"Mau keluar? Nitip nih kasihin bang Danny dikampus."
Aska yang hendak membawa sepatu converse coklat miliknya langsung terhenti dan menatap Aji yang berdiri bersandar pada dinding pembatas antara garasi dengan ruang tengah sembari menyodorkan sebuah map berwarna biru.
"Kalo bisa sekalian beli bubur Sa buat si Haru, panasnya belum turun-turun." Pinta Aji yang mau tak mau Aska balas dengan anggukan.
Aji tersenyum sembari memasukan map biru tersebut kedalam totebag kanvas berwarna putih polos yang ntah milik siapa tersimpan diatas rak sepatu. Selesai memakai sepatu, Aska menerima sodoran totebag dari Aji tanpa kata.
"Tengkyu pisan inimah," ujar Aji menepuk bahu Aska dua kali dan langsung berjalan kembali menuju kamar Haru.
Pada pukul 3 sore ini Aska berniat mengambil laundry-an miliknya di dekat kampus. Ya untung saja satu arah alhasil Aska mau-mau saja dimintai tolong. Namun masalahnya, Aska belum terlalu hafal letak fakultasnya Danny.
Tahu kok, Fakultas Ekonomi dan Bisnis letaknya ada didekat Gedung Rektorat. Yang jadi masalahnya yaitu seluk beluk Gedung FEB tersebut, Aska masih asing dengan gedung yang diparkirannya selalu terparkir mobil mahasiswa yang sedikit lebih mewah.
Aska menyampirkan totebag tersebut dibahu sebelah kirinya, tangan kanan nya memutar-mutar kunci motor. Selesai memakai helm ia langsung membuka gerbang kostan dengan mandiri, setelah menutupnya kembali motor yang dikendarai Aska melaju membelah jalanan Kota Bandung yang tengah ramai lancar.
Motornya berhenti begitu lampu jalanan menunjukan warna merah. Keningnya sedikit mengerung karena bisingnya suara klakson mobil dari arah sebrang. Matanya menangkap seseorang yang ia kenali dengan sangat. Itu Radin dengan seorang laki-laki tengah tertawa dipelataran cafe.
Tak mau ambil pusing, Aska memilih untuk segera maju karena lampu menunjukan warna hijau.
Kemudian motornya kembali berhenti, ia turun dari motornya sembari melepas helm dan berjalan kearah pintu masuk.
Pintu masuk berdecit, sang pemilik laundry berdongak dan tersenyum melihat Aska yang baru saja datang.
"kemaren kakakmu yang kesini," sapanya sembari mengusak rambut Aska pelan.
Aska menunduk canggung menyembunyikan senyumnya, "Mau minum dulu nggak? Tante ambilin kalau mau," tawar Dara-pemilik laundry sekaligus teman dari sang Papa.
"Cuman mau ambil laundry-an."
Terlihat semburat kecewa di wajah Dara, "Sibuk ya jadi maba?" tanya Dara menjinjing satu buah kresek putih berukuran sedang.
Enggan untuk menjawab, Aska hanya tersenyum canggung.
"Kamu tuh beda banget sama kakakmu lho. Kemaren dia berisik begitu dateng kesini," lagi-lagi Aska hanya mengulum senyumnya.
"Berapa Tante?" Dara menggeleng, "Nggak usah, Papamu kemarin kirim uang ke Tante," tolaknya yang membuat Aska mengangguk paham.
Setelah itu Aska pamit dan kembali menaiki motornya menuju kampus.
__
Aska memasuki gedung FEB dengan ragu. Ini baru kali pertamanya Aska memasuki gedung tersebut. Kepalanya meneleng kekiri dan kekanan mencari-cari keberadaan lelaki yang 2 tahun lebih tua darinya.
Pesannya belum dibaca sama sekali oleh Danny. Aska mengigit bibir bawahnya ragu, banyak orang berlalu lalang tetapi ia tidak mempunyai keberanian untuk sekedari bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
orange; aska & sayla.
Novela JuvenilBanyak kata yang belum sempat Aska ucapkan kepada Sayla dikala senja terakhir mereka. started: January 2021.