"Gilekkss, lo keren banget!" puji Artha yang kala itu melihat Jelo tampil dengan outfit yang akan ia gunakan.
"Thank you, lo juga gak kalah cantik kok." timpal Jelo dengan senyuman.
"Yap, gue gitu loh," sambung Artha, "Huff, mudah-mudahan kita berdua lanjut ke tahap berikutnya. Gue sih enggak berharap banget buat terpilih, tapi setidaknya gue udah nunjukin yang terbaik hihi." ujarnya, membuat Jelo mengangguk kecil mengiyakan.
Setelah berganti pakaian, mereka kembali ke tempat awal sembari menunggu giliran. Di perjalanan Jelo tidak sengaja bertambrakan dengan seorang pria, namun ia tidak ingin mengambil pusing dan segera berlalu tanpa ada percakapan diantara dirinya dan pria yang menabraknya.
"Lo gak pa-pa?" ucap Artha, sedikit khawatir menyaksikan adegan saling tabrak-menabrak antara Jelo dan pria asing tadi.
"Don't worriy, It's okey." ucap Jelo, namun tidak berapa lama, Artha dibuat terkejut menyadari ada tetesan darah mengguyur lantai, tepat dimana Jelo berdiri.
"D*mn! Berdarah coy, are you okey?" ucap Artha dengan suara panik membuat Jelo ikut terkejut dan bingung dalam satu waktu. Ia bertanya-tanya darimana asal darah itu muncul sebelum Artha dengan sigap mengecheck bagian tubuhnya, dan jelas saja di temukan luka di lengan sebelah kanan Jelo yang membuat Artha bertambah panik dan menyita perharian orang-orang di sekitar mereka.
"Aduh, gimana nih? ke UKS saja, ya? atau bentar-bentar, gue panggilin panitian medis dulu." ucapnya panik.
Artha memutuskan meninggalkan Jelo yang masih kebingungan dengan apa yang terjadi. Jelo sedikit mulai merasakan perih dibagian lengannya. Ia mencoba menahan dengan tangan lain agar darahnya tidak bercucuran kemana-mana. Orang-orang di sekeliling Jelo hanya memerhatikan dengan tatapan khawatir namun tidak ada seorangpun yang berani menolongnya. Singkat cerita, Artha masuk ke ruang panitia yang dihuni beberapa siswa termasuk Dimas di dalamnya.
"Permisi, sorry! To-tolongin gue dong, teman gue tangannya berdarah, parah!" melihat gelagat Artha yang terlampau panik, Dimas segera mengambil perlengkapan P3K dan meminta Artha mengantarnya ke tempat temannya yang terluka.
Dari kejauhan Dimas dibuat sangat terkejut ketika dilihatnya Jelo sedang memegangi lengan kanannya dengan darah bercucuran di lantai. Ia berlari dengan cepat menghampiri gadis yang terdiam pucat sembari memegangi sebelah tangannya itu.
"Coba gue liat!" ucap Dimas dengan nada kuatir, namun ia berusaha untuk tidak terlalu menampakan perasaannya pada Jelo. Ia sangat terkejut ketika melihat luka di lengan gadis itu yang terlampau dalam dan juga lebar.
"Sial, ini luka sayatan, lo dapat luka ini dari mana?" tanyanya dengan nada yang semakin panik dan terdengar sedikit membentak.
Jelo, Artha dan beberapa orang di sekeliling mereka terlihat cukup kaget mendengar perkataan Dimas. Artha kemudian teringat dengan adegan tabrakan Jelo dan pria asing beberapa menit lalu. Ia menceritakan kejadian yang barusan sahabat barunya alami, sebelum mengetahui jika Jelo terluka.
Singkatnya, mereka berdua mengantarkan Jelo ke Unit Kesehatan Sekolah (UKS) untuk beristirahat. Dimas terlihat geram setelah mendengar penjelasan Artha, ia menghubungi pembina acara dan juga petugas keamanan sekolah mereka untuk mencari tahu siapa orang-orang asing yang keluar masuk dari sekolah mereka dengan membawa senjata tajam. Dimas khawatir dan takut jika bukan hanya Jelo yang mengalami hal serupa. Artha pun membantu menjelaskan ciri-ciri pria yang menabrak Jelo tadi sebelum akhirnya ia pamit untuk tampil di audisi.
"Jen, sorry, gue enggak bisa nemenin lo lama-lama, sebentar lagi giliran gue. Abis tampil, gue bakalan balik lagi, okey?" Jelo hanya tersenyum melihat Artha yang bertingkah sangat baik terhadapnya. Dengan cepat ia mengangguk mengiyakan perkataan Artha.
"Good luck, ya." ucapnya yang ditanggapi Artha dengan mengangguk kecil, kemudian berpaling meninggalkan Jelo dan juga Dimas di UKS.
Suasana canggung meliputi mereka berdua kali ini. Tidak bisa dipungkiri, Dimas terlampau khawatir melihat keadaan Jelo, tapi ia juga senang bisa berada didekat gadis itu, ketika menyadari hanya mereka ada mereka berdua kali ini.
"Bagaimana?" ucap Dimas canggung, tidak berani menatap Jelo lama.
Jelo yang tidak mengerti kemana arah pertanyaan Dimas, hanya terdiam dengan wajah bingung namun terlihat lucu dimata lelaki itu.
"Haha, maksudnya, bagaimana luka lo, masih sakit?" sanggahnya, memberi penjelasan.
"Ah, luka?! Better." Jelasnya, seraya tersenyum menanggapi pertanyaan Dimas. Lelaki yang hari ini menampilkan sikap yang berbeda-beda padanya.
"Tadi cuek sekarang perhatian!" ucap Jelo menggerutu dalam hati.
"Penampilan yang berbeda." timpal Dimas lagi, mengarah ke cara berpakaian Jelo. Ia sedikit memuji penampilan berbeda dari Jelo yang sukses membuat pipi gadis itu sedikit memerah dan terasa panas.
"Hm, guue ikut audisi juga." ucapnya singkat.
"Oh, Really?" tanya Dimas, ingin lebih meyakini perkataan Jelo.
Hanya anggukan kecil darinya untuk menjawab sekali lagi pertanyaan yang Dimas ajukan.
Singkatnya setelah beberapa lama, Artha kembali menengok keadaan Jelo dan juga membawa air mineral ditangannya untuk Jelo dan Dimas.
"I'm back, everyone." tuturnya tersenyum.
"Bagaimana audisimu?" tanya Jelo, membuat Artha semangat menceritakan momen audisinya tadi.
"Intinya, ya, gue yakin, gue bakal lolos ke tahap selanjutnya." ucap Artha dengan antusias.
"Congrats, ya." Ucap Dimas dan Jelo secara bersamaan membuat situasi mereka makin awkward.
"Ah ciyeee, samaan ngomongnya." goda Artha sukses membuat wajah Jelo dan Dimas memerah seketika.
Jelo mencoba mengembalikan pikirannya dan mengalihkan topik pembicaraan dan perhatian Artha.
"Sudah nomor urut berapa? Sepertinya sebentar lagi giliran gue, ya?" sambil beralih dari tempat tidur dan bersiap menuju aula.
"Lo yakin mau tampil?" ucap Dimas, terlihat kuatir dan mempertanyakan keputusan Jelo.
"Sure!" celetuknya sekilas, kemudian berjalan meninggalkan ruang UKS diikuti dua orang yang berjalan bersamanya dari belakang, Dimas dan Artha dari belakang.
Sesampainya di aula, tiba giliran Jelo untuk tampil. Awalnya tidak ada yang tertarik ketika ia naik ke atas panggung, namun semua mata mulai menyorotinya ketika ia mulai memperkenalkan diri. Tidak ada yang menyangka jika seorang gadis anti sosial yang terkenal pendiam dan juga dijuluki gadis tatapan intimidasi memutuskan untuk ikut audisi.
Dan betapa terkejutnya mereka ketika tahu, Jelo adalah siswi yang dirokemdasikan secara spesial oleh sekolah untuk mengikuti audisi."Hallo, nama saya Jenifer Olivia Mahendra, XII IA2."
Sementara jadi kejauhan seseorang sudah memantau dengan sangat bersemangat, menunggu munculnya permata cantik keluarga Mahendra.
🗣️ "Long time no see baby."
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET'S LIFE - Lost Of Love (Selesai)
General FictionDifollow juga yaa :) Biar bisa berteman bareng ( ˘ ³˘)♥ Jangan Lupa Vote dan Komennya jugaa.. Cerita ini turut dipublish di Goodnovel & StarFM. _____ Kisah seorang putri konglomerat asal Indonesia, bernama Jenifer Olivia Mahendra, yang lari dari rum...