3☄️Dakwah☄️

4.8K 576 30
                                    


'jangan pelit ilmu kesipapun berbagilah ilmu yang kalian punya kesiapa yang kalian temui karna Allah sangat menyukai orang - orang yang berbagi dengan ikhlas dan seraya menyebut namanya.'

~

    .

    .

.


Banyak nasi kotak yang tertumpuk dan tertata rapi. Sengaja untuk dihidangkan para pencari dakwah sang ustadz terkenal ini. Meski acaranya masih lama mereka siap menunggu di dalam masjid bahkan duduk merekapun rapi sambil saling bersilaturahmi satu sama lain.

Sementara itu, Adinda dan Mia mereka berdua memakai gamis yang sama sangat bagus bahkan terlihat elegan dan juga modis di tambah cadar dan tinggi mereka berdua hampir sama membuat semua orang yang melihatnya bingung sendiri tak bisa membedakan antara Adinda dan Mia.

Pertumbuhan anak perempuan memang seperti itu, pasti tinggi badan ibunya akan disusul oleh anak perempuannya dan mereka akan terlihat sama, begitupun dengan Mia dan Adinda.

"Baby," Mia langsung menoleh kebelakang ia tersenyum kearah Agra dan disana Agra bisa membedakannya apalagi dari mata Mia dan Adinda berbeda.

Mata Mia terlihat lembut sedangkan Adinda terlihat tajam meskipun tatapannya hanya sekedar melihat biasa. Tak terbayang jika tatapannya tajam mungkin semuanya akan ikut musnah di tatapnya Karena mata Adinda adalah matanya Agra.

"Apa mas," ucap Mia lembut seraya berjalan kearah Agra yang sangat tampan meski di usianya yang kini sudah tua.

"Udah siap semuanya?"

"Udah mas. Acara dakwahnya Insyaallah lancar mas, apalagi semuanya sudah disiapin."

Agra tersenyum. ia kemudian mengelus ujung jilbab sang istri yang tersipu malu karnanya.

"Setiap tahun kita selalu mendatangkan ustadz terkenal untuk dakwah disini baby, rasanya nikmatnya benar - benar nyata dan indah, apalagi banyaknya anak yatim piatu dan para warga lainnya yang berkumpul disini."

"Iyah mas aku juga bangga sama kamu dan aku bersyukur kepada Allah yang telah memberikan berbagai nikmat dan berkahnya kepada kita," ucap Mia dengan senyum di balik cadarnya.

"Mesra terus! Bukannya panggil ustadz ini malah..." Ucap Haiman kesal melihat tingkah mama dan papahnya yang selalu bermesraan dimana saja.

"kalian selalu mengganggu disaat kita lagi bermesraan kaya gini," Agra kesal melihat kedua anak kembarnya yang selalu mengganggunya.

"Namanya juga anak yang baik pah selalu mengingatkan yang salah." jelas Ahkam.

"Bener banget. Sikap mama sama papa ini sangat salah. Kenapa? Karna papa dan mama selalu mesra di manapun dan kapanpun, karna itu aku selaku perwakilan komunitas jomblo hanya ingin mengingatkan bahwa di dunia ini bukan kalian saja yang tinggal akan tetapi ada orang lain pula. Maka dari itu jangan selalu bermesraan sesuka hati kalian tanpa melihat di sekeliling kalian itu ada siapa!."

Haiman tersenyum bangga dengan apa yang telah ia ucapkan tadi. Sementara Agra dan Mia hanya bisa menahan tawanya saja karna secara tidak langsung mereka berdua sudah paham artinya berhubungan antara dua insan. Padahal dulu saja mereka masih bayi.

Disisilain Ananda merasa bosan sendiri, ia datang ke acara dakwah abinya. "Lo Dateng juga, wow hebat sekali," Ujang terkekeh melihat Ananda dengan suka rela datang ke acara dakwah ini.

Adinda Kayra ("Bercadar kok berandal ?")Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang