Aska tengah duduk di kursi yang tersedia di atap bersama dengan Ucha. Keduanya nampak tengah bersantai menikmati langit yang kian gelap dengan masing-masing memakai kaos oblong dan celana selutut juga rokok yang terselip diantara jari tengah dan telunjuk masing-masing menemani waktu mengobrol mereka.
"Gimana jadi deket sama kating sasing itu nggak?" tanya Ucha memecah keheningan.
Yang ditanya menipiskan bibirnya dengan tangan memutar-mutar batang rokok yang kian memendek. "Gatau," balasnya sembari mengangkat kedua bahunya.
Otak Aska kembali mengingat Sayla. Hari ini tepat 10 hari dia mengabaikan pesan yang dikirimkannya dan juga Aska belum menemuinya kembali setelah hari itu. Aska tahu kalau Sayla sesekali berkunjung ke Gedung Fakultasnya, namun Aska memilih untuk berbalik arah dibandingkan harus bertemu pandang dengan Sayla.
Sebut saja Aska cupu karena tidak mau melakukan pergerakan. Mau bagaimanapun Aska banyak di ceramahi, tetap saja ia tak akan mau mendengarnya. Karena pikirannya selalu kembali ke tujuan awal yang memang hanya untuk sekedar menemukannya, bukan untuk mendekatinya bahkan sampai mengencaninya seperti apa yang di ucapkan teman-teman kost yang lain.
Dengan mengetahui fakta bahwa Sayla adalah si gadis itu saja sudah cukup bagi Aska.
Tetapi Aska tidak munafik, pikiran untuk mendekati Sayla itu ada bahkan sampai saat ini. Ia hanya terlalu bingung untuk memulai dari mana dan bagaimana, makanya Aska memilih untuk diam di tempat tanpa melakukan pergerakan apapun.
Aska hanya pernah satu kali berpacaran, itu pun karena aksi spontan nya saja. Ia menyukai salah satu gadis di sekolahnya namun ia hanya berani menatapnya dari kejauhan semacam secret admirer, suatu ketika gadis yang disukainya itu menyatakan cinta terlebih dahulu ke Aska. Tanpa banyak berfikir ia mengajaknya untuk berkencan.
Hubungannya hanya bertahan sekitar 16 bulan, alasan berakhirnya hubungan mereka karena Windy (nama gadis tersebut) merasa jenuh dan akhirnya Aska memutuskan untuk mengakhirinya. Karena untuk apa di pertahankan? Jenuh itu manusiawi, Aska hanya ingin memahami apa yang dirasakan Windy saja.
Persetan dengan perkataan jenuh itu wajar yang nggak wajar putus karena jenuh, Aska berfikiran kalau jenuh ya sudah mau di apakan lagi? Ditahan pun rasanya tidak akan sama.
Aska kembali menyesap lintingan nikotin tersebut dan mengepulkan sehingga mengakibatkan sekelebat asap menghalangi pandangannya. Tadi siang baru saja hujan sehingga aroma hujan masih tercium.
"Jadi nge-band?" Aska bertanya yang dibalas anggukan oleh Ucha, "Kemaren udah mulai latihan, lumayan langsung klop karena faktor temen deket kali ya," Aska ikut mengangguk-ngangguk.
"Bisa jadi."
"Bang, tanggapan lu ke cewek yang ngerokok gimana?" tanya Aska karena teringat bungkus rokok yang ada di mobil Sayla.
Ucha menggaruk tengkuknya dengan tangan kiri, menatap Aska keheranan karena pertanyaan yang di lontarkannya.
"Cewek gua ngerokok, kadang. Tapi gua ya biasa aja, dia juga nggak terlalu sering paling kalau stress aja. Tapi kalau coba ngelarang pasti pernah walaupun ujungnya selalu berbalik ke gua karena gua juga nyebat. Nyoba paham aja gua, dia mau jujur suka ngudud aja udah seneng," jawab Ucha sedikit menengadah keatas menatap langit membayangkan kekasihnya tersebut.
"Kenapa? Kating sasing itu ngudud? Jangan-jangan ini alesan lu nggak maju-maju?"
Aska menoleh sewot kemudian menggeleng cepat, "Bukan," Ucha menghembuskan nafasnya kasar, "Terus kenapa dah lu nggak maju? Katanya demen udah dua tahunan," kini giliran Ucha yang sewot.
KAMU SEDANG MEMBACA
orange; aska & sayla.
Fiksi RemajaBanyak kata yang belum sempat Aska ucapkan kepada Sayla dikala senja terakhir mereka. started: January 2021.