2☄️Hukuman IPA 1☄️

5.7K 654 134
                                    

'Rasa malu yang kutanam tidak seperti Rasa ini yang selalu kupendam, rasanya semuanya begitu menyakitkan. Andai saja semua itu ada harapan, pasti hati ini akan mudah untuk kau genggam.'

~ Utia ~

.
.
.

"Selaku wali kelas IPA 1 ibu kecewa bahkan kecewa banget," Bu Cantika sedih melihat anak didikannya bertingkah seperti ini.

"Kalian sekarang dihukum membersihkan lingkungan sekolah, toilet, perpustakaan, Ruang guru hanya gara-gara kelakuan kamu Adinda. Kamu ini bercadar tapi kok berandal? Aneh tapi nyata."

Adinda menghela napas. "Jangan salahin cadarnya Bu, salahin ajah orangnya. Karna cadar itu ketentuan dari agama bisa jadi sunah dan bisa juga wajib. Semuanya jangan pernah menyalahkan sesuatu yang sekarang ia pakai jika orang itu bersalah, salahkan saja dirinya atau orangnya.  jangan  sampai kalian menyalahkan apa yang sudah di wajibkan atau disunahkan agama untuk di pakai! Apalagi untuk seorang wanita."

Bu Cantika mengerti ia tersenyum kepada Adinda. "Maafkan ibu," Adinda mengangguk. "Kita sama-sama berbenah diri, mari tanggungjawab apa yang telah kalian lakukan silahkan lanjutkan."

Utia kesal. "Gak ada minuman gitu Bu, kue atau makanan ringan lainnya. Uang kas kan banyak."

Bella menggelengkan kepalanya. "Jangan seperti orang miskin pake uang kas kelas untuk beli minuman."

"Yah, terus pake apa?" Mereka mengangguk secara bersamaan.

"Uang ibu. Minta," Bella menjulurkan tangannya sambil membuka telapak tangannya kearah Bu Cantika yang melongo melihatnya.

"Dasar."

Mereka terkekeh mendengarnya. Beginilah keluarga satu salah semuanya salah, satu kena hukuman semua harus kena juga, begitu kompak mereka disaat masa-masa SMA seperti ini.

☄️☄️☄️

Setelah hukuman itu selesai, mereka langsung pergi ke kantin untuk membeli sebuah minuman. Ananda tersenyum manis disaat melihat Adinda bersama Utia yang ada di sampingnya menuju kearahnya.

"Jauhin Adinda kalau gak mau nyawa Lo dalam bahaya," Ananda tertawa mendengarnya.

Abram. Dia adalah anak satu-satunya dari Reza dan Arsiy adik kandung Mia (Ibunya Adinda). Abram sedikit berisi, berkulit hitam manis, berkumis tipis, mempunyai senyuman indah seperti dirinya yang selalu terlihat manis dan gemoy, meskipun anak IPS ia tidak seberandal anak lainnya karna dia tahu mana yang baik dan mana yang buruk apalagi ayahnya adalah seorang polisi.

Melihat Ananda tertawa itu membuat Abram kesal, ia mengatakan hal itu dengan wajah penuh keseriusan menatap Ananda tapi yang ditatap malah bersikap seperti itu. "Gue serius."

Ananda menggidikkan bahunya. "Adinda sayang," Abram geram mendengarnya ia menepuk bahu Ananda lumayan keras sampai berbunyi nyaring.

Adinda melihat itu dari lirikan matanya sementara yang lainnya pun melihatnya juga. "Jangan coba-coba deketin Adinda! Dia sepupu gue!" Abram mencoba lagi mempertegas perkataannya tetap saja sahabatnya Ananda hanya acuh dan membuat ucapan Abram tadi sebagai candaan saja.

"Masih sepupu kan? Bukan suaminya?" Abram kesal. "Nih, kenalin gue calon suaminya! Setelah lulus gue dan Adinda bakalan nikah muda!" Ananda berteriak dengan begitu bangganya bahkan ia tidak peduli menjadi pusat perhatian orang lain.

Adinda menggelengkan kepalanya. Ia tidak mau mendengar perkataan yang seperti itu apalagi itu dari mulut Ananda. Sementara Utia merasa hatinya teriris, bayangkan saja laki-laki yang ia idamkan selama dua tahun ini, ternyata menyukai sahabatnya sendiri, ingin sekali Utia mengatakan hal ini kepada Adinda akan tetapi semua itu akan sia-sia karna Utia tidak berhak atas itu.

'Rasa malu yang kutanam tidak seperti Rasa ini yang selalu kupendam, rasanya semuanya begitu menyakitkan. Andai saja semua itu ada harapan, pasti hati ini akan mudah untuk kau genggam.'

Ananda berdiri, Abram langsung mencekal tangannya dan Ujang yang sedari tadi duduk diantara dua orang itu ia hanya diam menonton adegan ini. "Mulai lagi," gumamnya.

"Jangan rusak nama baik Adinda! Dia wanita bercadar Ananda! Gue sepupunya. Jadi gue berhak melindunginya dari laki-laki buaya seperti Lo! Meksipun Lo itu sahabat gue sendiri!"

Ananda tertawa lepas. Adinda tidak mengerti dengan Ananda, ia memilih mengajak Utia untuk membeli sebuah minuman meski disini mereka menjadi pusat perhatian sekalipun Adinda tidak peduli.

"Baru sepupu yah kan, Ujang?" Ujang terkejut mendengarnya. Seketika semuanya melihat kepadanya termasuk Abram yang menatapnya sinis.

"Lah, gue gak tahu apa-apa njir! Jangan libatin gue, markonah! Gue hanya manusia biasa, kasihanilah! Gue bukan buaya, gue manusia."

Ananda memutar bola matanya malas. "Tuh kan, Lo dengerkan?" Abram tidak mengerti.

"Lo itu sahabat gue, yah seharusnya Lo dukung buaya kaya gue, meskipun yang jadi sasarannya sepupu Lo sendiri."

Abram menggesekkan giginya saking geram dengan sikap Ananda. "Adinda akan gue jaga sampai gue mati! Karna dia seorang wanita yang harus di letakkan di atas kepala layaknya sebuah mahkota dan jika ada yang menggoreskan luka kepadanya gue sebagai seorang laki-laki jelas tidak akan rela!"

Adinda membulatkan matanya. Ia sangat terkejut dengan apa yang dikatakan Abram barusan kepadanya. Ananda pun sama melongo mendengarnya, hatinya bergemetar merasa ada hal yang berbeda di mata sahabatnya ini.

"Lo boleh pilih wanita lain tapi jangan Adinda, karna dia terlalu spesial untuk di sakiti!"

"Wow," siapa saja yang mendengarnya akan melongo dengan apa yang dikatakan Abram barusan, baru pertama kali di sekolah ini ada laki-laki sebaik Abram yang berani mengungkapkan pendapatnya tentang seorang wanita.

Ananda tersenyum miring, sambil memiringkan kepalanya sambil melihat wajah Abram secara intens. "Mata Lo berbeda," Abram tidak mengerti dengan apa yang dikatakannya.

"Hati Lo berdetak, mata Lo bersinar, yang berarti Lo menyukai sepupu Lo Sendiri," Ucap Ananda penuh penekanan sambil tersenyum manis kepada Abram yang hanya terdiam saja layaknya sebuah patung setelah bahunya di tepuk oleh Ananda.

Merekapun sama ikut terkejut dengan apa yang dikatakan Ananda karna laki-laki pasti akan merasakan bagaimana perasaan sesama laki-laki pada umumnya. Mereka akan peka Sendiri dengan hal itu dan disini Ananda tahu mata dan hati Abram sangat berbeda jika berurusan dengan Adinda meskipun mereka sepupu sekalipun.

~ Adinda Kayra (Bercadar kok berandal?)  ~

Cari hikmahnya saja yah kawan😊

Mari kita Follow Akun :

Instagram : mianputry 1414

Tiktok : mianputry 1414

Terimakasih 😍

Adinda Kayra ("Bercadar kok berandal ?")Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang