Kenapa kamu marah!

42 13 38
                                    

Sohyun sampai di rumah Seokjin dan langsung masuk begitu saja seperti rumah sendiri. Tidak biasanya rumah ini sepi, biasanya ada Bibi yang sedang memasak di dapur atau Jungkook yang bermain game di ruang tengah.

Ini seperti kejadian langka karena hanya ada mereka berdua di rumah ini, kapan lagi bisa berduaan dengan Seokjin tanpa di ganggu Jungkook. Mungkin ini hari keberuntungan baginya

Ia langsung menuju tempat Seokjin tanpa di beritahu pun dia sudah tau Seokjin ada di mana, tidak lain dan tidak bukan adalah kamarnya. Dan benar saja dia ada di sana tengah duduk di depan meja belajar, dan lagi Sohyun tidak mengetuk pintu saat masuk.

"Sedang apa?." Tanya Sohyun yang sudah berada di belakang Seokjin dan membuatnya sedikit terkejut.

"Ketuk dulu pintunya jika masuk ke kamarku, entah sudah berapa kali ku ingatkan."

Sohyun terkekeh, "Menyerahlah," Tanpa merasa bersalah. "Bibi dan Jungkook kemana?."

"Ibu mengurus pekerjaannya sedangkan Jungkook ke supermarket membeli cemilan."

"Oo begitu." Dengan senyum puasnya, dan berdoa semoga bibi dan Jungkook perginya lama agar tak mengganggu dirinya dan Seokjin.

Sepertinya sejak tadi dia tidak membalik halaman bukunya, apa dia kesusahan menjawab soal itu? Tapi itu gak mungkin, aku saja bahkan bisa menjawab soal itu jadi gak mungkin dia gak bisa menjawabnya. Wajah bingung dan gelisahnya tak bisa di sembunyikan, kenapa dia gak menceritakannya padaku? Tapi ya sudah lah...

Sohyun mengeluarkan buku PR nya dan tak sengaja kertas tentang rencana masa depannya ikut keluar dan terjatuh tepat di bawah kaki Seokjin.

"Aaaa kertasku... Seokjin tolong ambilkan kertas itu ada di bawah kakimu." pintanya

Seokjin mengambil kertas itu bukannya di kembalikan ia malah membacanya dulu, raut wajahnya berubah kesal.

"Bagaimana rencana masa depanku keren kan?," ucapnya menyombongkan diri. "Apa kamu udah isi rencana masa depanmu?"

"belum" Seokjin mengeleng

"Kalau belum biar aku bantu memikirkannya," Sohyun menaruh tanganya di dagunya seperti sedang berfikir keras." Bagaimana jika kamu jadi guru? Atau seorang dosen atau profesor, aku pikir pekerjaan seperti itu cocok padamu karena kamu hebat dalam mengajari, materi yang tadinya terlihat rumit jadi lebih mudah jika dijelaskan olehmu. Ini berdasarkan pengalamanku saat di ajari olehmu dan aku juga sering melihat teman temanmu minta di ajari kan? Mangkaknya aku bisa menyimpulkan kamu cocok untuk menjadi seorang pengajar" jelasnya panjang lebar.

"Sudahlah"

"Kenapa? Kamu gak suka? Kalau begitu bagaimana dengan" ucapannya terpotong oleh Seokjin

"Mengapa kau mengurusi masa depanku seperti ayah dan yang lainnya!"

"Aku cuma membantumu memikirkan hal yang mungkin kau bisa lakukan di masa depan"

"Berhenti mencoba membantuku itu sama sekali gak membantu, urus saja urusanmu sendiri!"

"Kenapa kamu marah?" Lirihnya

"APA INI TERLIHAT MAIN MAIN DI MATAMU? DAN JUGA SUESUATU YANG MUNGKIN BISA AKU LAKUKAN DI MASA DEPAN? AKU GAK BUTUH YANG SEPERTI ITU! YANG AKU BUTUHKAN SESUATU YANG AKU SUKAI MENGERTI!" Seokjin berteriak tepat di depan wajah Sohyun hingga membuat gadis itu terkejut dan diam beberapa saat.

"MEMANGNYA APA YANG KAMU SUKAI? KENAPA KAMU GAK MENULIS YANG KAMU SUKAI? MANA BISA ORANG ORANG TAHU ISI HATIMU KALAU KAU TIDAK MENGATAKANNYA!!! KAU PIKIR SEMUA ORANG BISA MEMBACA PIKIRANMU HA? DAN JUGA ORANG ORANG YANG MENYURUHMU MEREKA CUMA MAU BANTU KAMU!" Teriaknya tak terima dengan perkataan Seokjin.

"Tau apa kamu tentang pikiranku?," Seokjin sedikit menyeringai, "Kamu bisa dengan mudahnya tau apa yang akan kau lakukan di masa depan tapi tidak denganku. Semua orang dengan seenaknya menyuruhku melakukan menjadi ini menjadi itu tanpa tau perasaanku!"

Bukannya sadar Seokjin justru semakin menjadi seolah olah ini adalah emosi yang terpendam dan tak pernah dia keluarkan.

"Mudah katamu? Hei aku kasi tau ya, ini juga berat untukku. Kau hanya melihat luarnya saja tidak semua usahaku, semua orang menaruh harapan padaku untuk melanjutkan restoran ayahku. Jadi jangan merasa menjadi orang yang paling tersakiti!!" Dengan susah payah Sohyun menahan air matanya agar tak jatuh.

"Semua orang mendukung cita citamu dengan padahal kau juga punya usaha keluarga sama sepertiku, tapi kenapa hanya aku yang melanjutkan usaha itu. Kau mana tau rasanya di paksa melakukannya karena pintar bukan?

"Lalu kau menyalahkanku karena itu? Kamu melampiaskan emosimu padaku? Itu urusamu dengan keluargamu, kau tinggal bicarakan itu dengan keluargamu katakan pada mereka kau punya cita cita yang lebih besar. Jika kau tak berani berarti kau pengecut MUNAFIK"

"Apa kau bilang?

"PENGECUT MUNAFIK" pergi meninggalkan Seokjin sendirian di kamarnya dengan air mata yang sudah mengalir deras di pipinya.

Seokjin sama sekali tak berniat mengejar ataupun menenangkannya dia lebih memilih mengurung dirinya di kamar dengan perasaan bersalah.

~

Jungkook yang baru kembali dari minimarket, Tengah asyik menikmati es krim di tangan dan tangan lainnya memegang 1 kresek cemilan.

Saat akan membuka pintu gerbang, tiba tiba pintu itu terbuka dengan keras dan tak sengaja menyenggol es krim di tangannya terjatuh ke tanah.

"Es krim ku..." Jungkook sangat kesal karena es krimnya jatuh dan berniat memarahi orang yang menyebabkan es krimnya terjatuh.

Namun belum sempat marah, Sohyun berlari keluar dari gerbang itu dengan air mata yang mengalir di pipinya. Tak tinggal diam Jungkook lantas mengejarnya dan meninggalkan belanjaannya begitu saja.

Noona? Kenapa dia nangis saat keluar dari rumah apa yang hyung lakukan padanya!.

"Noona tunggu" berlari di belakangnya, berharap Sohyun berhenti dengan sukarela dan memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi Sohyun tak mendengarkannya dan terus berlari.

Jungkook mempercepat langkahnya yang tadi sengaja dia perlambat untuk memberi kesempatan pada noonanya, tapi sekarang ia tak bisa membiarkannya lagi.

Jungkook menarik lengan Sohyun untuk menghentikannya. Sohyun sedikit tersentak, dan jatuh ke dalam pelukan Jungkook tapi masih dalam keadaan menangis.

Tangisannnya makin menjadi, saat Jungkook berusaha menyanyakan apa yang terjadi dengannya tadi. Ia membiarkan Sohyun menangis di pelukannya sampai noonanya itu tenang.

Setelah sedikit lebih tenang ia membawanya ke taman yang tak jauh dari sana.

"Tunggu disini aku akan membelikan tissu dan air minum"

Hanya anggukan kecil yang di dapatnya dan itu sudah cukup. Jungkook bergegas membelinya, tak butuh waktu lama baginya dan kembali dengan cepat karena tak ingin Sohyun lama mengunggu.

"Ini"

Sohyun mengambil tissu dan air minum yang dibelikan untuknya. Dia hanya diam saja berusaha mengatur napasnya dan mengelap air matanya dengan tissu.

"Jadi apa yang terjadi?"

"Tak terjadi apa apa" matanya tak berani menatap mata Jungkook

"Apa yang dia lakukan padamu?" Jungkook bertanya lagi

"Dia tak mau membantuku mengerjakan PR" menyandarkan kepalanya ke bahu Jungkook dan air matanya megalir lagi.

Jungkook tau itu hanya kebohongan tapi melihat kondisi Sohyun yang seperti itu membuatnya tak tega dan memutuskan untuk bertanya pada hyungnya nanti.






You're My SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang