BAB 20

96 10 0
                                    

Flashback 2 Tahun lalu...

Jelo sedang asik menikmati cemilan sorenya, setelah melewati aktivitas yang panjang hari ini. Sekolah, les privat, latihan vocal, dance, golf belum hal-hal kecil lainnya. Terkadang Jelo merasa bosan dengan apa yang setiap hari ia kerjakan, namun lebih dari pada itu, ia bersyukur semua kebutuhannya tercukupi.

Sore ini, Jelo, benar-benar merasa sepi dirumah, tidak ada suara mommy dan daddynya, adiknya entah kemana dan juga ia tahu jam segini kokonya masih di kantor membantu mengurus perusahan keluarga mereka.

"Huff, sepi benar nih rumah!" Ucap Jelo pelan. Ia memutuskan menikmati sore ini dengan mengamati pemandangan belakang rumah, milik ayahnya.

"Benar-benar tenang dan sepi" Batinnya. Jelo perlahan mengambil handphone dan mulai membuka galeri foto yang dimana penuh dengan gambar dirinya bersama orang-orang terdekatnya. Sekali lagi saat itu Jelo merasa sangat diberkati dengan apa yang ia punya. Sampai saat ia mengamati dari atas balkon rumahnya, sebuah mobil berwarna merah memasuki halaman samping rumah yang besar bak istana itu. "

Assa!" Teriak Jelo, sembari tersenyum lebar, dan tanpa pikir lama ia berlari turun menyambut si pemilik mobil merah yang sudah terpakir di halaman rumahnya.

"Ana" Ucap Jelo, berlari menghampiri adiknya dengan perasaan senang, seakan sudah lama tidak bertemu. Banyak hal yang ingin ia cerita kepada adik sekaligus yang dianggapnya teman main. Dan juga, ia ingin mendengar banyak hal tentang apa yang Ana alami hari ini.

Senyum terukir indah di wajah Ana ketika melihat kakak kesayangannya berlari ke arah dimana ia berdiri.

"How's your day? All is good?" Ana hanya tertawa melihat tingkah cecenya yang terlihat lebih kekanak-kanakan darinya.

Ana terbilang anak yang sedikit pendiam, ia tidak akan berbicara jika tidak ada hal penting ataupun ia hanya akan menjawab jika ditanya terlebih dahulu.

"Ayo dong cerita! Cece penasaran nih!" Jelo merengek seperti bayi di depan adiknya, membuat Ana hanya tertawa geli melihat tingkah Jelo. Bagi Jelo, tawa Ana adalah candu baginya, ia senang ketika melihat adiknya tertawa lepas saat bersamanya.

"Ana mau makan dulu, lapar, ah" Ana berjalan melewati Jelo, menuju ruang makan keluarga mereka.

"Biar tasnya saya bawakan, non" Ucap salah seorang pekerja rumah tangga bernama bik asih yang sudah lama bekerja dengan keluarga mereka.

"Makasih, ya, bi" Ucap Ana dengan senyuman.

Mereka berdua duduk di meja makan sambil menikmati makanan yang di sediakan oleh para pelayan.

"Kok kamu gak makan di luar aja sih kalo pulangnya telat" Tanya Jelo dengan kunyahan nasi dimulutnya, dengan nada cemas, namun tetap terlihat lucu bagi Ana, namun ia lebih memilih diam dalam senyum sambil terus menyantap makanan dengan tenang hingga piringnya nampak kosong.

"Ana lebih suka makan bareng cece atau koko. Jangan tanya lagi, ya, oke?" Sanggahnya.

Jelo dibuat terdiam dengan pernyataan adik semata wayangnya itu. Ia tidak menyangka, Senyum yang terpancar diwajah Ana hari itu, adalah senyum yang akan ia nikmati untuk terakhir kalinya, kebersamaan yang tidak akan terulang.

Dihari yang sama juga Jelo harus menyaksikan kejadian yang tidak mengenakkan untuknya dengan kematian adik yang sangat ia cintai.

#

Beberapa saat sebelum kejadian...

Jelo mendengar isak tangis Ana dari ruang kerja ayah mereka.

"Hiks, daddy kenapa gak pernah bisa lihat kerja keras Ana?" Terdengar dari balik pintu, nada suara Ana meninggi dan sampai pada titik puncak tangisannya.

"Daddy mau singkirin, Ana, kan? Daddy gak pernah sayang sama Ana. Buktinya Daddy buang Ana, biarin Ana tinggal diluar Negeri sendiri. Daddy emang lebih sayang dan perhatian ke cece dan koko saja! Daddy gak pernah anggap Ana ada" Isaknya semakin tak karuan terdengar di telinga Jelo.

Dadanya terasa perih mendengar tangis adiknya dan setiap perkataan yang keluar dari mulut Ana, membuat jantung Jelo berdebar lebih cepat. Ia tidak menyangka jika Ana akan berpikiran seperti itu, ia melihat Ana berlari keluar dari ruangan kerja Ayah mereka.

"A-ana.." Ucap Jelo terisak pilu menatap mata adiknya.

Ana terkejut dengan kehadiran sang kakak, namun segera berpaling dan berlari meninggalkan Jelo. Tidak terima dengan perlakuan Ayah mereka ke Ana, Jelo pun berusaha untuk berbicara ke ayahnya, ia berniat memohon agar Ana tetap bersama mereka. Jelo menerobos masuk tanpa permisi terlebih duhulu, membuat ayahnya cukup terkejut dengan perlakuan Jelo saat itu.

"Jeni! daddy gak pernah ajarin kamu untuk bertingkah tidak sopan seperti ini" Jelo tidak gentar dengan gertakan Ayahnya, yang ia pikirankan saat ini hanyalah Ana dan bagaimana agar Ana tidak berada jauh dari sisinya.

"Please, dad!" Air mata Jelo mulai mengalir membasahi pipinya. Isak pilu terlontar begitu saja.

"Jangan biarkan Ana pergi, biar Ana tetap disini. Jeni bakalan nurutin semua kemauan daddy apapun itu, kalau perlu biar Jeni aja yang tinggal diluar Negeri gantikan, Ana. Dia masih sangat muda untuk ini dad!" Ucapnya.

Kali ini Jelo benar-benar tidak berhenti menangis dihadapan Ayahnya, ia merasa mampu menggantikan posisi Ana dan juga ia tau betul, jika Ana tidak bisa hidup jauh dari keluarga.

"I'm sorry honey, ini udah keputusan bulat dan daddy gak bisa batalin itu! Ana harus belajar mandiri mulai sekarang, apa yang daddy perbuat, semuanya demi kebaikan Ana dan juga kebaikan kita semua" Jelo menatap sendu mata ayahnya, tidak ada keraguan yang ia temui disana. Ia tertunduk, air matanya tidak berhenti berlinang. Ia kemudian keluar menjauh dari ruangan Ayahnya dan memutuskan untuk mencari Ana.

📞 Koko Ry...
Jelo : koko, hiks, koko Ry. |

| Yefta : Jen, Jeni, hey, what's wrong?


Jelo : koko lagi sama Ana, gak? |

| Yefta : Gak, Ada apa?!


Mendengar adiknya sedang tidak bersama kokonya, membuat Jelo semakin panik dan isakan tangisnya semakin pecah.

| Yefta : Hey, ada apa?! Jangan bikin koko panik, ada apa?

Jelo : bantu Jeni cari Ana, koko, kasian Ana |

| Yefta : okey! Kita berpencar ya, koko bakalan kabarin kamu jika ketemu Ana, kamu juga jangan lupa kabari koko, kabari mami juga, oke?

_______

Setelah menelpon kokonya, Jelo berusaha terus menelpon Ana, tapi tetap saja, tidak ada jawaban darinya. Jelo tau betul saat ini Ana benar-benar terpukul dengan keputusan Ayah mereka.

"Apa yang harus cece lakukan, Ana? Hikss, hikss, Cece gak tau harus berbuat apa?!, kamu dimana?"

SECRET'S LIFE - Lost Of Love (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang