09: Tidak ada hari esok

112 14 14
                                    

Sayla keluar dari salon dengan wajah sumringah. Merapikan rambutnya yang baru saja ia potong menjadi pendek, mengaca pada kaca mobil milik Arya. Sang empunya mobil yang masih berdiri di belakangnya itu hanya mendecak menggelengkan kepalanya.

Sehabis kumpulan bersama anggota kelompok KKN, Sayla dan Arya langsung melenggang menuju salon. Nama lelaki berambut gondrong ini adalah Himi Aryasaka, biasa dipanggil Arya dan merupakan teman satu SMA Sayla dulu.

Sebenarnya kedua remaja ini tidak terlalu dekat dulunya, walaupun kelas mereka bersebelahan. Arya sangat suka mengusili Sayla, hal itu yang membuat Sayla tidak mau dekat-dekat dengan lelaki itu.

Namun sekarang berbeda, Sayla tidak menolak begitu tadi Arya mengajaknya mengobrol berdua dan berakhir mengantarnya ke salon.

"Lo nggak gabut apa daritadi cuman liatin terus ngintilin gue doang?" tanya Sayla menoleh kebelakangnya mengarah pada Arya.

Lelaki itu mengangkat bahunya tak peduli, tangannya yang ia simpan di saku celana dan wajah nya yang tengil mengingatkan Sayla kepada memori SMA nya. Sial, ternyata Arya masih saja menyebalkan.

Arya berjalan mendekat kearah Sayla, membuka pintu untuknya dan sedikit mendorongnya untuk masuk. "Kaga sih, soalnya sekarang lu yang bakal ngintilin gua," ucapnya kemudian menutup pintu mobil begitu Sayla sudah duduk.

Di mobil Sayla memilih untuk bungkam. Ada sedikit rasa takut karena ia tidak bisa mempercayai Arya begitu saja. Ya walaupun mereka teman SMA, hal itu tidak bisa dijadikan alasan untuk bisa mempercayainya dengan mudah.

Sesekali Sayla melirik kearah Arya dengan ujung matanya, jari-jarinya saling menggenggam. Sedangkan Arya diam terfokus menyetir. Hari sudah mulai gelap, lampu-lampu jalanan sudah mulai menyala.

"Tenang, cuma gua ajak makan doang bu tegang amat."

Benar, mobil berbelok kearah sate kambing pinggir jalan. Arya menyengir tanpa melirik kearah Sayla, sedangkan si gadis yang baru saja potong rambut ini hanya menghela nafasnya lega.

"Lu pake susuk ya jadi kaga mau makan sate?" celetuk Arya yang melihat Sayla hanya terdiam memandangi beberapa tusuk sate di hadapannya. Belum tersentuh sama sekali, berbeda dengan Arya yang hampir habis setengahnya. 

Celetukan aneh dari Arya membuat Sayla memutar bola matanya dan mulai meraih satu tusuk sate, menggigitnya dengan ragu. "Beneran pake susuk ini kayaknya," ucap Arya karena Sayla tidak memberikan respon yang baik begitu berhasil melahap satu gigitan.

"Nggak ya Tuhan," sungut Sayla kesal. 

"Gua ko jadi kangen SMA ya, ledekin lu sampe pundung kaga mau liat gua," ujar Arya yang langsung dibalas decakan sebal dari Sayla. 

Arya tergelak di kursi nya melihat ekspresi Sayla yang terlihat seperti saat SMA dulu, kening dan alis mengerung dan hidung setengah merekah karena kesal. 

"Lo nyebelin ngatain gue pendek mulu padahal lo juga nggak setinggi Kak Migu," sungut gadis berambut pendek itu lagi.

Kali ini Sayla mulai melahap sate nya dengan baik, tidak hanya sekedar menggigiti sedikit saja seperti tadi.

"Eh lo gimana sih sama Kak Migu? Pacaran atau gimana? Gua denger sih begitu dari anak-anak yang lain."

Gosip tersebut memang sudah biasa didengar Sayla, sudah tidak aneh lagi. Orang-orang memang sering salah kira kalau antara dirinya dengan Migu tengah dalam hubungan spesial.

Padahal, tidak sama sekali.

Memang nya salah ya untuk berteman baik dengan lawan jenis? Sejauh ini Sayla hanya menganggap Migu tidak lebih dari sekedar teman laki-lakinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

orange; aska & sayla.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang