Chapter.12

670 139 21
                                    

Yeji masih tidak habis pikir dengan kenyataan yang baru saja dia terima. Semuanya terlalu tiba-tiba dan terlalu mengejutkan. Meskipun otaknya dapat diandalkan untuk berpikir dan mengakui bahwa yang dikatakan Hyunjin mungkin saja benar. Tapi dia tetap tidak habis pikir. 

Apalagi saat Yeonjun dengan lantang mengatakan kalau dia menyukai Yeji. Ya walaupun dengan cara lain, tapi tetap saja itu artinya Yeonjun dengan jelas mengatakan bahwa dia memang menyukainya. Astaga. 

Dan Jeno. Laki-laki itu memang mengatakan kalau pernikahan dua orang tua mereka menjadi alasan masuk akal mereka menjadi adik kakak. Tapi tidak berselang lama, setelah Yeji melepas pelukannya, pemuda Lee itu justru berkata. 

“Ini kalo kalian beneran sodara kandung berarti lo bisa jadi pacar gue kan ya?”

Yeah. Di antara semua kalimat yang terucap dan masuk indera pendengaran Yeji. kalimat itu adalah yang paling melekat dan ia ingat dengan betul. 

Astaga. Fuck Lee Jeno dengan mulutnya yang asal bicara. Bisa-bisanya pemuda itu membuat Yeji pusing, senang dan emosi pada saat yang bersamaan. 

Berpikir keras pun sebenarnya tidak menjadi jalan keluar bagi Yeji. Jadi setelah mengumpulkan niatnya, Yeji keluar dari asrama dan pergi ke gb seorang diri. Tentu saja dia pamit karena sekarang tiga laki-laki itu mengklaim dirinya masing-masing sebagai abang. Sungguh keterlaluan. 

Kalau bukan karena dia mengatakan hendak menelfon ibunya. Mungkin tiga laki-laki itu sudah membuntuti dia sekarang. 

Duduk di salah satu bangku taman. Yeji menarik nafas panjang sebelum mendial sebuah panggilan cepat. Ibunya. 

“Mommy.” 

“Yes babe? Kamu kangen ibu tah? Padahal baru sehari kayanya ga ketemu.” 

Yeji terkekeh, “Yes but no.” 

“Funny. So why did you call me?” 

“To ask about something, but make sure you can tell the truth for anything I asked” 

“Sure.” 

Yeji menghela nafas dalam sebelum memberanikan diri bertanya. Dia tidak mau menyinggung Jennie, tapi juga tidak mau terus menerus dihantui rasa penasaran. 

“Who am I?” 

Jennie diam sejenak. Mengatur nafasnya yang tercekat mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh putrinya. “And who are you?” sambung Yeji yang membuat Jennie akhirnya menghembuskan nafas kasar. 

“Kamu bener bener mau tau?” 

“Ya.” Yeji menjawab tegas. “Tell me.” 

“Is no problem if I tell you via call? I think we need to meet and talk directly.” 

Yeji menggeleng pelan dan berkata. “Gapapa bu, kasih tau aja.” 

“Okay. First, you are Hwang Yeji. Ibu rasa ibu pernah mengatakan itu sebelumnya.” Jennie menghembuskan nafasnya kasar. Dia tau ini mungkin mengecewakan. Karena kenyataannya, Jennie memang bukan ibu kandung anak itu. 

Meskipun darahnya tidak mengalir di tubuh Yeji. Tapi demi Tuhan. Jennie menyayangi Yeji melebihi rasa sayangnya pada dirinya sendiri. 

“And who are you?” 

“Saya ibu kamu. Yang menemukan kamu di tempat yang tidak selayaknya dikunjungi seorang bayi kecil. Sebuah tempat yang kamu sendiri gaakan percaya kalau kamu pernah ada di sana.” 

“Where?” 

“Tempat sampah. Puas?” 

Yeji tersentak. Entah karena nada bicara ibunya. Atau karena fakta bahwa seseorang pernah berniat membuangnya. 

BERMUDA TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang