Chapter 21

17 11 0
                                    

Hati-hati typo bertebaran-!!!
And
Happy Reading-!!!

_______________________________________

Makan malam telah tiba mamah sedang masak di dapur sedangkan Arin dia malah disibuk dengan ponsel nya kadang teriak-teriak sendiri kadang juga dia marah-marah sendiri persis seperti orang gak waras

"Arin sayang bantuin mamah masak yukk"Arin yang sedang bermain game langsung berdengus tapi tak urung dia pun akhirnya berjalan ke arah mamah

"Arin bantuin apa mah?" Arin sayur-sayuran yang ntah mau di apakan

"Potongan-potongin sayuran nya ya sayang" Mamah bicara tanpa menatap Arin

Arin bingung harus potong sayur nya seperti apa karna dia belum pernah berada di dapur untuk memasak kalau pun pernah Arin hanya memasak mie dan telor

"Ini motong nya kayak gimana mah?" Arin memegang wortel bingung

"Aduh Arin masa kayak gini doang gan ngerti siih kayak gini nih sayang" Mamah mengajar kan Arin cara memotong wortel dengan baik dan benar

Arin tuh beda daripada Reina yang jago masak dan Putri yang mau mencoba walau rasanya akan tidak enak dia akan terus mencoba sampai masakan yang dia buat enak sedangkan Arin jika masakan dia sudah gagal total dia akan berhenti di situ tidak mau mencoba terus menerus seperti Putri

Ayah yang sedang menonton TV diruang keluarga hanya geleng-geleng kepala mendengar mamah yang mengajari Arin memasak

Reina yang sedang berada di dalam kamar hanya menghiraukan teriakan Arin yang lelah belajar memasak. Reina masih ingat dengan kata-kata Aldo tadi saat mereka di indomaret dia seperti merasa ada yang pria itu ketahui dan dia tidak mau bicara padanya

Dia akan kembali jika dia sudah siap untuk mengatakan semua nya jadi udah biarin dia pergi, bagaikan radio rusak yang terus berputar-putar di telinga nya Reina seperti merasa ada satu hal yang terjadi kepada kakaknya hingga dia pergi dari rumah dan Reina merasa bukan dia alasan kakaknya pergi tapi satu hal yang lain yang tidak dia ketahui, tapi apa?

"Reiii ayok turun makanan nya sudah siap" Teriakan Arin dari bawah membuat Reina sadar dari lamunan nya

Reina keluar dari kamar dan dia menemukan semua keluarga nya sudah berada di ruang makan, tapi ada satu hal yang membuat dia merasa keluarga nya kurang lengkap, ya Putri yang membuat keluarga ini terasa menjadi tak lengkap tapi Reina akan berusaha untuk melengkapi keluarga ini lagi

Setelah makan malam Arin, mamah dan ayah menonton televisi sebenarnya hanya mamah dan ayah yang menonton televisi karna Arin hanya sibuk dengan game nya

Tanpa mereka ketahui Reina didalam kamar sedang merasakan sakit yang sangat menyakitkan hingga selimut warna putih nya sudah berubah menjadi warna merah

"Akhhh!!!" Teriak nya kesakitan tidak ada yang mendengar nya karna Reina berteriak sambil menutup mulut nya

Dia mengambil obat-obatan nya secara terburu-buru membuat obat-obatan nya jatuh berserakan Reina mengambil salah satu butir obat yang masih tersisa di dalam botol

"Tuhan sakitt" Adunya kepada Tuhan dia menangis yang malah membuat dadanya sakit dan darah semakin keluar deras di hidungnya bahkan dia seperti akan muntah

Reina berlari ke toilet dan memuntahkan semua darah yang keluar dari mulut nya, kenapa tambah separah ini?

Wajahnya sudah berubah pucat tidak ada lagi bibir pink yang manis hanya ada bibir pucat disana Reina terduduk lemas kepala nya terasa berputar-putar dia mencoba untuk berjalan ke kasur dia berbaring di atas kasur yang masih di penuhi oleh darah

Reina|Rebecca Klopper (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang