Part 11

723 81 9
                                    

"Kau kembali?"

Abercio menunduk sopan saat melihat kedatangan Ares. Pria iblis itu sepertinya baru usai melakukan latihan adu fisik jika dilihat dari tampilannya yang tidak mengenakan pakaian atas. Selain tubuh dan wajah-rambutnya bahkan turut basah karena keringat, cukup menjadi bukti bahwa kegiatan yang baru saja dilakukan pria itu begitu menguras keringat.

"Dimana Seera?"

Melihat tidak adanya Seera, sementara tujuan Abercio ke bumi untuk membawa kembali adik kecilnya itu, jelas Ares mempertanyakan keberadaannya.

"Masih di bumi."

"Kau tidak membawanya pulang?"

"Princess, menemukan kebahagiaan di sana."

Ares menyeringai, "Jadi dia bahagia tanpamu?"

Abercio diam tak bergeming. Sementara Ares mengangguk-anggukkan kepalanya. Informasi itu rasanya cukup untuk memenangkan hatinya yang sedikit risau. Meski terlihat cuek, Ares tentu mengkhawatirkan keadaan Seera. Bagaimana pun juga, Seera adalah adik kecilnya. Melindungi wanita itu adalah kewajibannya sebagai kakak sekaligus calon pemimpin di negeri ini. Ares harus melindungi kaumnya dari musuh di luaran sana, termasuk manusia sekalipun.

"Namanya Dante," kata Abercio tanpa perlu menjelaskan siapa pemilik nama itu- Ares tentu langsung memahaminya begitu mudah. "Sejauh ini tidak ada yang mencurigakan dari manusia itu," Lanjutnya.

"Meski terkesan sepele. Aku ingin kau tetap mengawasi pria bernama Dante ini."

"Ada pelindung bayangan yang sudah kukerahkan."

"Kau yakin?" Ares menatap Abercio serius, "Tidak ingin melindungi Seera dengan mata kepalamu sendiri."

"Saya tangan kanan Anda, My Lord." Ares sangat mengenal baik Abercio. Dedikasinya terhadap pekerjaan patut diacungi jempol. Tanggung jawabnya tidak pernah main-main. Pekerjaannya melebihi apapun. Prioritas. Teramat penting. Bahkan sampai mengesampingkan keinginan pribadinya.

"Kau ingat hal apa yang pernah kutanyakan padamu di ruanganku saat itu?" Abercio menatap Ares. "Inilah waktu yang tepat untuk kau buktikan ucapanmu itu, Abercio."

Ares menepuk bahu Abercio sekilas, sebelum berlalu pergi dari sana. "Jangan kecewakan aku."

🌠🌠🌠

Tidak ada yang lebih menyenangkan dari tebar pesona di alam manusia. Sebagai iblis wanita, Seera tentu menyadari pengaruhnya yang begitu besar. Ada begitu banyak pasang mata yang terus menyorotnya dengan berbagai macam tatapan.

Contohnya tongkrongan pria manusia yang baru saja dilewatinya, selain memandang Seera dengan tatapan berbinar dia orang diantaranya bahkan bersiul menggoda. Lalu rombongan pria manusia yang melangkah berlawanan arah dengannya-mereka secara terang-terangan menatap Seera penuh kekaguman. Bahkan ada yang memanggil Seera dengan sebutan sayang.

Meskipun tidak bisa dipungkiri akan ada yang memandangnya dengan tatapan sinis, tentu saja mereka yang memiliki jenis kelamin wanita terutama mereka yang sedang duduk di kursi taman itu. Meskipun tidak semua wanita menatapnya demikian-seperti wanita manusia yang berdiri di hadapannya kini.

"Hai."

"Hai?"

"Kamu yang datang bersama Dante, bukan?"

Seera mengamati uluran tangan wanita manusia di depannya. Tampak ragu, meskipun jelas wanita di depannya tidak berbahaya karena Seera dapat merasakan kekagumannya terhadap dirinya. Namun tetap saja Seera sedikit merasa risih terutama terhadap orang baru terutama manusia.

Mate Bond (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang