Chapter.10

588 129 27
                                    

Yeji tidak dapat menolak saat Taeyong mengajaknya untuk makan di rumah besar milik  laki-laki itu. Lagipula, sekarang dia ayahnya. Untuk apa pula Yeji menolak. 

Gadis itu benar-benar tidak mengerti dengan takdir yang sedang ia jalani. Semuanya sangat mengejutkan. Entah apalagi kejutan yang akan dia hadapi nantinya. Yeji tidak yakin apakah otak dan hatinya mampu menerima kenyataan aneh lain setelah ini. 

Kalau saja dia dan Jeno tidak pernah terlibat sebuah taruhan sialan. Mungkin Yeji akan senang karena mempunyai abang seperti Jeno. Tapi keadaan yang nyata adalah dia yang jatuh cinta pada abangnya sendiri. 

Takdir yang menyebalkan sekali. 

Yeji terkesiap saat Taeyong menggandeng tangannya menuju dapur. “Kamu belum makan apa apa dari kemarin. Makan dulu ya, ayah masakin.” 

Jeno tidak berbohong saat bilang bahwa ayahnya sangat baik. Sama seperti ibu, Yeji sepertinya tidak mempunyai alasan untuk menolak dan tidak menyukai ayah. Paras tampan yang dipahat sempurna itu mempunyai sifat yang tak kalah mengagumkan. 

Yeji akui. Ayah tirinya ini tampan sekali. Bagaimana bisa ibunya bertemu laki-laki yang mempunyai wajah tidak manusiawi seperti ayah tirinya. Kalau dilihat-lihat, ayah tirinya ini seperti bukan manusia. Wajahnya terlalu tampan.

Dan, pertanyaan yang dari kemarin tidak pernah hilang adalah, kenapa dari sekian banyak laki-laki harus ayahnya Jeno? Sebuah peribahasa tentang dunia seluas daun kelor ternyata benar. Yeji tertawa sarkas dan berdecak saat ayah tidak menyadarinya. 

Lantas tersenyum manis saat ayah secara mengejutkan menatapnya. 

“Ayah.” Panggil Yeji pelan. Memperhatikan ayah yang sibuk meracik pasta untuk mereka sarapan. 

“Kenapa nak?” 

“Makasih yah banyak udah jagain ibu.” Taeyong tersenyum pelan. Menghidangkan dua piring pasta di meja dan bergabung bersama Yeji untuk makan di sana. 

“Ayah cuma ngawasin aja, nyatanya, ibu kamu bisa jaga diri.” 

Yeji tertawa miris, “Tapi dia celaka.” 

“Ah iya.” Taeyong teringat sesuatu. Laki-laki itu memberitahu Yeji bahwa cctv yang ada di sana tidak rusak dan mereka dapat melihat jelas siapa orang yang dengan sengaja menabrak Jennie. 

Yeji bernafas lega dan dapat menghabiskan makannya dengan tenang. 

“Kamu beneran belum pernah ketemu sama anak ayah?” tanya Taeyong selesai mereka makan. 

Yeji sedikit tenang karena ayah bertanya selesai dia makan. Itu artinya Yeji terhindar dari acara tersedak yang pasti akan menimbulkan kecurigaan. 

Yeji tersenyum tipis. “Pernah denger namanya.” Jawabnya berbohong. 

Yeji mengucap syukur berkali-kali saat sebuah panggilan memotong pembicaraan mereka. membuat perhatian ayah teralihkan dan meminta izin untuk mengangkat telepon. Tentunya, Yeji dengan senang hati membiarkan ayah pergi. 

Gadis itu memutuskan berkeliling saat ayah pergi ke belakang untuk menerima telepon. Ada sebuah foto besar yang dipajang di dinding ruang tengah. Foto Jeno bersama Taeyong mengenakan setelan jas rapi. Keduanya terlihat tampan, dan Jeno berambut hitam. 

Kenapa rambut hitam selalu menambah kesan tampan berkali kali lipat? 

Yeji jadi membayangkan bagaimana jika Jeno mengubah warna rambut mereka menjadi hitam mengikuti Hyunjin dan Yeonjun. Bisa gila dia bersama mereka setiap saat. 

Berbicara tentang rambut, Yeji baru ingat kalau rambutnya belum berubah warna. Masih berwarna oren terang dan, ya, tentu saja sangat mencolok. 

Sepertinya dia harus mengganti warna menjadi hitam. Atau mungkin potong rambut.

BERMUDA TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang