat ini.

Ada kalanya ia tersenyum itupun senyum terpaksa.

"Kak, yuk foto bareng kita," ajak Kenant.

Kivant hanya mengangguk lalu berjalan menghampiri Kenant dan Nesa yang sibuk berfoto.

Persoalan Kivant adalah saudara Kenant, Nesa sudah mengetahuinya beberapa hari yang lalu saat dirinya berkunjung di rumah Kenant dan pada saat itu kebetulan Kivant juga ada di sana.

Nesa sangat shock mengetahui hal itu. Pantas saja ia seakan tidak asing dengan nama belakang Kivant ternyata itu juga terdapat di belakang nama Kenant.

Nesa juga sedikit kecewa sama Kenant yang menyembunyikan hal ini darinya. Kenant bilang tidak tahu, tapi apa? Semua itu hanya bohong.

Diam-diam Kaito memperhatikan Kivant. Kaito sangat tahu kalau saat ini Kivant sangat terluka.

Kaito tersenyum smirk lalu perlahan pergi mendekati Kivant yang berdiam diri 'tak jauh dari hadapan Kenant dan Nesa.

"Gimana, kamu senang?" ujar Kaito pada Kivant.

Kivant yang diam terkejut sesaat. Dia menoleh ke arah Kaito lalu memutar bola matanya malas.

Sudah capek ia meladeni orang seperti mama tirinya ini. Ia sangat berharap mahkluk satu ini jauh-jauh dari hidupnya.

"Tentu saja. Ini adalah pertunangan adik saya," ujar Kivant.

Sebisa mungkin ia harus terlihat biasa-biasa saja di hadapan mama tirinya ini. Kalau tidak mama tirinya akan merasa menang.

"Mulut bisa berkata tidak apa-apa, tapi mata tidak bisa berbohong." Kaito tertawa pelan.

"Saya tau kamu sedang tidak baik-baik saja dan saya juga tau kalau kamu menyukai Nesa, bukan?"

Pernyataan Kaito itu membuat Kivant membulatkan matanya. Dari mana mama tiri nya itu tahu. Sementara dirinya 'tak memberitahu siapa pun.

"Kamu bisa aja menyembunyikan perasaan kamu dari orang-orang, tapi tidak dengan saya. Satu hal yang harus kamu tau tidak akan ku biarkan kamu merusak kebahagiaan anak saya. Camkan itu baik-baik."

Setelah menyatakan itu Kaito pun pergi meninggalkan Kivant.

"Anda memang licik Nyonya Kaito," ujar Kivant pelan namun masih bisa di dengar Kaito.

Kaito menghentikan langkahnya lalu membalikkan badan ke arah Kivant.

"Kalau iya, kenapa? Apa ada masalah? Hahahaha."

Kaito kembali melanjutkan langkahnya.

"Kurang ajar! Andai saja dia bukan istri dari ayah saya sudah ku pastikan dia mati di tanganku," ujar Kivant menggebu-gebu.

Ingin rasanya Kivant melenyapkan orang tua satu itu, tapi ia masih ingat kalau papanya butuh seorang pendamping hidup di masa tuanya nanti.

"Kak Kivant sini kita foto," panggil Kenant lagi.

Kivant yang mendengar itu langsung mendekat ke arah Kenant. Ia merangkul adiknya itu lalu berpose cool.

Nesa yang berada di samping Kenant merasa tidak nyaman pasalnya Kenant terus saja menggenggam tangannya.

Nesa tahu ini bukan yang pertama kali Kenant menggenggam tangannya, tapi entah kenapa hari ini ia merasa tidak nyaman.

Nesa merasa ada hati yang terluka dengan pertunangan ini, tapi ia tidak tahu hati siapa yang terluka selain dirinya.

"Nesa, kamu kenapa? Seperti tidak nyaman gitu," ujar Kivant.

"Eh, tidak apa-apa kok, Pak," ujar Nesa.

"Kalau di luar kantor panggil Kivant atau Kakak aja sama kaya Kenant," ujar Kivant di sertai tawa kecil.

"Iya, Nes panggil Kak Kivant aja. Jangan terlalu formal gitu," timpal Kenant.

Nesa hanya tersenyum kikuk. Sungguh ia merasa sesak berada di antara dua orang yang sangat tampan.

Kenant mengusap kepala Nesa lembut. "Udah nggak usah canggung gitu. Kak Kivant baik kok orangnya," ujar Kenant yang diangguki Nesa.

Setelah sesi foto selesai, kini giliran untuk makan malam. Malam ini begitu banyak makanan yang tersaji di meja makan.

Makan malam diliputi keheningan hanya suara dentingan sendok yang terdengar.

Satu jam berlalu kini keluarga Kenant pun pergi meninggalkan pekarangan rumah Nesa.

Di perjalanan pulang Kenant terlihat tidak begitu bersemangat. Kivant yang melihat itu bingung. Bukan kah harusnya ia senang?

"Kamu kenapa, kok sedih gitu?" tanya Kivant.

"Nggak apa-apa kok, Kak," jawabnya.

"Benar?"

"Iya. Mungkin aku hanya kecapean aja."

"Yaudah kalau gitu kamu istirahatlah nanti kalau sudah sampai rumah aku bangunin."

Kenant mengangguk lalu memperbaiki posisi duduknya biar nyaman.

____

"Sekarang aku udah diikat sama sahabat aku sendiri. Sahabat yang 'tak pernah gue bayangin akan jadi pendamping gue," ujar Nesa pelan.

Ia menatap pantulan wajahnya depan cermin.

"Gue harus bisa menghapus rasa cinta ini toh cinta ini 'tak terbalaskan. Gue juga gk mau membuat Mama sedih."

Lama Nesa menatap dirinya hingga akhirnya ia memutuskan untuk mandi menyegarkan badannya yang begitu letih dan terasa sangat lengket.

Tidak butuh waktu lama Nesa pun keluar dari dalam kamar mandi dengan pakaian tidurnya. Ia merebahkan badannya lalu terlelap dalam mimpi.





Tbc___

Tinggalkan jejak🐾🐾🐾

Cinta Neslia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang