6. Si Mata Hazel

62 17 0
                                    

“Sebuah lukisan akan mengajakmu menyelami sebuah tragedi menyesakkan jika kamu menatapnya dengan sebuah perasaan nyata.”

-ADG-

°•°•°•°•°•°

⚠️ Nightmare Warning ⚠️

Anak laki-laki itu duduk di kamarnya, mengotak-atik ponsel miliknya entah apa yang sedang ia cari, terlalu fokus hingga ada yang menatapnya jengah kemudian melemparinya dengan tutup bolpoin, Atlas menghela napas, "apa?" Tanyanya tanpa beralih dari layar ponsel.

"Apa kamu tidak bosan dengan benda itu? Ayahmu sedang di rumah, kamu bilang kemarin-kemarin rindu, sekarang hanya di kamar tanpa ingin bergabung mengobrol dengan orang tuamu?" Gadis kecil bermata hazel itu berjalan pelan dan berjinjit sedikit untuk meraih sesuatu yang tak dapat ia jangkau.

"Hazel, Atlas sengaja membiarkan bunda sama ayah ngobrol berdua, lagian males juga ikut campur obrolan orang dewasa." Atlas berdiri mengambil sebuah boneka beruang kecil di atas almari yang sejak tadi sulit diraih 'temannya' itu.

"Apa maksudmu? Kamu kan juga sudah dewasa, berapa umurmu sekarang? Lebih baik sekarang kau turun sebelum aku memanggil teman-temanku untuk mengganggumu!" Atlas melirik dengan cepat, dan melempar bantal namun hanya mengenai angin kosong, ia kembali menghela kemudian bangkit menuju dapur.

Ponsel Atlas berdering di kamarnya, ia tak mendengar sebab sedang berada di dapur, panggilan dari tiga nomor berbeda.

Sementara itu di kediaman seorang gadis remaja berusia 16 tahun, Cyra seperti ingin membanting ponselnya, bagaimana tidak seorang yang semalam mengatakan bila pagi ingin menemui dan mengembalikan kartu pelajar miliknya tidak kunjung datang, bahkan sepulang sekolah tadi ia terus mencoba menghubungi nomor itu namun tidak ada jawaban, ia betulan kesal.

Sementara itu di kediaman seorang gadis remaja berusia 16 tahun, Cyra seperti ingin membanting ponselnya, bagaimana tidak seorang yang semalam mengatakan bila pagi ingin menemui dan mengembalikan kartu pelajar miliknya tidak kunjung datang, bahkan...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+62 8XXXXX
|Sorry baru balas
|Sekarang aja bisa?
|Di depan aurora cafe
|Tadi pagi saya lupa
17.00

Gadis itu menghela napasnya, kemudian mengambil tas kecilnya dan jaket lalu mengikat rambutnya, di depan televisi papanya memandangi, "Mau kemana Cyr? malam-malam begini kok buru-buru?"

"Anu pa, mau ada urusan bentar doang sama temen, Cyra naik ojek, deket kok," menyalami papanya kemudian berlalu.

Remaja yang menggunakan jaket pink putih itu lebih dulu sampai karena di depan cafe itu benar-benar masih sepi, jika saja orang itu berbohong lagi sudah dapat ia pastikan akan ia cari tau siapa dia dan menghajarnya.

Sambil memainkan ponselnya, sebuah motor berhenti di sampingnya, Cyra menepi sedikit sembari menunggu lagi, namun pengendara yang merupakan laki-laki yang lebih tinggi darinya menghampiri sembari menyodorkan sebuah kartu.

"Ini kartu pelajar kamu kan? Maaf tadi pagi lupa," Cyra menerima kartu itu dan menyimpannya. "Kalau mau ngomong helm nya di lepas dulu, engga dengar jadinya! Lagian masih muda kok pikun, saya dari pagi udah nunggu di depan burjo, untung ga telat berangkat sekolah, sekarang malah udah mau malam gini di suruh keluar rumah, kalau saya di culik gimana?! " Laki-laki itu memegang helmnya yang ternyata benar belum ia lepas dan terkekeh, "ah ya."

𝑺𝒆𝒎𝒆𝒔𝒕𝒂 𝑨𝒕𝒍𝒂𝒔 | only 24hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang