"Lo nyari masalah tahu gak?! Adinda memutar bola matanya malas saat melihat sikap Azma yang sangat keterlaluan kepadanya.
"Lo suka sama Ananda? Sampai Lo menjual harga diri Lo? Buat apa bercadar cantik ... Kalau sikap Lo kaya bangsat! Wanita murahan!"
Perkataan Azma membuat semua orang terkejut mendengarnya. Adinda hanya diam sambil menundukkan wajahnya disaat Azma membulinya.
"Lo itu bodoh apa pura-pura bodoh sih, hah?!" Teriakan itu membuat deru nafas adinda tidak teratur, kesabarannya sudah habis sampai kepalan tangannya sudah mengepal kuat, tatapannya begitu tajam sampai badan Azma menegang melihatnya.
"D-din g-gue ...."
Adinda tersenyum miring di balik cadarnya, ia berjalan santai mendekati Azma yang menantangnya seakan tidak takut kepadanya dan apakah Azma ingin berniat membuli Adinda kembali? Hanya gara-gara nilainya lebih bagus darinya?
Sret ....
Adinda menarik tangan Azma, memegangnya erat, sorot matanya begitu tajam, menatap Azma yang berusaha menahan air matanya.
"Gue kira suhu, ternyata cupu," ucap Adinda penuh penekanan seraya berbisik di telinga Azma yang langsung memejamkan matanya sampai air matanya mengalir begitu saja karena rasa sakit yang Adinda berikan di tangannya.
Teman Adinda meringis, merasa kasihan disaat melihat Azma yang menangis karena ulah Adinda.
"Nama gue Adinda Kayra, ayah gue Agra Wijaya dan ibu gue Mia Annisa Putry. Orang tua gue berbeda dari yang lain, begitupun dengan gue dan adik-adik gue. Kalau Lo tahu masalalu ayah gue, Lo pasti bakalan terkejut dan Lo tahu sikap ayah gue sama kaya gue dan gue gak munafik, memang itu faktanya."
Azma menatapnya, berusaha menahan air matanya. "Ternyata Lo bukan suhu yang harus gue kenal karena Lo emang cupu," desis Adinda sambil mengelus wajah Utia yang memejamkan matanya karena takut.
Sorot mata Adinda yang tajam membuatnya menelan salivanya. "Makannya kalau mau ngebuli orang harus tahu dia cupu atau suhu. Lain kali jangan salah menilai orang yah, cantik ...."
Bugh ....
Adinda mendudukkan Azma secara kasar di kursinya. Mereka terkejut melihatnya, tatapan Azma begitu kosong, Adinda tersenyum miring di balik cadarnya.
Sementara itu Utia berusaha untuk mendekati Azma takut Azma kenapa-napa. Karena bagaimanapun Azma sahabatnya juga. Namun, sayangnya hal itu di ladang keras oleh Bella.
"Itu pantas untuknya," Utia hanya menganggukan kepalanya dengan wajah polosnya.
Adinda menatap ke sekeliling, mereka langsung menundukkan wajahnya karena takut, apalagi sorot matanya tajam.
"Jaga mulut, mata dan hati kalian baik-baik. Jika tidak, kalian akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya."
Suara Adinda begitu merdu sekaligus mengerikan disaat bersamaan. Ketegasannya membuat orang kagum, tatapan tajamnya membuat orang lain takut, sikapnya misterius membuat orang lain penasaran dan berusaha mendekatinya meskipun begitu susah sekalipun. Apalagi pawang Adinda begitu banyak.
Beruntungnya Adinda disayangi, dilindungi banyak orang. Seperti Haiman, Ahkam dan Abram.
☄️☄️☄️
Sorakan demi sorakan memenuhi lapangan ini. Pria dengan tinggi 170 cm lebih, berjalan ketengah lapangan. Pria itu memakai kameja hitam, celana jeans berwarna hitam dan sepatu berwarna putih. Rambutnya terbelai oleh angin, seketika semua perhatian menuju padanya. Terlebih badannya yang tegap dan bagus, berkulit putih, membuat semua orang terpesona melihatnya. Kecuali Adinda yang malas melihatnya, terlebih ia tahu batasan.
Pria itu adalah Arman guru baru sekaligus wali kelas XII IPS dimana kelas Ananda dan sebagai guru BK. Usianya 23 tahun."Selamat pagi semuanya."
"Pagi pak ...."
"Ah ...."
"Mantep njir pagi-pagi dapat sarapan, apalagi tuh dada bidang serasa pengen gue belai ....," Bella berteriak tanpa malunya.
Adinda sangat malas melihatnya, apalagi sekarang Bella menjadi pusat perhatian dan pak Arman hanya tersenyum miring saja.
Diam-diam Ananda memperhatikan barisan kelas Adinda sambil tersenyum manis saat melihat Adinda yang menundukkan kepalanya. Meskipun tingkah Adinda sangat berbeda dengan ukhti lainnya tapi ia sangat menjaga batasannya.
Utia melihat kearah Ananda, ia tidak menyangka Ananda tersenyum kepadanya. Alis Ananda menyerngit bingung saat Utia senyum-senyum tidak jelas melihatnya.
"Dia manis, hanya saja gue gak suka."
Utia memang cantik, berkulit coklat, senyumnya manis, hanya saja dia berkacamata, tubuhnya sedikit berisi dan selalu memakai pakaian yang longgar, alhasil terlihat gendut. Apalagi tubuhnya yang sedikit pendek, itu membuat Ananda tidak menyukainya. Karena bagi Ananda nyari perempuan itu yang pertama bagus dari fisik.
Pak Arman yang ada di depan tersenyum melihat semua orang yang ada di hadapannya sambil memegang mix ditangannya.
"Saya Arman selaku guru BK kelas XII, bahwa di pertemuan berikutnya saya akan memilih murid-murid yang pintar untuk mengikuti lomba nanti, baik itu dari kelas X, XI, ataupun XII sekalipun. Intinya siapkan mental, fisik dan otak kalian. Selamat berpikir. Terimakasih ...."
Mereka bertepuk tangan, apalagi angin disini juga lumayan kencang. Merestui apa yang mereka inginkan, disaat rambut pak Arman terbelai angin, apalagi kancing kameja yang dia pakai terbuka dua memperlihatkan dada bidang yang bagus miliknya sampai Bu Cantika sekalipun terpukau melihatnya.
"Ganteng banget suami gue ...."
Adinda memutar bola matanya malas, saat Bella akan terjatuh kearahnya. "Ya Tuhan Yesus tolong selamatkan jantung saya ...."
Deg ....
Adinda terkejut, ia panik saat mendengarnya, apalagi Bella menyandar di bahunya sambil tersenyum manis kearah langit.
"Ya Din ... Tuhan Yesus, yah?"
"Hah?" Tanya Adinda cengo.
Utia yang ada di sebelah Adinda berusaha menahan tawanya. Sementara Azma yang ada di belakang Adinda tersenyum sinis melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adinda Kayra ("Bercadar kok berandal ?")
Ficção AdolescenteSQUEL 'LEPASIN JILBAB LHO!' Adinda Kayra. "Bercadar kok berandal?" Banyak yang mengatakan adinda memiliki 2 sipat, di luar seperti bidadari dan di dalam seperti iblis. Campuran antara sipat Mia dan Agra ketika di satukan akan menjadi adinda. gad...