BAB 3 : Dunia Tanpa Musik

1.7K 260 12
                                    

Note : bab ini sepenuhnya dari sudut pandang Duke Jade.

Selamat menikmati!

***

Perang dengan Kerajaan Winston memang belum selesai. Namun Romeo Arthur Egmont, putra mahkota dari Kerajaan Egmont bersikeras untuk melakukan acara pertunangan dengan Juliet Eloise. Calon putri mahkota sekaligus wanita yang aku cintai. Dengan sifat Romeo yang keras kepala, para menteri terpaksa untuk menyetujuinya bila tidak ingin kepala mereka terlepas dari tubuh.

Aku adalah seorang Duke, aku bukannya tidak pernah mengenal cinta. Sejak dulu, aku mencintai Juliet Eloise. Wanita lemah lembut yang mampu berpedang. Surai jingga miliknya yang seperti matahari terbenam dengan iris berwarna ungu lavender membuatku dimabuk cinta. Juliet bukanlah seorang bangsawan sepertiku dan putra mahkota. Ia hanya seorang gadis penjual bunga di pasar.

Juliet pertama kali bertemu denganku saat aku dihukum ayahku untuk berbelanja di pasar karena membolos salah satu pelajaran.

Kejadian itu singkat tapi membekas. Seperti adegan di dalam novel romantis. Saat itu Juliet mencegah seorang peramal penipu yang sedang menipuku. Klise sekali. Sejak saat itu aku terus mendekatinya. Hingga suatu hari aku mengajaknya ke pesta dansa di kerajaan Egmont sebagai pasangan dansa ku.

Saat itulah Romeo bertemu dengan Juliet dan mereka berdansa bersama. Marah, kesal, dan sedih bercampur menjadi satu. Beberapa bulan setelah aku kehilangan tanganku, mereka merencanakan sebuah pertunangan yang akan dilaksanakan ditengah masa peperangan.

Romeo gila. Aku hancur.

Aku memutuskan untuk kembali dari lamunan singkatku dan kembali fokus pada apa yang ada di depan mata.

Pagi hari seharusnya menjadi suatu hal yang hangat. Namun tidak untuk pagiku hari ini. Bau amis darah dan teriak pilu dari para kesatria menghiasi arena perang. Kami telah berperang sejak sepertiga malam tadi. Menjalankan rencana serangan gerilya dari kerajan pada kerajaan Winston.

Tanpa lengan kiri aku berusaha mati-matian untuk bisa menebas mereka. Tanpa lengan kiri julukanku masih tetap 'iblis' di dalam medan perang.

Ketika aku akan memenggal kepala salah satu prajurit kerajaan Winston, sebuah cahaya? Bola api? Aku tidak begitu yakin dengan bentuknya. Benda itu melaju kencang seakan ingin menghantam kami yang ditengah kerumunan. Kami terpaku menatap bola cahaya itu.

BOOM!

Bola cahaya itu jatuh tepat di antara aku dengan prajurit kerajaan Winston. Asap dan debu sempat menghalangi pandangan dan mencemari udara. Saat bola itu jatuh, aku merasakan getaran. Tidak begitu kencang namun cukup mengagetkan.

Bukan, itu bukan sebuah bola cahaya. Itu adalah wanita yang menggunakan gaun tidur. Untung sekali gaun itu tidak tipis ataupun menerawang. Surai hitamnya berpadu dengan iris hitam yang sedang menatapku lekat. Warna yang sangat langka.

"JADE?!" Wanita ini mengenalku?

Aku mengarahkan ujung pedangku pada lehernya. Bisa jadi dia mata-mata kerajaan Winston. Licik sekali mereka sampai mengorbankan seorang wanita lemah tak berdaya! Setidaknya beri dia pakaian yang layak!

"Tangkap dan ikat dia, kita akan menginterogasinya setelah mereka mundur." Aku menarik pedangku. Sembari menatap sepasang mata hitam penuh rasa takut dan harapan padaku. Hah! Mau berharap kuselamatkan? Mimpi saja kau!

Tiga orang prajurit mulai menghampirinya. Namun perempuan itu gesit sekali. Dia segera berdiri dan berlari ke dalam hutan. Kubiarkan untuk saat ini. Nanti aku akan menyuruh Karelio untuk mencarinya.

Tebasan yang tertunda akhirnya dapat kulanjutkan kembali. 

Hahh, bau darah segar.

Bau yang sangat memuakkan.

SL SYNDROME : I Go To Another Dimension To Save The Second Male Lead (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang