Chapter.15 [END]

938 136 18
                                    


Jeno tidak pernah tau kalau pergi berduaan bersama Jennie ternyata menyenangkan. Dia memang tidak pernah tau bagaimana rasanya berjalan-jalan dengan seorang ibu. Tapi mendengar cerita Yeonjun yang seringkali mengeluh tentang dia yang kurang suka diajak ibunya berjalan-jalan membuat bayangan Jeno tentang berjalan-jalan dengan ibu terkesan buruk. 

Tapi ternyata, tidak ada yang buruk. Atau mungkin karena ibunya adalah Jennie? Bisa jadi. 

Selesai makan siang bersama, Jennie mengajak Jeno berjalan-jalan di mall. Terkadang menyeret Jeno untuk membeli sepatu, atau membicarakan banyak hal tentang apa yang mereka temukan di sana. 

Jeno tidak merasa keberatan sama sekali. dia senang mendengar banyak hal yang keluar dari bibir Jennie. Apapun yang diceritakan ibu tirinya ini meskipun tidak penting, tapi kedengarannya menyenangkan. 

Sekali lagi, apa mungkin karena dia adalah Jennie? Entahlah. Jeno juga tidak tahu. 

Tapi kalau boleh jujur, Jeno tidak ingin waktu seperti ini selesai. Jeno menyukai ini, berjalan-jalan bersama Jennie yang sejak awal tidak melepas gandengan dari tangannya sama sekali. jika ada sesuatu yang menarik perhatian, Jennie akan bertanya saran pada Jeno. apakah dia perlu membelinya atau tidak, atau bertanya apapun yang tidak pernah bosan Jeno jawab. 

Lucu, seolah anaknya adalah Jennie. Padahal dia di sini ibunya. 

“Ma, aku boleh nanya sesuatu ga?” tanya Jeno saat keduanya beristirahat di saah satu tempat karena Jennie lelah berjalan-jalan. 

Jennie mengangguk santai. “Asal jangan minta izin buat pergi. Gaakan mama izinin.” Peringatnya yang menimbulkan tawa renyah dari sang pemuda. 

“Ngga, mungkin bahasannya agak berat. Tapi kalau boleh tau, kenapa mama mutusin buat ngurus Yeji? Sementara mama bisa dengan mudah nyari tau siapa orang tua kandungnya?” 

Pertanyaan ini, tidak pernah ditanyakan siapapun selain Jeno. Ya, dan Taeyong mungkin. Taeyong tentu saja tau apa alasan dia bersikeras mempertahankan Yeji di sisinya. 

Jennie tersenyum, tapi senyumnya berbeda dari senyum yang Jeno lihat sebelumnya. Jeno tidak tahu apakah senyuman ini merupakan pertanda baik atau justru buruk untuk dirinya. 

“Kamu mau mama jujur kan pasti?” Jeno mengangguk pelan. 

Jennie tersenyum lagi, kali ini lebih hangat. “Karena mama ga bisa hamil. Mama gaakan bisa melahirkan anak sampai kapanpun. Makannya suami mama sebelumnya selingkuh, karena mama ga bisa punya anak.” 

Ini betulan berat. Jeno tidak menyangka kalau dia akan bertemu pembahasan seperti ini. 

Melihat ekspresi Jennie membuatnya merasa bersalah. Jadi yang dia lakukan akhirnya meminta maaf, meski Jennie terkekeh pelan dan mengatakan tidak apa-apa. tetap saja Jeno merasa bersalah. 

Jeno berinisiatif menawarkan Jennie untuk membeli ice cream. 

“Boleh deh, kamu bisa banget.” Jeno terkekeh. 

“Mama suka rasa apa.” 

“Apa aja, pasti dimakan.” Jeno tertawa kemudian meninggalkan Jennie sebentar untuk membeli ice cream. 

Dan, kencan mereka hari itu diakhiri dengan makan ice cream bersama karena Jeno yang tetap merasa tidak enak sudah menyinggung topik sensitive pada Jennie. Padahal sebelumnya mereka baru saja berbaikan. 





🖤






Padahal sejak pagi niatnya adalah menunggu Jeno dan ibunya pulang. Tapi begitu masuk waktu siang, Yeji malah tidak sengaja tertidur di sofa. masih dengan tangan yang menggenggam remote tv. 

BERMUDA TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang