09. Pianis di Sabana Luas

14 2 0
                                    

Saat melihat cairan kental hijau beraroma alpukat itu, Kefier tahu dia harus bilang apa.

"Tadi pagi, anda pergi ke toko buah dekat taman kota untuk beli alpukat bukan? Ah iya! Anda juga bawa kotak kardus."

Mata Adele membesar. Mulutnya sedikit menganga.

"Dan... Tadi sebelum berangkat ke sini, bukannya mobil anda mogok ya? Anda gak mau naik taksi...... Lalu anda ke sini naik apa?" Tanya Kefier penuh selidik.

"Tadi Pagi, anda membeli alpukat. Apa benar!?" Tanya Kefier mendadak.

"Benar!" Adele membulatkan matanya sendiri. Kaget karena tiba-tiba saja mulutnya menjawab pertanyaan Kefier dengan otomatis.

"Tidak hanya alpukat, anda juga membawa boks apa benar!?"

"Benar!" Mata Adele makin membulat. Heran sendiri.

"Dan...Cincin itu berasal dari boks yang sama!" Kefier melanjutkan kalimatnya kemudian menunjuk cincin yang persis sama yang dia temukan saat menolong wanita itu.

Suasana terasa mencekam bagi Adele. Seolah Kefier adalah seorang Cenayang.

Sedangkan Kefier tersenyum nakal. Satu alisnya di naikkan ke atas seolah berkata Nah loh ayok lo! Gak percayaan sih.

Setelah tadi seperti sapi yang dicocok hidungnya dan mengiyakan setiap pertanyaan Kefier, yang sudah berlagak layaknya jaksa di drama korea. Wajah Adele kembali menegas kemudian menyunggingkan satu sisi bibirnya .

Kefier berkedip sekali. Matanya melebar. Alisnya ditarik ke atas. Ada apa ini, apa dia punya jurus rahasia?

Kefier menunggu,

"Siapa? Mommy atau Daddy-ku yang ngirim kamu?"

Kedua alis Kefier bertaut. Bingung, disangka sebagai mata-mata dari kedua orang tua wanita di depannya.

"Hah?" Kefier.

"Sudah deh bilang sama mereka, kalau mereka tetap begini..."

Dia menatap Kefier tajam dan lurus. Kemudian kembali melanjutkan kalimatnya,

"Bahkan sampai akhir pun aku gak bakal kembali kesana."

Kefier menelan ludahnya. Entah dia merasa sedikit tegang sekarang, seolah kalimat ancaman itu untuk dia.

Matanya berkedip berulang kali mencoba untuk mencerna keadaan saat ini.

"Maaf sepertinya anda salah paham soal saya, saya tidak kenal dengan Ayah dan Ibu anda nona Adela."

Adele melonggarkan otot-otot tegang wajahnya, dia menghembuskan nafas kasar dengan muak. Diambilnya kotak tisu di atas meja dan jongkok ke bawah untuk mengelap tumpahan jus alpukatnya.

Kefier mengambil kotak tisu dari tangan Adele dan membantunya membersihkan kekacauanyang dia ikut andil didalamnya.

"Saya tau ini sulit untuk dipercaya nona Adele, tetapi saya bukan orang suruhan seperti yang anda maksud. Saya hanya...."

"Tidak melihat harapan lain selain anda seorang," Kefier menatap bola coklat terang dari mata Adele yang juga menatapnya dengan lekat.

Seperti serbuk dandelion yang membawa sejuta harapan dan doa dari anak manusia lugu terbang dibawa angin, malam itu Adele adalah Dandelion baginya. Terlihat rapuh dan mudah diombang ambing oleh angin dahsyat nantinya, namun dengan kekuatannya dia bisa membuat waktu tunduk tak berkutik. Dia Adelade Augusta Ryn , 28 tahun, telah ditemukan Kefier di tengah sabana luas ini.

***

"Halo, kita ketemu lagi." Kefier menyapa ramah asisten Adele yang pernah ditemui sebelumnya.

Asisten itu menatap Kefier dan Adele bingung. Dia tidak pernah merasa bertemua Pria di depannya ini.

Melihat itu Kefier bergumam sendiri, "Ah iya, gamungkin ingat ya." Ia tertawa geli sendiri. Adele hanya diam saja, dia kemudian menatap Luna, asistennya, yang seolah meminta penjelasan lebih mengenai Kefier.

Luna mendeketi Adele dan berbisik pelan, "Siapa kak?" Adele mengangkat dua alis dan bahunya secara bersamaan. Luna makin bingung, dia tidak pernah melihat Adele mau berbaur dengan orang asing dari awal Luna menjadi asistennya.

Luna menatap Kefier penuh selidik, Kefier hanya membalasnya dengan senyum manis miliknya.

Setelah tadi memperlihatkan foto prewedding, undangan, dan persiapan pernikahan lainnya yang sudah 99,9% selesai kecuali fakta bahwa pengantin prianya tidak hadir ke acara pernikahan itu. Kefier mencoba untuk meyakinkan Adele bahwa dia bukan orang aneh yang sedang bermain-main, melainkan hanya seorang pria sial yang bahkan tak berani untuk datang ke acara pernikahannya sendiri karena kondisinya yang terbilang unik, ralat itu terlalu ekstrim untuk disebut unik, ajaib mungkin lebih tepatnya.

Melihat semua bukti yang ada dan juga profesi Kefier yang terlihat tak mungkin dia mau membuang waktunya dengan percuma kalau memang hanya ingin bermain-main. Adele membiarkan Kefier untuk tetap di sisinya sampai dia menemukan kunci jawaban atas hal gila yang dia ceritakan itu, lagipula Jakarta terlalu sepi baginya untuk sebagai tempat perhentian terakhir.

Kefier membuka pintu mobil Adele yang sepertinya tadi sudah diperbaiki Luna di bengkel, Adele masuk ke dalam mobil. Diikuti Kefier yang juga masuk dan duduk di kursi penumpang sebelahnya. Luna masih heran dan kaget, dia tak mau membuang waktu. Ditancapkannya pedal gas dan dengan cepat meninggalkan teater itu.

Kefier, menutup sebelah matanya dan mengintip ke arah jam tangannya yang terlihat satu menit lagi tengah malam, ragu-ragu. Kefier berpikir apakah dia kira-kira akan menjadi Cinderello kali ini karena harus balik lagi sebelum jam 12 tepat.

Teng 

jam tangannya sudah menunjukan jarum panjang dan jarum pendek di arah yang sama, ini sudah jam 12 tepat dan tidak ada hal yang tak diinginkan Kefier terjadi. Semua baik-baik saja, dia masih di sini dengan jarum panjang yang kembali berdetak.

Kefier menatap Adele semringah, dia tidak berubah menjadi Cinderello! Adelle tetap dengan ekspresi tak pedulinya, dia diam saja tak ikut tersenyum ataupun mengucapkan selamat karena Kefier berhasil melewati jam malam putri bersepatu kaca itu.

Mobil Van itu sudah berhenti di parkiran basement griya tawang Adele, mereka semua turun dari mobil.

"Kamu pulang aja Lun sudah malam." Ujar Adele.

"Oke," Luna hanya mengiyakan, meskipun dia tak yakin karena melihat kelakuan bosnya yang tak biasa malam ini.

"Nona Adele!" Kefier memanggil Adele yang sudah jalan duluan daripada dia. Adele membalikkan badannya.

"Tunggu saya!" Kefier berjalan cepat menuju Adele, mereka berjalan berdampingan menuju lift.

Beberapa detik kemudian pintu lift terbuka di lantai satu, dimana lobi berada. Seorang wanita yang pernah Kefier temui ada di depannya, dengan reflek kefier berucap,

"EH!"

"EH!" Wanita itu mengucapkan hal yang sama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ada Dandelion di MatamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang