Part 9

904 103 37
                                    

Suara ayam berkokok di waktu subuh, membuat Dante terbangun dari tidurnya diatas tikar pojok kamar kos-nya. Pria itu lalu mengucek kedua mata sambil merenggangkan badan, sementara Seera masih terlelap di atas kasur lantai kamar kos.

Dante tersenyum kecil, mengamati wajah cantik Seera yang bahkan tidak berubah dalam tidurnya. Diam-diam Dante mengamati tubuh Seera yang sintal, bagaimana setiap lekukan ditubuhnya terbentuk dengan sangat sempurna.

Dante merangkak mendekat, semakin terpana ketika Seera menggeliat. Dengan hati-hati, Dante sedikit merunduk, hendak menjatuhkan satu kecupan di atas bibir Seera, untuk merasakan rasa manis dari bibir itu. Namun belum sempat keinginannya itu terealisasikan, Seera sudah terbangun dan membuka kedua matanya secara tiba-tiba.

Dante segera menarik diri sambil mengusap belakang kepalanya yang tak gatal dengan ekspresi salah tingkah. Menyadari semburat merah dikedua pipi manusia itu diam-diam Seera terkikik geli, tahu benar Dante baru saja ingin mengecup bibirnya.

"Dante."

"Seera, kamu sudah bangun ya?"

"Hu'um." Seera mengangguk seraya bergumam pelan. Masih setia mengamati Dante yang sudah berdiri, berjalan meraih handuk dan mengalungkannya di leher, membuka lemari lagi, lalu menutupnya kembali dan membukanya sekali lagi.

Kegugupan pria itu terlihat sangat jelas membuat Seera tersenyum gemas. Seera sangat menikmati pemandangan Dante yang salah tingkah karena dirinya pagi ini.

"Dante, kamu kenapa?"

"Mandi. Ah tidak, mungkin aku akan mencari sarapan terlebih dahulu lalu kamu bisa mandi. Setelah itu aku akan mandi dan kita mencari kosan lagi. Atau aku mandi duluan dan kita bisa pergi sarapan bersama sekaligus mencari kos-kosan untuk .... "

"Kenapa tidak disini saja?"

"Ya?"

"Aku ingin tinggal disini Dante, bersamamu. Bagaimana?"

Dante terdiam cukup lama, membuat Seera mengedipkan kedua matanya dengan wajah imut. Dante berdehem sejenak untuk mengenyahkan bayangan tak senonoh yang lagi-lagi mampir diatas kepalanya.

"Bolehkan?" tanya Seera lagi, berharap Dante akan luluh.

"Seera, sebenarnya ini kos-kosan khusus untuk Pria."

"Lalu kenapa kamu membawaku kemari?"

Dante meringis sambil menggaruk belakang kepalanya lagi.

"Semalam, aku membawamu kemari karena sudah terlalu larut malam. Semua orang sudah tidur dan kupikir kamu pasti kelelahan. Jadi aku terpaksa membawamu beristirahat dikamar kosku lebih dulu."

"Jadi, kita tidak bisa tinggal bersama ya?"

Dante berdehem sekali lagi.
"Mungkin jika aku bertanya pada pemilik kos ini, Ibu Suri akan mempertimbangkanya."

Seketika senyum lebar Seera terbit diwajah imutnya. Dante langsung membuang muka dengan kedua pipi yang semakin terasa panas.

"Oh, sial cobaan macam apa ini," gumam Dante tanpa suara.

"Terima kasih Dante."

"Y-ya. Kau mandilah lebih dulu." Dengan riang, Seera segera bangkit berdiri dan menyempatkan diri untuk mengecup sebelah pipi Dante sebelum keluar membuka pintu.

Dante terpaku sambil menyentuh pipinya sendiri.

🌠🌠🌠

Seera terdiam, mengamati air yang berada didalam sebuah wadah bulat berukuran cukup kecil. Seera mengamati tempat dimana kini dirinya berada, kata Dante ruangan yang lebih kecil dari kamar kosnya itu namanya kamar mandi. Tempat yang sangat jauh dari kolam pemandian Seera di Istana kastil.

Mate Bond (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang