"Aku izin seminggu, paman Franz menandatangani surat izinku secara langsung. Untuk enam hari kedepan, bisakah koko mencarikanku asisten pribadi?" tutur Jelo.
Yefta menatap adiknya lekat, "apa kau yakin seminggu cukup untukmu?" tanyanya penasaran dengan apa yang sedang Jelo rancangkan.
"Aku akan bersenang-senang selama seminggu, Jeni rasa itu cukup! Bisa koko mengaturkan schedule untukku?" timpalny lagi dengan tenang sembari memainkan pena yang ada diatas meja dengan jarinya.
"Apa yang akan kamu lakukan?" elak Yefta mencoba menyelidiki ekspresi wajah adiknya, membuat Jelo tersenyum menertawai mimik dan gestur berlebih dari kokonya itu.
"What you want to know? Hm?" Yefta menyeringai bangga. Ia tahu betul jika adiknya tidak akan bertindak sesuka hati, tanpa planning dan tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang untuk dirinya sendiri.
"Haruskah kita berhura-hura?" ucap Yefta menaikan senyuman.
"Hm, haruskah? Bagaimana kalau kita bermain mata-mata?" ucap Jelo yang disambut gelak tawa dari kokonya. Mereka berdua tertawa dengan lantang sampai membuat Leo cukup penasaran dengan apa yang mereka bicarakan di dalam ruanganan Yefta.
"Yang mana dulu?" tanya Yefta.
Jelo menunjuk ke salah satu logo perusahaan yang tertera pada layar laptop dihadapannya.
"Tepat sasaran, itu juga yang koko inginkan." pungkas Yefta lagi.
Jelo menatap kokonya dengan senyum simpul, "kita akan mulai dari akar permasalahan yang ada. Two days persatu issue, how do you think?" Yefta hanya mengangguk menyetujui apa yang adiknya mau lakukan.
"Lakukan sesukamu." ucap Yefta menampilkan deretan giginya yang rapih dan terkesan indah dipandang dengan bangga. Baru kali ini, setelah sekian lama, ia kembali merasa sangat bersemangat untuk sesuatu yang akan terjadi.
"Hm! haruskah aku masuk ke duania fashion mengalahkan koko? Mereka bisa saja mengincarku, kan?" ucap Jelo dengan seringai.
"Lakukan penawaran dengan harga fantastik, jika mereka meminta. Jika ini berjalan sesuai perkiraan ku, maka mereka akan membuat kesepakatan b'rilian tanpa pikir panjang hanya untuk merekrutku menjadi anggota mereka. Lihat seberapa tinggi kemampuan yang mereka miliki." timpalnya lagi.
"Kau begitu percaya diri! Sesuai dengan dirimu. Koko tidak sabar menantikan apa yang akan terjadi." elak Yefta memandang adiknya. Kemudian mengangguk patuh pada rencana yang akan mereka lakukan.
Seketika itu juga, Ia meminta Leo untuk masuk ke ruangannya. Tidak butuh waktu semenit untuk lelaki itu sudah berada bersama-sama dengan mereka dalam ruangan.
"Rayn.." Panggilan akrab Yefta untuk Leo, "buat berita mengenai Jenifer Olivia Mahendra yang akan ikut bergabung dengan agensi modeling. Perluas beritanya sampai keluar Negeri. Berikan tawaran tinggi jika ada yang berani ingin mengontraknya." perintah Yefta.
"Seberapa tinggi?" tanya Leo yang sedikit kurang paham dengan rencana adik-kakak ini.
"Bernilai satu anak perusahaan yang akan di akuisisi" ucap Jelo yang makin membuat Leo bingung.
"Patokannya?" Leo kembali meluncurkan pertanyaan, karena kali ini rencana Jelo dan Yefta berada diluar nalarnya.
"Bernilai diriku!" pungkas Jelo membuat Leo berdegik ngeri seketika.
Ia hanya mentap lurus dan terdiam berberapa detik, "apa kejadian dua tahun lalu akan terjadi lagi dengan perusahaan yang berani bersinggungan dengan MH group?" ucap Leo membatin, sebelum akhirnya mengangguk mengiyakan.
"Baik Nona!" tuturnya.
Leo permisi meninggalkan Jelo dan Yefta, melaksanakan apa yang mereka inginkan untuk dirinya kerjakan. Hanya dalam satu jam berita mengenai Jelo yang akan melebarkan sayap di dunia modeling mengikuti Jejak ibu dan kakaknya tersebar luas dan menjadi trending satu dikolom percarian semua media sosial dan internet.
Beberapa perusahaan yang terkait dengan area modeling langsung menghubungi Leo dan juga pihak perusahaan MH group untuk mengajukan tawaran dan kerjasama. Banyak dari mereka memberikan tawaran fantastik, membuat Leo beberapa kali meneguk salivahnya gugup, ketika melihat deretan angka yang mereka tawarkan.
Leo mengumpulkan nama-nama perusahaan yang mengajukan kerjasama dan melaporkannya pada Yefta, "Sesuai perkiraan, ikan masuk perangkap." ucap Jelo menatap lurus ke arah laptop kokonya.
"Koko, beri aku data informasi mengenai pemilik perusahaan itu, berapa banyak aset saham yang mereka miliki dan siapa pemegang saham terbesar diperusahaan mereka" ucapnya sinis.
Kali ini Yefta yang dibuat merinding melihat tatapan adiknya. Ia tidak menyangka jika Jelo benar-benar memiliki insting yang kuat. Ia benar-benar unggul dalam bidang apapun, membuat Yefta sedikit banyak merasa bangga sekaligus minder.
Tidak butuh waktu lama baginya untuk mengumpulkan data yang Jelo minta, "Ini datanya." sembari menyodorkan notebook kearah Jelo.
"Ah, CEO perusahaan itu pemegang saham terbesar. Kemudian yang kedua adalah anak pertama dari keluarga mereka" ucap Jelo pelan, "namanya tidak asing begitu juga dengan wajahnya" batin Jelo.
Yefta hanya ber-oh ria, acuh dengan ucapan adiknya, "Niavy Subadja." ucap Jelo lantang kembali mencuri perhatian Yefta.
"Yap! Ahli waris utama dari SUBA Company. You know her?" tanya Yefta.
Jelo tersenyum sinis dan mengangguk cepat, "Dia kakak dari Lian Subadja, teman dekat Ana yang koko selidiki sampai sekarang." ucap Yefta menjelaskan.
"I know, enggak nyangka dia ada disekitarku. Let see!" ucapnya, "koko, ingin bermain mata-mata denganku?" tuturnya lagi. Yefta mencelingkan mata menatap Jelo yang tersenyum penuh arti.
"Kau yang memimpin.." balasnya sembari memusatkan kembali perhatian pada layar laptop dihadapannya. Jelo terus saja memandang ke arah berkas yang terpampang foto Nia beserta keluarganya. Memandang lekat-lekat wajah mereka dan sejenak berpikir dalam diamnya.
"seberapa dekat Ana denganmu?" ucap Jelo pelan dengan nada dingin yang tersirat dalam perkataannya.
--
The Queen of MH Group's back...
--
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET'S LIFE - Lost Of Love (Selesai)
Narrativa generaleDifollow juga yaa :) Biar bisa berteman bareng ( ˘ ³˘)♥ Jangan Lupa Vote dan Komennya jugaa.. Cerita ini turut dipublish di Goodnovel & StarFM. _____ Kisah seorang putri konglomerat asal Indonesia, bernama Jenifer Olivia Mahendra, yang lari dari rum...