Chapter.02

902 170 19
                                    

Yeji ingin berterima kasih banyak pada ibu yang membuatnya terbiasa bangun pagi. Bayangkan jika dia tidak bangun sebelum Jeno bangun. Mungkin saja pagi ini bukan hanya tangan dan pantatnya yang mencium lantai. Tapi juga wajah cantiknya. 

Gadis itu menggelengkan kepala menepis bayangan buruk. Memutuskan untuk membereskan isi kopernya dan memindahkan barang ke lemari. 

Beruntungnya, kamar mandi tetap ada di dalam. Jadi Yeji tidak perlu repot ke luar kamar mencari kamar mandi. Untungnya Yeji juga terbiasa mandi pagi, jadi dia merapikan barang barangnya dalam mood baik. Kesegaran air bersih yang katanya dialirkan langsung dari gunung itu membuat perasaan Yeji senang. 

Hingga secara tidak sadar bersenandung selama membereskan bajunya. 

“Udah bangun lo?” Yeji menoleh ke asal suara. Memperhatikan Yeonjun yang turun dari ranjang atas. Di tangga terakhir, kakinya menendang kaki Hyunjin yang masih tidur di Kasur bawah. 

Yeji tidak menjawab. Yeonjun juga sebenarnya tidak mengharap jawaban. Cowo itu membaringkan tubuhnya di samping Hyunjin. 

“Kalian punya hubungan?” Yeji bertanya. Sayangnya hal itu membuat Yeonjun yang tadinya masih mengantuk jadi sadar sepenuhnya. 

Pertanyaan Yeji terlalu kacau untuk diabaikan.

Yeonjun berdecak keras dan bangun. Mendudukkan dirinya di kasur milik Hyunjin. 

“Pertanyaan lo ga bisa lebih baik?” Yeji menggelengkan kepala dan tertawa. 

“Jun!” panggil Yeji saat Yeonjun hendak merebahkan dirinya kembali. 

“Apaan?” tanya Yeonjun malas. Cowo berambut pink itu akhirnya menghampiri Yeji yang sedang duduk di lantai sambil menyusun baju. 

Yeji nyengir menampilkan deretan gigi putihnya. Menyuruh Yeonjun untuk duduk di sana dan menemaninya. 

“Masuk sekolah nya kapan ya?” 

Yeonjun meraih satu bantal milik Jeno yang tidak dipakai pemiliknya, memangku bantal itu sambil memperhatikan Yeji. “Terserah lo mau kapan.” 

“Terserah gue?” 

Yeonjun mengangguk pelan. Menyandarkan tubuhnya pada sisi ranjang Jeno dan memperhatikan Yeji. 

“Nih, gue jelasin. Sekolah di sini itu bebas.” Yeonjun mengulurkan tangan nya saat Yeji membuka Jelly. Yeji refleks menjatuhkan jelly itu ke telapak tangan Yeonjun, berbagi. Ikut memakannya dan kembali merapikan baju. “Jadi di sekolah ini tuh semua ada. Lo mau belajar arsitektur, seni, farmasi, astronomi, pertanian, apa aja deh. Semua ada di sini.” 

“Semua? Seriusan lo?” 

Yeonjun mengangguk pelan. Kembali mengambil beberapa Jelly milik Yeji. Karena perempuan itu sudah sibuk kembali. “Apapun pelajaran yang lo mau. Semua ada di sini. Dan enaknya, di sini sama sekali gaada aturan.” 

“Maksudnya?” 

“Satu satunya aturan di sini itu lo cuma harus tutup mulut.” 

“Tutup mulut gimana? Gue ga boleh ngomongin tentang sekolah ini maksudnya?” 

Yeonjun mengangguk lagi. “Sekolah di sini tuh bebas banget Ji. Gaada absen, gaada hukuman karena aturan aja gaada. Lo mau ikut kelas yaudah ikut, kalo gamau yaudah gausah ikut. Kalo ga ikut paling hidup lo ga guna aja karena diem di sini cuma numpang tidur sama makan.” 

“Jam belajar nya gimana?” 

“Cuma ada tiga kali kelas dalam sehari.” Yeonjun mengangkat tiga jarinya. “Pertama dari jam 8 pagi sampe jam 10. Kedua, dari jam 1 siang sampe jam 3. Ketiga, dari jam 7 malem sampe jam 9.” 

BERMUDA TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang