Chapter.14

579 133 26
                                    

Jennie kira Yeji tidak serius dalam ucapannya. Tapi ternyata setelah makan selesai, setelah mereka berbincang beberapa saat, Yeji betulan pergi dengan alasan mengantar Hyunjin pulang. Padahal Jennie tau kalau gadis itu pasti akan menginap.

Meskipun koper dan semua barangnya sudah ada di sini. Tetap saja Jennie merasa kecewa karena Yeji memutuskan pergi. 

Harusnya dia tahu kalau ini akan terjadi setelah Yeji bertemu keluarga kandungnya. Tapi entah kenapa Jennie masih saja tidak bisa menerima kalau Yeji memilih bersama keluarga kandungnya daripada bersamanya. 

Jennie merasa bimbang memikirkan apakah perasaannya ini wajar atau tidak. Karena di satu sisi dia senang Yeji bertemu keluarga kandungnya, tapi di sisi lain dia tidak suka kalau Yeji nantinya lebih sering menemui keluarganya daripada bersama Jennie di sini. 

Menghembuskan napas kasar. Jennie menggeleng guna menghilangkan pikiran negatif di kepalanya. 

Karena Taeyong belum pulang, Jennie berinisiatif mencari Jeno. Kemungkinan besar sih di kamarnya. 

Dan benar saja, karena setelah Jennie mengetuk pintu. Pemuda bersurai biru lagit itu membuka pintu. 

“Eh, mama. Ada apa?” padahal tadinya Jeno kira kalau yang mengetuk pintu itu Yeji. 

Jennie tersenyum, “Makan dulu yuk. Kamu tadi ga ikut makan bareng.” 

Sebenarnya Jeno ingin menolak. Tapi dia tidak mau menyinggung perasaan Jennie, jadi dia mengangguk pelan, menutup pintu dan berjalan di samping Jennie menuju dapur. 

“Papa belum pulang ma?” tanya Jeno saat Jennie mengambilkan piring untuknya. 

Jennie menggeleng. Jeno pikir ibunya itu hanya akan mengambilkan piring untuknya. Tapi ternyata mengambilkannya nasi dan juga lauk setelah bertanya apa yang Jeno inginkan. 

Jeno belum terbiasa dengan ini. Biasanya papa hanya mengajaknya makan bersama tanpa melakukan hal-hal yang seperti dilakukan Jennie barusan. 

“Bentar lagi juga pulang.” Wanita itu mendesah keras. Tidak sadar kalau itu menarik Jeno untuk bertanya. 

“Mama kenapa?” Alis Jennie terangkat bingung tapi lantas menggeleng pelan. “Mama ga ikut makan?” tanya Jeno lagi. 

Jennie menggeleng untuk kedua kalinya, “Udah tadi. Mama di sini nemenin kamu, kamu ga suka?” 

“Ngga, bukan gitu.” Jeno buru-buru menjelaskan. Takut kalau Jennie akan salah paham padanya. “Aku cuma, belum terbiasa aja.” Katanya pelan. 

“Santai aja. Nanti juga terbiasa.” Jennie terkekeh. “Kamu lucu banget sih. Fyi, kedepannya mama pasti usahain temenin kamu makan.” 

“Kenapa?” 

“Kali aja kamu gaada temen. Kamu bisa minta mama temenin.” Jennie tersenyum hangat. “Mama dari kecil ga suka makan sendiri. Jadi mama ga bisa liat orang makan sendirian.” 

Berbeda sekali dengan Jeno yang kalau papa sibuk pasti makan sendiri. 

“Kalau mama sibuk, Yeji makan sama siapa?” tanya Jeno tiba-tiba. Jennie menghela napas, padahal tadinya ingin melupakan Yeji sejenak. Tapi putranya ini malah membahasnya. 

“Sama Jimin, atau sama istrinya Jimin.” Jennie menjawab singkat. 

Jeno mengangguk paham. “Yeji kemana btw?” 

Jennie menyandarkan punggung nya pada kepala kursi. “Nginep rumah Hyunjin.” 

Kalau boleh jujur, sebenarnya Jeno sedikit terkejut dan merasa benar-benar kecewa mendengar Yeji pergi. Tau begitu dia tidak akan masuk kamar tadi. Kenapa juga Yeji pergi ke rumahnya tanpa mengatakan apapun? 

BERMUDA TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang