epilog

877 129 13
                                    


Many years later… 














Seorang gadis cantik mengehembuskan napas kasar untuk yang ke sekian kalinya siang itu. Menatap kesal pada ayah ibunya di kursi depan. 

“Kenapa sih? Mama denger kamu hela napas gitu berkali kali.” 

Gadis itu menolak untuk menjawab, yang dia lakukan justru memalingkan muk dan mengalihkan pandangan. Asal tidak menatap ibunya. Apalagi kalau sampai melihat ayah berbalik ke belakang untuk menatapnya. 

Kedua orang tuanya memilih abai. Membiarkan anaknya melihat apa yang ingin dia lihat di jendela. 

“Kalian tuh kenapa sih?” gadis cantik itu merengut sebal. 

“Apanya yang kenapa? Nona lee?” 

Gadis cantik itu mendengus, tidak senang bila ayahnya sudah memanggil seperti itu. Bukan karena pertanda ayahnya marah. Tapi dia tidak sanggup melihat ayahnya yang lembut seperti itu. 

Yang ada, dia justru semakin tidak suka dengan keputusannya sekarang. 

“Aku gamau asrama. Kalian tuh kenapa sih?” 

Ibunya mengangguk-anggukan kepala. Mengiyakan ucapan anak gadisnya, kemudian terkekeh pelan. 

“Dulu mama juga gitu tau dek. Gamau asrama, terus marah marah sama ibu.” 

“Mami maksudnya? Terus? Mami kan baik, pasti mama ga disuruh asrama kan?” gadis itu berseru semangat. Berharap jawaban ibunya adalah iya. 

Tapi mengecewakan karena ibunya menggeleng dan terkekeh. 

“Mama jadinya asrama,” Ibunya tersenyum lembut pada anak gadis kesayangannya. “Ga bisa mama bayangin kalau mami kamu ga kirim mama ke asrama.” 

Anak gadisnya itu mengerutkan kening bingung. Yang menimbulkan kekehan ringan dari ayah dan ibunya yang gemas melihat tingkahnya. 

“Emang kenapa?” tanyanya penasaran. 

Ibunya tersenyum, hendak menjawab kalau saja tidak disela sang ayah. 

“Kalau mama kamu ga masuk asrama, dia gaakan kenal papa. Dan kamu gaakan ada di sini sekarang.” 

Kemudian, anak gadisnya mendengus kesal. Terpaksa mengikuti keinginan orang tuanya. 

“Iya, iya terserah.” 

Ibunya terkekeh, “Kamu pasti suka ko. Dulu mami kamu bawa mama kesini supaya mama aman, tapi mama bawa kamu ke sini karena dulu mama sekolah di sini.” 

“Papa juga?” 

“Iya” 

Gadis itu mengalah, mengangguk pelan sebelum mendapat usakan gemas dari sang ayah. 

“Nice Lee Ye Na, kamu memang anak ayah yang penurut.” 

“No, dia anak aku. Iya kan, Hwang Ye Na?” 

Ayahnya menoleh sebal. “Dia anak aku juga. ” 






Perdebatan berlanjut sampai gadis cantik itu mendesah keras. Kemudian berujar sebal. 

“Udahlah! Aku jadi anak mami Jennie aja, panggil aku Kim Ye Na!” 

 




















🖤🖤🖤




Huaaaaa
Ga nyangka bisa selesai nulis ini
Makasih buat kalian yang udah mau mampir kesini buat baca tulisan aku.

Ga sempurna, aku mencoba sebaik mungkin.

Jujur cerita ini emang direncanakan selesai sesingkat mungkin. Jadi cuma segini karena inti ceritanya sebenernya gimana Yeji milih satu di antara tiga cowo yang dia temui di asrama. Hehe.

Sebenernya ada banyak yang pengen dikasih tau, tapi kayanya ga perlu.

Soooooo,, ini beneran udahan.

Thank you so much😚😚😚

BERMUDA TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang