06.Sakit Kepala

26 4 2
                                    

"AMPUN MAAAAKKK!" Suara teriakan anak kecil menyapu angin.

Belum sempat Pak Satpam membantu wanita itu memabawakan boks coklatnya, sesosok anak kecil yang tadi suaranya mendominasi semua pendengaran orang yang ada di sana menabrak Kefier keras. Tanpa persiapan, Kefier malah melepaskan barang bawaannya dan berakhir memeluk anak kecil yang berlari ke arahnya itu.

"Ben, sini kamu!" sosok lain datang dari arah yang sama anak itu berasal. Wajahnya ditekuk sampai ke lutut, matanya yang besar diperbesar hingga api di dalamnya tumpah ruah. Hawa di situ menjadi sangat menyeramkan. EMAK-EMAK SUDAH NGAMUK! makhluk dengan lampu sen kanan tapi belok kiri ini terlihat mengerikan.

"Sini kamu Ben!" Ibu itu mencoba meraih tangan putranya.

Tak ada adab, anak itu malah memeluk balik Kefier dengan badan bergetar. Kefier yang tak tegaan terpaksa barus ikut campur.

"Bu, sabar bu Istighfar dulu." Kefier mecoba mengendalikan keadaan dan menenangkan ibu yang sudah kebakaran jenggot itu.

"Saya Katolik." Dua kata yang mengubah segalanya.

Tiba-tiba suara menjadi hening anak dipelukan Kefier menghentikan tangisannya sekejap, dia bahkan berpikir apa sebaiknya dia kembali saja ke Ibunya? karena sepertinya pria dewasa ini tak bisa diandalkan.

Wanita serta satpam yang berada di situ memalingkan wajah mereka, seolah tak pernah berinteraksi dengan Kefier.

"OH kalau gitu kita omongin secara baik-baik, bermusyawarah dulu, iya gitu, sampai menemukan mufakatnya!" Kefier yang heboh, kembali memberikan saran yang tak kalah absurd dibanding sebelumnya.

"Sudah Om, lepasin aja anak nakal itu sekarang." Pinta ibu itu.

Anak kecil itu kembali memeluk Kefier bahkan lebih erat dari sebelumnya.

"Ibu, anak sendiri kok dibilang nakal, anak itu anugerah bu, dari Tuhan loh bu," -Mamah Kefier

"Memang nakal! sudah Om lepasin aja dia, kepala saya sudah sakit banget ini, yaampun! Anak ini pakai kartu kredit mamahnya buat beli-beli di game online!" waduh sepertinya tanduk di kepala ibu ini sudah mulai keliatan, Kefier yang malang sepertinya sudah bisa ditebak kematian sia-sia selanjutnya bagi dia apa.

Mata Kefier melotot mendengar penjelasan ibu itu, wow pemirsa sepertinya Kefier kali ini salah menjadi pahlawan bagi orang lain. Pak Satpam berdehem,

"Mas, saya pergi duluan ya, bantu mba nya." Kurang ajar mereka malah pergi meninggalkan Kefier di suasana menjepit seperti ini. Wanita itu membungkuk pelan tanda kepamitannya, kefier hanya bisa tersenyum kecut.

Kefier melihat ke arah anak kecil yang masih ketakutan itu kemudian menjewer telinganya, pelukan  seerat tali pinggang di perut polisi terlepas dari pinggang Kefier.

Bisa-bisanya anak sekecil ini berani mencuri uang yang di cari orang tuanya susah payah. Kefier kesal bukan main, mana dia sudah ala-ala lagi nyuruh mamahnya si adek buat istighfar. Yagitu pahlawan kesiangan never work lah.

"Ini Bu, bawa aja Ben nya hukum loh ya bu, pokoknya harus di hukum!" Kefier si penghianat menyerahkan anak itu ke induknya, sang Ibu menyambut putra kecilnya itu dengan suka cita dan penuh kasih sayang.

Ketepak... satu pukulan dari rotan coklat yang dilapisi bulu bebek melayang di pantat anak nakal itu.

Ibunya puas, Kefier senang, semua bahagia.

Ada Dandelion di MatamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang