01: Kali pertama mereka bertemu

89 17 2
                                    

Jakarta, 2018.

Aska melepas helm yang ia pakai dan menaruhnya diatas spion kanan motor scoopy miliknya. Lelaki yang sore ini memakai kaos putih dibalut dengan jaket parasut hitam serta celana pendek selutut berwarna coklat itu berjalan cuek menuju tempat kosong yang bisa ia duduki di Lapangan Banteng dimana disini adalah tempat favorit Aska untuk menikmati senja ditemani semilir angin sore.

Menurut Aska, langit senja itu cantik. Amat sangat cantik. Ia lebih menyukai langit sore dibandingkan pagi hari yang dimana angin masih berhembus dengan segarnya.

Aska akan betah berlama-lama di Lapangan Banteng hanya untuk menikmati senja sampai hari menjadi gelap. Seperti sekarang, sepertinya Aska akan siap diam sampai malam hari karena badannya sudah dibalut dengan jaket parasut.

Telinganya ia sumpal dengan airpods yang memutarkan lagu milik Billy Joel – Just The Way You Are, salah satu lagu favoritnya.

Ketika Aska mencoba untuk menutup matanya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan seorang gadis yang menyentuh lengannya. Sontak Aska melepas airpods di telinga kirinya,

"Sorry ganggu, tapi gue punya pertanyaan random. Lo lebih suka sore apa malem?" tanya gadis itu dengan mata sedikit melebar.

Kening Aska mengrenyit kebingungan, matanya menelisik sosok gadis berambut potongan bob dibawah telinga yang tiba-tiba duduk disampingnya itu.

"Ih jawab dooong," rengek gadis itu lagi.

Aska makin kebingungan ketika gadis disampingnya ini tiba-tiba merengek memintanya untuk menjawab pertanyaan, mau tak mau Aska menjawab berharap gadis disampingnya ini untuk segera pergi.

"Sore," jawab Aska cuek.

Gadis itu memicingkan matanya mendekat ke wajah Aska, "Alesannya apa?" tanyanya lagi kemudian kembali memundurkan wajahnya seperti semula.

Jantung Aska kini berdegup kencang, terkejut dengan tindakan impulsif dari lawan bicaranya ini. Namun ia berusaha bersikap biasa saja dengan cara memasang poker face seperti biasanya.

Berbeda dengan gadis disampingnya yang menyadari keterkejutan Aska, "Jawab dong penasaran," tanyanya tanpa melirik ke arah Aska.

Sama halnya dengan Aska yang enggan melirik kearah gadis itu, matanya sibuk menikmati karya Tuhan yang luar biasa indahnya di sore hari ini.

"Kalo malem waktunya istirahat," jawaban Aska membuat gadis itu terdiam beberapa saat sebelum akhirnya tertawa.

"Ya nggak salah juga sih."

Keduanya sama-sama terdiam, mencoba menikmati senja dalam diam. Namun mata Aska tak bisa untuk diam tanpa melirik penasaran kearah gadis yang tiba-tiba bertanya seperti itu kepadanya.

Aska adalah orang yang pendiam. Karena itulah banyak yang malas berteman dengannya. Kebanyakan orang keburu malas mengajak berbicara dengan Aska karena responnya yang pasti hanya akan begitu-begitu saja.

Sebetulnya, Aska tidak bermaksud untuk merespons hanya dengan begitu-begitu saja. Hanya saja Aska memerlukan waktu untuk mencoba beradaptasi terlebih dahulu.

Makanya di masa putih abu sekarang ini, Aska hanya memiliki beberapa teman yang dapat dihitung dengan jari. Berbeda sewaktu SMP dulu karena Aska satu sekolah dan satu kelas dengan teman-teman kecilnya sehingga Aska tidak perlu memerlukan banyak waktu untuk beradaptasi.

Ini kali pertama Aska mengobrol lagi dengan orang asing setelah dulu ia dapat dikatakan trauma dengan orang asing. Alasannya yaitu karena ia pernah menjadi korban penculikan anak sewaktu sekolah dasar. Hal itu pula yang mengakibatkan Aska menjadi pribadi yang lebih pendiam dan memerlukan banyak waktu untuk beradaptasi dengan orang asing.

orange; aska & sayla.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang