04.Pesan dari Tuhan

27 5 1
                                    

Kefier menarik nafasnya dalam, tertahan tiga detik di dada kemudian dihembuskannya kembali melalui mulut, berulang-ulang seperti itu dengan posisi duduknya yang bersila kemudian mempertemukan kedua tangannya di depan dada sambil merapalkan mantra buatannya sendiri.

Ayo dong kembali, ayo dong!! Kefier memejamkan matanya kuat-kuat berharap saat dia membuka matanya, semua hal sudah kembali seperti semula atau setidaknya kehidupannya kembali berjalan normal.

Setelah memutuskan untuk kembali ke taman kota dan duduk kembali di bawah pohon besar di atas keramik dingin dengan polesan warna zamrud yang mengelilingi pohon besar itu seperti tempo lalu. Kefier sudah menganggap bahwa pohon di depannya ini keramat.

Bisa saja kan penunggu di pohon ini jatuh cinta sama Kefier dan membuanya jadi tidak bisa menikahi Keysha, seperti petunjuk yang dia sering tonton di film-film, Kefier hendak mencoba untuk menenangkan roh di pohon ini pikirnya,

bisa sajakan?

Satu hal yang dia kagumi, Wah, penunggu ini memang punya selera yang bagus! tapi maaf untuk saat ini aku harus nikah sama orang lain, kehidupan selanjutnya mari kita bersatu! pikiran randomnya menyeruak di sela-sela sesi semadinya.

Kefier membuka matanya sedikit mencoba mengintip dan melihat apakah ada hal baik yang telah terjadi. Apakah ritual penenangan arwah yang dilakukan nya berhasil atau tidak.

Tidak ada yang terjadi, Kefier kembali melanjutkan kegiatannya, dia menelan gigitan terakhir roti tawar selai coklat di tangannya sambil merapalkan mantra buatannya, tangannya meraba lantai di sekitar untuk mencari roti lain yang dia siapkan tadi pagi, jaga-jaga apabila hal genting terjadi alias dia lapar.

"Oh apa ini!?" Tangan Kefier menyentuh sesuatu yang dia yakini itu buka roti melainkan kulit, tunggu kulit manusia?

"Om," suara panggilan anak kecil membuatnya membuka mata, catat ini bukan 1 anak melainkan 5 orang atau mungkin lebih mau ngapain mereka? mau nyuri rotinya Kefier ya!

"Om, bagi rotinya dong!" Mata bulat anak itu mendominasi sesi pandang-memandang yang mereka lakukan.

Ahh... Kefier ingat anak-anak ini yang dia lihat tempo hari lalu mengelilinginya eh ralat kenapa dari tadi tempo hari ya? Kan Kefier selalu mengulang harinya di tanggal yang sama, oke maksudnya emmm... Begitulah pahamkan?

Anak-anak tersebut mengelilinginya sambil menaiki sepatu roda dan skateboard yang kalau kata Keysha, "Ih lucu-lucu." Entah apa maksud kata lucu di sini, Kefier tidak paham kenapa kaum hawa selalu menyebut kata lucu untuk suatu hal yang terlihat imut.

Tatapan anak-anak di depannya semakin membuat Kefier terenyuh.

"Yaudah deh, nih ambil dibagi-bagi ya. Jangan rebutan." Kefier memberi kotak bekalnya. Muka anak-anak di depannya berubah menjadi sangat ceria, ada-ada saja pikir Kefier. Anak-anak itu membuatnya kembali mengingat masa kecilnya dulu di tempat bunda, mata Kefier berubah sendu.

"Om!" Kefier mengerjapkan matanya, anak-anak ini betul-betul gak bisa santai kalau manggil orang ya.

"Hah, kenapa ?" Tanya Kefier.

"Om ngapain sering kesini, duduk di bawah pohon?"

Hah? Gimana gimana? Bukankah harinya selalu berulang ya? Kalau begitu seharusnya ini kali pertama bagi anak ini melihat Kefier duduk di bawah pohon besar di Taman kota ini. Kefier terkejut, anak kecil yang bertanya menatapnya dengan polos.

"KECOA!!!" Teriak anak kecil yang lain memecah keheningan, Kefier yang notabennya pembenci makhluk menjijikan itu  berdiri dengan spontan dan tanpa sadar menaiki skateboard milik salah satu dari anak-anak tersebut.

Ada Dandelion di MatamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang