Malam itu, hujan turun lebat bersamaan dengan suara petir yang menyambar di langit immortal. Di dalam sebuah kamar, terdapat dua insan yang tengah mengejar kenikmatan, atau lebih tepatnya hanya Seera yang sedang mengejar pelepasannya sendiri secara gila-gilaan.
Iblis wanita itu terus menggerakkan tubuhnya sendiri diatas pangkuan Abercio, mencari kepuasan sambil menyentuh tubuhnya sendiri dengan kedua mata terpejam.
Dibawahnya, kedua tangan Abercio meremas pinggang Seera, dengan sorot mata yang tidak pernah lepas memandangi pujaan hatinya. Bohong jika Abercio tidak terpecut gairahnya. Di detik pertama mereka bercinta, keinginan untuk mendominasi selalu terbersit dalam benak Abercio. Namun kesenangan Seera adalah hal yang utama, oleh sebab itulah Abercio berusaha menekan keinginan primitif nya dengan tetap membiarkan Seera mengambil dominasi tanpa tahu bahwa Seera mulai muak dengan hal itu.
Seera adalah seseorang yang memiliki ego setinggi langit. Wanita itu tidak bisa mengutarakan keinginannya, apa isi hatinya sedangkan Abercio adalah sosok lelaki yang kurang peka—tidak bisa memahami dengan baik apa yang sejujurnya Seera inginkan dari hubungan mereka berdua.
Abercio berpikir dia sudah melakukan hal yang ia yakini benar selama ini. Karena Seera pun tidak pernah mengeluh.
Namun, jika terus dibiarkan, rasanya hubungan kedua insan yang disatukan oleh takdir itu rasanya tidak akan bertahan lama.
Usai mendapatkan pelepasan yang diinginkannya, Seera langsung menarik diri dari atas pangkuan Abercio, melangkah dengan tubuh telanjang bulat menuju kearah tempat pemandian untuk membersihkan diri. Sementara Abercio masih terbaring diatas ranjang tanpa mendapatkan pelepasan.
Percayalah itu rasanya sungguh menyiksa. Bukan satu dua kali Seera meninggalkannya dalam keadaan seperti itu. Namun sekali lagi, Abercio akan mengesampingkan kebutuhannya sendiri demi Seera. Abercio tidak bisa memaksa wanitanya untuk memuaskan dirinya. Tugasnya adalah memuaskan Seera, bukan dipuaskan.
Beranjak berdiri untuk meraih celana miliknya dan memakainya, Abercio memutuskan untuk membereskan kekacauan kamar selagi menunggu Seera usai dengan kegiatannya membersihkan diri. Abercio menatap kearah luar jendela yang menampilkan pemandangan sisa-sisa hujan yang baru berhenti beberapa saat yang lalu.
Kastil Istana Darken yang sekarang masih tidak jauh berbeda dengan yang dulu. Mungkin yang menjadi pembeda hanya terletak pada ketiadaan King Demon Zeus dan Queen Hera sebagai icon utama tempat ini. Zeus dan Hera tengah berada di istana bawah laut karena memiliki tanggung jawab mengurus kekacauan yang disebabkan oleh manusia di tempat itu.
Sedikit banyak makhluk laut yang binasa karena ulah makluk hidup yang satu itu. Sejujurnya, Abercio tidak terlalu mengerti masalah yang terjadi, sebab dirinya hanya bertugas dan memiliki tanggung jawab mendampingi Ares di tempat ini, sementara di sisi Hera dan Zeus telah diisi oleh kedua orangtuanya, yakni Enrico dan Anastasya.
Omong-omong, Abercio merindukan kedua orang tuanya itu. Sudah lama mereka tidak bertemu bahkan untuk berbagi kabar saja cukup sulit mengingat masalah yang terus terjadi silih berganti.
"Kenapa menahan diri?"
Abercio membalik tubuh dan langsung menemukan Seera yang terlihat jauh lebih segar kini, berdiri bersandar dekat pilar kayu dekat ranjang dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Sorot matanya menangkap gundukan tebal dibalik celana yang Abercio kenakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mate Bond (Tamat)
FantasySequel : Soulmate Terlahir sebagai seorang putri dari sang penguasa kegelapan, membuat hidup Seera terasa sangat membosankan. Terlalu banyak larangan, di balik alasan demi kebaikannya sendiri. Hingga pada akhirnya iblis wanita itu memutuskan untuk k...